Ifa berusaha menenangkan dirinya dengan tidak menghiraukan dan sebisa mungkin terus melangkah dengan cepat. Namun, sekuat dan secepat apa pun langkah Ifa tetap kalah dengan dua pria kekar itu.Salah satu dari mereka bahkan berhasil meraih pergelangan tangan Ifa dan mecekalnya kuat. Dari rasa perih yang Ifa rasakan bisa ia bayangkan jika saat ini pergelangan tangannya pasti memerah. Mencoba berontak dan ternyata semakin erat pria itu mencekal tangannya.
"Lepas...," pinta Ifa dengan lirih bahkan kini bercampur isakan.
"Lepas? Tidak semudah itu cantik," jawab salah satu dari mereka.
Tangan Ifa semakin erat ia cekal sehingga plastik hasil belanjaan Ifa di pasar tadi terjatuh begitu saja pada aspal.
Jangan tanyakan bagaimana takutnya Ifa saat ini yang pasti sangat takut. Takut akan sesuatu terjadi pada dirinya, dan takut ia akan mengecewakan sang papa. Banyak sedikitnya Ifa tau apa yang para preman ini inginkan darinya. Apalagi jika bukan tubuh. Mengerikan! Sahut batin Ifa.
"Lepas ... tolong...!" teriak Ifa sekuat yang ia bisa.
Ifa bahkan terus berusaha berontak dengan sekuat tenaga tapi apalah daya tenaga seorang wanita akan selalu kalah dengan tenaga yang pria punya.
"Kamu teriak pun enggka akan ada yang nolong, cantik. Udah lebih baik kamu diem dan kita akan bersenang-senang," kata preman yang sedang mencekal tangan Ifa sambil tersenyum devil dan menaikkan sebelah alisnya. Sumpah sangat menjijikkan!
Ingin rasanya Ifa meludahi wajah yang tampak sangat itu jika saja Ifa tidak ingat jika meludah itu termasuk perbuatan tercela.
"Ayo kamu ikut kita, kita akan bersenang-senang di markas kami," ujar preman yang lain.
Ifa menggeleng dengan kuat, kali ini air matanya ikut mengalir deras pada pipi putihnya.
"Jangan, aku mohon...," pinta Ifa dengan sangat lirih.
Ia bahkan sampai menjatuhkan dirinya dan berjongkok dengan tangan masih dicekal oleh sang preman.
"Jangan takut anak manis, kita cuma akan bersenang-senang," ujar preman itu.
Tangannya hampir menyentuh wajah Ifa namun terlempar begitu saja.
Preman itu sampai terpekik merasakan tangannya yang seperti patah pada bagian tungkai tangan. Bagaimana tidak, tangannya dihempas, lebih tepatnya ditendang oleh kaki seorang pria yang saat ini tengah menatapnya dengan tatapan mematikan.
Sedangkan Ifa mendongak saat mendengar suara pekikan tadi. Matanya hampir membola melihat seorang pria yang berdiri tegak jauh dari dirinya.
Preman tadi memegang area bahunya yang mungkin terasa sakit dan yang satunya lagi berdiri dengan diam menyaksikan begitu saja. Mungkin ia juga syok.
Ifa lagi-lagi tersentak kaget saat kini pergelangan tangan kirinya ditarik dan secara otomatis badannya ikut berdiri. Pria itu membawa Ifa mendekat padanya dengan sekali tarikan.
Berdiri tepat di belakang pria itu membuat Ifa merasa sedikit lega, merasa terlindungi dan hatinya menghangat seketika. Siapa pun pria ini Ifa akan berterima kasih nanti. Hidung Ifa mencium aroma maskulin dari tubuh pria di depannya. Sangat menenangkan, ucap Ifa dalam hati.
"Lari ke mobil itu!" bisik pria itu membuat Ifa mengerjapkan matanya dan mendesah pelan.
Dalam keadaan genting seperti ini masih sempat ia mengagumi sosok penolong ini. Ifa mengangguk lantas berlari ke arah mobil mewah yang tadi ditunjukkan oleh si pria.
Pria itu menghadang preman yang hendak mengejar Ifa. Lantas keduanya baku hantam dengan begitu sengitnya. Tidak ada kisah pendekar yang kalah dalam pertarungan bukan? Begitu pula dengan pria ini. Dua preman tadi pergi dengan langkah terseok-seok ke sembarang arah.
Pria itu membalikkan badannya dan berjalan mendekat pada Ifa yang sedari tadi memperhatikan apa yang ia dan preman itu lakukan. Gadis cantik itu tampak ketakutan berdiri di samping mobilnya dengan telapak tangan yang saling terpaut.
"Mereka udah pergi," ucap pria itu yang ternyata membuat Ifa tersentak lagi.
Entah sudah berapa kali ia tersentak hari ini. Kemudian mendongak menatap pria itu yang ternyata juga tengah menunduk guna menatapnya. Sungguh Ifa merasa dirinya sangat mungil dan pendek saat ini.
Bagaimana tidak, ia hanya sebatas dada pria itu. Hatinya berdesir melihat wajah datar yang ditampilkan oleh si pria. Tatapan pria itu tajam seolah menghunus hingga ke ulu hati. Tapi Ifa bisa melihat ada sirat ketulusan di sana.
"Kamu aman!" kata pria itu.
Ifa sendiri bingung ingin menjawab apa. Ucapan pemuda itu sulit ia mengerti antara pernyataan atau pertanyaan. Memilih diam Ifa menunduk untuk mengakhiri kontak mata dengan pria itu. Mengangguk sedikit agar pria itu mengerti maksudnya.
****
"Mama serius kalau Ifa mau dinikahin sama temen papa, Ma?" tanya seorang gadis dengan wajahnya yang teramat bahagia. Semakin tersenyum sumringah saat mendapat anggukan kepala dari orang yang ia panggil mama tadi.
"Yey, berarti kita enggak jadi bangkrut dan aku masih bisa belanja sesukanya," pekik gadis itu dengan senang.
"Rani, tapi ingat kamu bisa buktikan sama papa kamu kalau kamu itu pinter. Jangan cuma ngabisin uangnya aja. Nanti Mama yang disemprot karena ternyata kamu itu tidak se-pintar apa yang Mama bilang," kata Amira pada anak gadisnya.
"Huh, capek tau Ma belajar mulu. Makanya aku milih kuliah di Bandung biar papa enggak bisa pantau aku setiap waktu. Lagian papa kan sibuk," kata Rani sambil menggulingkan tubuhnya pada tempat tidur.
Pagi sekali Amira datang ke apartemen tempat Rani tinggal selama di Bandung.
Anaknya itu kuliah di sini sementara Ifa tidak kuliah sejak tamat sekolah menengah atas. Semua atas akal liciknya yang mempengaruhi Bima untuk mengambil keputusan itu, ditambah dengan kejadian anjloknya tentang perusahan Bima beberapa bulan yang lalu membuat suaminya itu sangat mudah untuk dirayu.
"Iya, tapi seenggaknya kamunya belajar yang bener biar kalo kamu pinter kita bisa rebut perusahan papa kamu dan akan menjadi milik kita. Setelah itu terserah hidup mereka mau kaya gimana," kata Amira dengan wajah anggunnya.
"Eh benar juga ya kata Mama, oke deh Ma, aku akan lebih giat belajar mulai sekarang," jawab Rani dengan semangat.
Hidup menderita sebelum menikah dengan Bima membuat pikiran Amira selalu dipenuhi dengan nama harta dan tahta. Apalagi setelah berhasil mendapatkan Bima, rencana demi rencana terus ia susun untuk bisa menguasai semua kekayaan yang dimiliki oleh pria yang sekarang menjadi suaminya itu.
Tidak peduli pada Bima apalagi Ifa, bahkan ia sendiri sengaja ingin menikahkan Ifa dengan pengusaha kaya yang tidak lain adalah Alex agar bisa memperalat Ifa untuk mengambil sedikit demi sedikit harta kekayaan pria itu juga.
Ada untungnya juga punya anak tiri yang cantiknya tiada tara tapi sayang, Ifa seolah tidak berdaya. Namanya manusia tidak selalu sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Milikku (Tamat)
Любовные романыFOLLOW SEBELUM BACA YA. Kirain bakal nikah dengan om-om ... eh ternyata dengan anak si om. Udah ganteng, kaya, baik hati lagi. Takdirnya Ifa sungguh di luar ekspektasi. JANGAN ADA YANG PLAGIAT!!! INGAT ... TUHAN MAHA MELIHAT.