"Fay Vanesha"
Gumaman Valerie terdengar nyaring.
Ketiga orang yang sedang melihat video itu menatapi Valerie yang menegang. Emosi di wajahnya terlihat jelas. Aura disana sudah mencengkam.
Valerie berjalan kearah mereka, mereka malah mundur. Valerie berhenti mengangkat alis menatap mereka tajam.
"The phone. Please" ucap Valerie. Mata yang tajam masih menatap mereka. Salvatore buru buru menyerahkan ponselnya.
"Ehemm. I found it on internet" [ehem. Aku nemu di internet] Salvatore berujar. Ia mengulum bibirnya, dan pandanganya beralih menuju Aillard yang terbaring.
Valerie terdiam sebentar sebelum memutar video.
Ia melihat wajah yang sama persis dengan dirinya. Fay Vanesha, kembaranya.
Valerie menggenggam erat ponsel, emosinya tak bisa ia kontrol, wajahnya mengeras tetapi air matanya mengalir.
Ia terdiam ketika melihat seseorang melakukan CPR kepada Fay.
'iyalah. Rame banget pestanya. Aku juga seneng seneng kemarin'
Perkataan Fay tiba tiba muncul di benaknya. Ia sudah tak tahan lagi langsung ia lempar ponsel itu ke dinding, lemparan kuatnya membuat ponsel itu hancur berkeping keping.
Orang yang ada di ruangan menahan nafas. Takut terkena amukan Valerie mereka menunduk berkeringat.
"Il mio telefono" [ponsel ku] Salvatore menatap kepingan ponselnya dengan sedih. Ia menatap kesal Valerie, tak jadi mengutarakan kekesalannya ketika melihat tangan Valerie mengepal hingga buku jarinya memutih, Valerie menggigit bibirnya sampai darah mengalir dari gigitannya. Matanya menatap fokus ke dinding.
"Ricordo che hai detto di avere una sorella. Quindi lei è tua.." [aku ingat kamu pernah bilang punya adik. Jadi dia..] Salvatore menggantung ucapan, ia sudah tau kebenarannya. Meneguk ludah ia berbalik akan pergi, ia berpapasan dengan Paolo.
Paolo datang dengan pistol yang di minta Valerie. Luca dan Hugo mencoba menghentikan Paolo lewat tatapannya. Paolo tak mengerti ia tetap memberikan pistolnya.
"Ecco la pistola, Capo" [ini pistolnya, Bos] Paolo memberikan Beretta 92 fs nya kepada Valerie. Gadis itu menatap pistol yang di sodorkan Paolo.
"Non" [jangan] gumam Salvatore. Ia takut terkena timah panas itu, pernah sekali ia di tembak dilengannya oleh Valerie karena mencela pembicaraan gadis itu dengan kakeknya.
Valerie merebut pistol itu dengan bringas ia berjalan menuju Aillard yang masih terbaring. Paolo terkejut ia berjalan mundur dengan cepat ia segera merapat ke arah Luca ingin bertanya apa yang terjadi.
Biasanya ketika Valerie akan mengeksekusi gadis itu selalu tenang, tapi saat ini tak ada ketenangan sama sekali. Kemarahan mendominasi gadis itu.
Valerie menodong pistol kearah dada Aillard, menarik pelatuk siap untuk menembak. Anak buahnya menahan nafas melihat bidikan bosnya. Valerie selalu menembak kepala musuhnya, instant kill.
Dor
Valerie melepaskan tembakan. Tidak ada darah, Aillard masih pingsan. Valerie menembak lantai, ia melemparkan pistol ke arah Paolo. Paolo dengan sigap menangkap pistol itu.
"Curarlo è" [sembuhkan dia]Valerie berkata ke Luca.
"E dargli una nuova identità"[dan beri dia identitas baru] lanjut Valerie.
"Quello" Luca akan bertanya. Valerie menatap Luca dengan tajam, tatapannya mengerikan. Luca mengkerut takut.
"Fai quello che dico" [lakukan apa yang aku suruh] tekan Valerie. Ia berjalan keluar amarah masih menggunung. Ia tak tahan segera mengirim pesan ke Fay.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return Game
Teen FictionFay, gadis itu sangat dibenci oleh teman-temannya. Kesalahan kecil yang ia buat meruntuhkan segalanya. Menyerah. Kata itu selalu berputar di pikiran gadis remaja itu. "Aku bertahan karena ada yang lebih keren" -Fay Vanesha "You like to play, I lik...