Chapter 10

35.6K 2.3K 20
                                    


Tepat di ujung tangga Ifa yang diapit oleh Vita dan Raya seketika menjadi sorotan banyak orang. Gaun pengantin yang begitu indah tampak semakin indah di badan Ifa. Ifa Benar-benar seperti bidadari yang turun dari khayangan.

"Mempelai pria sudah hadir," kata seorang yang bertugas menyambut tamu dengan pengeras suara. Memberitahu jika calon suami Ifa sudah datang dan entah mengapa hati Ifa langsung berdetak tidak karuan.

Vita dan Raya kompak melanjutkan langkahnya dengan menuntun Ifa menuruni tangga. Ifa duduk di tempat yang sudah disediakan, tepat berhadapan dengan Bima. Untuk melepas Ifa menggeluti kehidupan baru, Bima meminta untuk menjadi pemberi ijab pada calon suami Ifa nanti.

Tersenyum melihat sang putri yang teramat cantik hari ini, meski Ifa selalu cantik dengan tampilan apa adanya tetap saja hari ini ia terlihat lebih menakjubkan. Hari spesial untuk putrinya ini tidak ingin Bima sia-siakan. Hatinya sebenarnya sedikit tidak rela menikahkan Ifa dengan orang yang setua dia.

"Putri Papa cantik," kata Bima menatap lekat wajah sang putri tercinta.

Ifa membalas senyuman Bima dengan tulus.

"Ifa emang selalu cantik kan, Pa?" tanya Ifa dengan senyum yang terus terbit di bibirnya.

"Iya. Ifa selalu cantik," jawab Bima.

"Mempelai pria dipersilahkan untuk duduk di samping mempelai wanita," kata sebuah suara dari mic.

Ifa menahan nafas dan memejamkan mata saat calon penggantinya duduk di samping Ifa. Sungguh ia tidak siap untuk menjadi istri Alex.

Sementara itu semua tamu dan keluarga termasuk sahabat Ifa menatap heran dan seketika bibir mereka bungkam melihat seorang pria tampan yang berjalan mendekat pada Ifa dan duduk di sebelah kanan gadis itu.

Bima sampai mengerutkan keningnya melihat itu. Apalagi Alex yang kini duduk di samping pemuda yang akan menikah dengan Ifa.

Mata Bima menatap secara bergantian pada Alex kemudian pria itu. Mereka memiliki wajah yang sangat mirip. Dadanya berdesir, apa maksud dari semua ini? Apakah Alex berniat membohonginya dan kenapa ada pria yang sama sekali tidak ia kenal ini menggantikan tempat duduk Alex?

Tidak ada yang berbicara di ruangan itu. Selain para tamu undangan yang memang tidak tau apa-apa. Amira, Vita dan Raya terutama Amira yang sangat syok dengan kehadiran pria tampan itu.

"Alex, apa maksudnya ini?" tanya Bima pada Alex yang duduk di samping pemuda itu dengan seorang pria lainnya.

Alex tersenyum dan memegang bahu pria tampan di sampingnya.

"Bima, maaf saya tidak memberitahu tentang hal ini terlebih dahulu. Sebenarnya saya melamar Ifa bukan untuk diri saya tapi untuk putra saya. Gio Stevano Dirgantara!" kata Alex dengan lantang.

Ifa membuka matanya yang sedari tadi ia pejam. Itu suara Alex dan ia tau, ia dengar Alex menyebut nama lain selain namanya. Nama yang belum pernah Ifa dengar sebelumnya. Apa lagi ini.

Permainan apa lagi yang tengah dimainkan Tuhan untuknya. Ifa bahkan belum berani menoleh walau hanya sekedar kepalanya saja. Matanya lurus pada Bima yang tengah memasang wajah serius.

"Gio?"

Ifa dengar suara Bima bahkan ia bisa melihat gerakan bibir Bima menyebut nama itu. Oh Tuhan apalagi ini? Kenapa lagi-lagi Ifa terjebak dengan orang yang tidak ia kenal.

"Iya Om. Saya Gio Stevano Dirgantara yang akan menikah dengan Ifa, putri kesayangannya Om Bima," jawab Gio.

Ifa tidak bisa menahan kepalanya untuk tidak menoleh pada sebelah kanan. Matanya perlahan menatap pria yang duduk di sampingnya yang tengah menatap pada Bima.

Seketika Ifa membungkam mulutnya sendiri dengan kedua telapak tangan dan jangan tanyakan bola matanya yang hampir keluar. Rencana Tuhan memang luar biasa dan tidak ada yang bisa menduga.

Ifa mengerjapkan matanya beberapa kali. Memastikan jika yang ia lihat ini bukanlah mimpi atau khayangan belaka. Ifa tidak ingin saat ini semua hanyalah harapan yang kemudian jatuh dengan sia-sia.

"Nggak, ini nggak mungkin!" gumam Ifa menggeleng kepalanya dengan mata yang kembali terpejam.

Melihat itu Gio dan semua yang ada di sana mengalihkan pandangan pada Ifa. Bibir Gio tersenyum melihat betapa cantiknya calon istrinya. Tidak bisa dipungkiri hatinya bergetar, ada perasaan aneh yang tiba-tiba muncul saat ia berdekatan dengan gadis cantik ini.

Tangan Gio beralih mengusap pipi kanan Ifa dan mendekatkan wajahnya pada telinga wanita itu.

"Takdirku," bisiknya yang membuat Ifa seketika membeku.

Ifa membuka matanya dan berusaha untuk meraba pipi pemuda di depannya ini. Benar, semua begitu nyata. Jadi, Gio adalah nama pria yang tempo hari pernah menolongnya.

Kini keduanya saling menatap dan memegang pipi satu sama lain. Gio memberikan senyuman pada Ifyma yang masih menatapnya bingung, tanpa ekspresi dan mungkin bertanya-tanya.

"Semua akan baik-baik saja," ucap Gio tepat di depan wajah Ifa. Bagai kerbau yang cucuk hidungnya, Ifa hanya mengangguk. Entah kenapa hatinya kembali menghangat.

"Ehem," dehem Bima.

Sontak Gio dan Ifa mengakhiri kontak mata mereka. Mereka seperti lupa di mana saat ini berada. Dari kacamata orang lain keduanya tampak seperti sepasang kekasih yang saling mencintai dan saling memberi semangat untuk melangsungkan acara ini.

Ifa menunduk merasa malu sedangkan Gio sedikit berdehem. Mengusir rasa salah tingkah yang sempat menghampirinya. Pandangannya kembali fokus pada Bima.

"Sudah bisa kita mulai?" tanya Bima. Gio mengangguk.

Semua pandangan mata kembali fokus pada mereka dan Bima sedikit membuka lembaran kertas yang ada di atas meja. Mengintip sedikit nama pria yang akan menjadi suami putrinya.
Benar, bukan Alex di sana tapi Gio.

Bima seakan bisa melihat jika Gio sungguh-sungguh dengan putrinya. Tatapan mereka tadi Bima simpulkan sebagai tatapan cinta keduanya.
Kemudian Bima menjabat tangan Gio di atas meja.

"Dengan mengucapkan bismillah, saya nikahkan putriku Ifaya Humaira Pratama dengan engkau Gio Stevano Dirgantara dengan mahar seratus gram emas dibayar tunai!" ucap Bima dengan lantang.

Setelah mengatakan itu seperti ada yang hilang dari hatinya. Bagaimana tidak, merelakan putri satu-satunya untuk menjadi milik pria lain bukanlah hal yang mudah. Terlebih selama ini Bima belum sempat memberikan kebahagiaan pada sang putri, tapi waktu dengan cepat berlalu dan mengharuskan Ifa menikah.

"Saya terima nikah dan kawinnya Ifaya Humaira Pratama,  putri tunggal Bapak dengan mahar tersebut dibayar tunai!" jawab Gio dengan lantang pula.

Setelah semua mengucap kata sah, Ifa tidak bisa membendung air matanya. Ia bergerak menyalami Gio dan mendapat kecupan di keningnya dari Gio.

Kini semua sudah berubah, statusnya sudah menjadi istri orang. Kemudian Ifa bangun dari duduknya, menghampiri Bima dan memeluk sang papa dengan begitu eratnya.

"Papa," gumam Ifa.

Bima pun tidak kalah erat memeluk putri tunggalnya itu. Meski ada Rani tapi baginya Ifa tetaplah anaknya satu-satunya. Sulit sekali mengikhlaskan Ifa untuk menjadi istri dari orang lain tapi semua itu harus dilakukan.

"Papa harus bahagia," ucap Ifa.

Kamu Milikku (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang