Chapter 4

12 1 0
                                    

Tak terasa pagi sudah datang kembali. Gadis yang bergelung di bawah selimut itu masih belum membuka mata. Terlalu nyaman meskipun luka di punggungnya masih terasa.

Tok tok tok

Bunyi ketukan diiringi terbukanya pintu memunculkan seorang anak lelaki. Anak SMP. Terlihat dari pakaiannya.

"Kak, sekarang jam setengah tujuh loh, nanti telat ke sekolah nya" ucap bocah itu.

Arkatama namanya, ia adalah adik satu ibu Fay. Fay menggeliat dan membuka matanya. Ia menatap Arkatama.

"Kamu sekolah diantar kak Arlan?" Tanya Fay.

"Iyah. Bareng kak Ana juga, Dava juga ikut kok. Kalo Kakak mau ikut cepetan ya. Sebelum Kak Arlan ninggalin kakak" saran bocah itu.

Fay bangkit dari tidurnya seraya meringis dikala sakit itu menghantam punggungnya.

Arkatama langsung menyadari.

"Ayah pukul kakak lagi?" Tanyanya, matanya berkaca kaca dikala mensengar lenguhan kakaknya.

"Cuman sekali kok. Udah jangan nangis, Kakak bakal siap siap dulu" Fay mencoba menenangkan adiknya itu.

Ia mendorong anak kecil itu hingga keluar dari kamarnya. Menghela napas sekali lagi, Fay mulai rutinitas paginya. Setelah selesai ia pergi menuju ruang makan untuk sarapan bersama. Fay sadar ia telat.

Fay buru buru memasuki ruang makan. Terlihat enam anggota keluarganya sedang makan tak ada pembicaraan hanya detingan sendok beradu dengan piring.

"Fay. Cepet makan nanti telat" ucapan itu berasal dari mama tirinya. Malia Arentia.

Fay menatap mama tirinya. Ia tak suka melihat wajah itu. Wajah yang mirip dengan bundanya. Zalia Arentia.

Vee benar Ayahnya memang bajingan. Ia menjalin hubungan dengan saudara kembar Bundanya disaat Bunda mengandung Arkatama.

Bajingan itu sudah menjadikan Bunda selingkuhan dan juga menyelingkuhi Bunda. 'Karma mungkin. Tetapi mengapa Bunda harus pergi.' Itu yang selalu Fay pikirkan.

Sebisa mungkin Fay menghindari Malia, Malia sadar terhadap dosanya. Malia mencoba menjadi ibu baik bagi Fay maupun Arkatama ia ingin membayar kesalahnya terhadap kembaranya Zalia.

Fay duduk di sebelah Ana. Ia mulai memakan sarapan dengan tenang. Ayah bangkit dan pergi tanpa mengucapkan perpisahan. Hal yang biasa.

"Gue tunggu di mobil" Arlan pun pergi meninggalkan meja, disusul Ana dan Radava, anak dari Ello Pramusetya dan Malia Arentin.

Fay yang baru makan sedikitpun terburu buru agar tak di tinggalkan, kemarin saja ia ditinggalkan.

Arkatama menunggu kakaknya setelah melihat Kakaknya selesai makan ia berlari menyusul Kakaknya yang lain. Fay pun berlari.

"Hati hati kalian" teriak Malia.
.
.
.
Hanya suara Selena Gomez yang mengisi kekosongan di mobil itu.

Ana yang duduk di samping Arlan tak berbicara sama sekali, Fay pun hanya memandangi jalanan, Arkatama menatap sepatunya dalam diam, dan Radava bergumam mengikuti nyanyian Selena.

Sampai di SMP Angkasa, Arkatama dan Radava turun dari mobil tak lupa mereka berpamitan dengan Kakak Kakaknya.

Kembali hening sepanjang perjalanan menuju Bina Batara. Sesampai di sekolah Ana buru buru keluar tanpa berpamitan. Fay membuka pintu mobil ketika mencoba keluar Arlan bersuara

"Jangan ngelakuin hal yang bikin Ayah marah. Ayah marah bukan ke lo doang, Ana juga kena. Jaga kelakuan lo" pesan Arlan. Fay pun tak ingin membuat Ayah marah tapi apa yang bisa ia lakukan.

Return GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang