Chapter 6

13 1 0
                                    

"Well well ternyata lo datang juga ya jalang"

Suara Kaisar menyela pembicaraan Fay dan Azzef. Kaisar menatap tak suka kebersamaan dua orang ini. Hati nya tak menerima kenyataan.

Fay terdiam menatap sepatu yang dikenakan Kaisar. Ia tak berani menatap mata elang Kaisar.

"Yoo Kaisar ma bro" sapa Azzef. Mengangkat tangannya mengundang Kaisar untuk melakukan high five.

Kaisar hanya tersenyum tipis mengalihkan tatapannya ke arah Fay yang menunduk. Tangan Azzef masih di udara, merasa diabaikan Azzef menepuk tangannya sendiri, miris.

"Gak seru lo bro" ucap nya berlebihan. Ekspresinya seakan menangis.

Kaisar masih menatap Fay. Fay pun merasakan tatapan itu, terasa tajam. Fay memalingkan wajahnya menatap panggung. Ada penampilan band yang lebih menarik.

Kaisar yang di tak di gubris itu tersinggung, wajahnya mengeras menahan emosi, ia pergi dan dengan sengaja menabrak pundak Fay.

Fay mulai merasa sesak. Ia mengambil nafas sebanyak banyaknya, kenangan buruk itu terus menghantamnya.

Kaisar menengok ke belakang melihat Fay yang kesakitan tak membuat ia khawatir.

"Lebay banget deh, cuman dibsenggol dikit aja langsung bengek. Caper dasar" umpat Kaisar. Ia segera pergi tak ingin terlibat drama yang dibuat Fay.

"Mulutnya yaampun kotor banget" ucap Azzef, ia mendecak melihat punggung Kaisar. Tatapannya beralih ke arah Fay yang masih terlihat kesakitan.

"Lo baik baik aja?" Tanya Azzef khawatir, ia mendekati Fay dan mencoba menyentuh punggungnya.

Fay yang melihat itu langsung menampar tangan Azzef, Fay menjauh dari Azzef seakan dia itu kuman. Azzef membelalak mengapa Fay begitu kejam, ia bermaksud baik ingin mencoba menenangkan Fay.

"Lo jijik sama gue?" Tanya Azzef. Fay terdiam tatapannya kosong. "Gue cuman pengen bantu loh" ujar Azzef. Ia menatap kecewa Fay.

Fay masih terdiam mencoba menjelaskan, tak ada satu pun kata yang keluar. Mulutnya hanya terbuka tertutup.

Azzef pergi meninggalkan Fay. Fay sudah mulai normal lagi. Ia akan segera pergi, hampir jam 9, ia tak ingin menyusahkan orang orang rumah.

Fay membalikan diri tapi tak sengaja menyenggol seseorang. Orang itu menatap marah Fay.

"BANGSAT" teriak orang itu. Suara yang mengalahkan musik membuat orang di sekitar menatapnya. Fay termagu, orang yang ia tabrak Felicia.

"Liat apa yang lo lakuin!" Sentaknya. Ia menunjukan gaunnya yang bewarna putih basah terkena wine merah.

"Anjing! Ga berguna banget hidup lo" marahnya. Felicia berlari menuju toilet tak lupa ia menabrak keras Fay, ia terjatuh orang orang tertawa mengejek Fay.

Fay bangkit dan berlari belum sempat mencapai pintu rambut nya dijambak ia di seret hingga menuju stand minuman.

Rambutnya sakit, Fay mencoba melepaskan jambakannya tapi genggaman orang itu makin kencang.

"Tolong lepasin. Sakit" mohon Fay berurai air mata.

Jambakan dilepas ketika sampai di stand minuman.

"Ga asik kalo lo pulang duluan. Sini kita minum bareng" ajak orang yang menjambaknya. Revina, gadis itu tersenyum manis, Fay tak suka senyuman itu.

Ia mencoba kabur tapi Enzo menghalangi jalannya, ia berjalan mundur, Revina merangkul Fay dan menyodorkan segelas wine.

Fay menolak. Revina semakin gencar mendekatkan bibir gelas ke mulut Fay. Beberapa orang sudah merekam kejadian itu. Mungkin ada yang melakukan siaran langsung.

"Aku ga minum itu, Rev" tangis Fay. Ia terus menghindari gelas yang sudah didekat mulutnya.

"Halah. Vodka yang kemarin aja masih seger kan di tenggorokan lo? Nih wine lebih mahal" paksa Revina.

Enzo sudah tak sabar ia mengapit pipi Fay hingga mulutnya terbuka. Revina tersenyum ia menuangkan wine ke mulut Fay. Fay yang dipaksa mau tak mau harus menelan minuman alkohol itu.

Tidak tahu berapa banyak yang Fay minum ia sudah mabuk.

Daneiris yang melihat kerumunan itu menyeruak menuju sumber kekacauan pestanya.

Ia melihat Fay yang sempoyongan di oper sana sini. Terlihat seperti mengoper bola. Fay berbicara tak jelas tapi air mata itu terlihat jelas mengalir.

Daneiris menghampiri Revina dan menarik lengannya mengajak berbicara.

"Re, apa apaan sih?! Lo mau rusak pesta gue?" Bentak Daneiris.

Revina yang tertarik menoleh "Chill. Gue bikin pesta lo lebih menarik" tenang Revina.

"Menarik?"ucap Daneiris tak percaya. "Lo bikin mabuk anak orang" teriaknya murka.

Revina mengangkat bahu. Mana peduli dia.

Daneiris sangat marah di pesta yang seharusnya menyenangkan ini malah di buat hancur oleh teman sekelasnya.

Ia segera menghampiri Fay. Baru melangkah dua kali Daneiris melihat Enzo mendorong Fay hingga ia tercebur.

Fay yang hampir kehilangan kesadaran itu tak mencoba untuk bertahan hidup. Seperti sudah pasrah terhadap keadaan.

Daneiris berlari marah dan memukul dada Enzo.

"Lo mau bunuh orang di pesta gue?" Amarah Daneiris sudah tak terbendung.

Ia memukuli Enzo dengan brutal.

Enzo menangkap tangan mungil Daneiris dan tertawa.

"Itu cuman dua meter, Iris. Dia pasti bisa ber-" Enzo berucap sambil menunjuk kolam renang. Ia memucat kala mellihat Fay yang sudah mengambang.

Ia mematung, melangkah perlahan mencoba menyeburkan diri ingin menolong.

Byurrr

Seseorang lebih dulu menyebur. Orang itu Kaisar. Ia membawa Fay menuju tepi kolam renang.

Enzo masih mematung. Orang di sekitar pun tak bersuara. Musik sudah berhenti sedari tadi.

Wajah cemas beberapa orang tak bisa di sembunyikan. Mereka tak khawatir karena Fay, mereka hanya khawatir akan menjadi seorang kriminal.

"Woi tolol. Bantuin gue!" Teriak kaisar. Orang orang langsung tersadar dan membantu. Daneiris berlari mengambil handuk.

Kaisar naik ke permukaan dan memeriksa nafas Fay. Tak ada. Fay tak bernafas.

Segera ia melakukan CPR.

Susana tegang tak ada yang berani bersuara.

Beruntung nafas buatan Kaisar berhasil, Fay memuntahkan air yang banyak, tapi ia masih tak sadarkan diri.

Daneiris menghampiri Fay dan menyelimutinya dengan handuk.

"Gue sewa kamar disini. Bawa Fay kesana aja" ujar Daneiris. Ia menyodorkan sebuah kartu ke arah Kaisar.

Kaisar mengambil kartu itu dan mengendong Fay menjauhi kerumunan. Matanya menatap tajam Enzo.
Ia tak akan membiarkan Enzo begitu saja.

Enzo terkesiap dan menarik diri dari kerumunan ia segera pergi. Perasaannya tak enak, rasa bersalah memenuhi emosinya.
.
.
.
TBC




Return GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang