Chapter 3

17 1 0
                                    

"Pulang malam dengan keaadan menjijikan begini. Hebat sekali kamu"

Suara berat itu berasal dari ayahnya. Fay mulai pucat, pasalnya Ayahnya menyuruh ia pulang paling lambat jam 5.

"Aku j-jalan kaki pulangnya Yah" jawab Fay gugup.

"Sudah Ayah bilang jangan bikin masalah. Wali kelasmu nelepon ayah dan bilang nilai kamu turun drastis." Ayah mulai menuruni tangga menuju Fay berada. Fay semakin gugup.

"Ayah sudah membuang foto aib mu dari internet. Harusnya itu bukan masalah lagi!" Bentak Ayah saat di hadapan Fay.

"Hal apa lagi yang akan kamu lakukan untuk mempermalukan nama keluarga kita?!" Bentaknya makin nyaring.

"Maaf. Nanti aku belajar lebih giat lagi" cicit Fay. Ia takut sekali. Aura intimidasinya kuat

"Ayah" panggilan suara dari ujung tangga mengalihkan perhatian Ayah. Arlan berdiri memengang kertas.

"Aku butuh bantuan Ayah buat masalah ini" ucapnya. Arlan anak pertama pasangan Ello Pramusetya dan Devita. Ayah dan ibu tirinya.

"Hilangkan bau mu dan rapikan penampilan sesudah itu kamu ke ruangan Ayah." Titah mutlak Ayah. Ayah menjauhi Fay menuju Arlan yang sedang menatap datar Fay. Fay yang di tatap gugup langsung berlari menuju kamarnya.

"Lo bisa ga sih, ga bikin masalah?" Sebuah suara menghentikan lari Fay. Ia menengok dan mendapati Ana kakak tirinya yang kedua. Adik kandung Arlan, Fay melihat lebam di tulang pipi Ana.

"Gue yang di salahin. Di pukul tanpa alasan yang jelas. Dasar benalu" selesai mengucapkan itu Ana langsung pergi menuju dapur untuk mengambil es agar bisa mengompres lukanya.

"Maaf"

Fay meminta maaf pada angin ia berjalan kembali, ketika di kamar ia berdiam diri sebentar menahan tangis ia langsung mandi dan menghilangkan bau tak sedap itu.

Dibawah pancuran shower ia menangis membasuh dan menggosok kulitnya seakan ada kotoran yang tak bisa hilang kulit nya sudah memerah tapi tangisannya tak berhenti.

Ketika selesai mandi dia pergi menuju ruangan kerja Ayahnya.

Fay berhenti didepan ruangan Ayah ingin mengetuk tetapi pintu terbuka terlebih dulu.

Terlihat wajah tampan Arlan tanpa senyum. Ia menatap Fay dengan sinis dan mendengus meninggalkan dia.

Tangan bergetar Fay mengetuk pintu dan terdengar suara Ayahnya yang menyuruh masuk.

"Kamu tahu apa salahmu?" Tanya Ayahnya ia berjalan menuju lemari di sebelah meja kerjanya, dan menarik laci hingga terlihat sebuah sabuk. Ayah mengambil sabuk itu dan mulai mendekati Fay.

Mata Fay yang gugup mencari sesuatu untuk di tatap. Tangannya berkeringat saling bertautan. Dan wajah pucat yang tak bisa di sembunyikan.

"Aku p-pulang te-lat. Dan nilaiku me-ehem menurun" gugup Fay. Kakinya bergerak ditempat dengan gugup. Ayah sudah di depan Fay.

"Berbalik" titah Ayah.

Fay menuruti dan memejamkan matanya.

Ctarrrr

Ia menyebutkan angka phi dalam pikirannya. Untuk mengalihkan rasa sakit.

'3.14'

Ctarr

'159'

Ctarrr

'265'

..

Return GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang