"Hiks ... aku,"
Gio menggeleng dan langsung menekuk erat tubuh Ifa. Ifa menumpahkan tangisnya di dekapan Gio.
"Udah kamu nggak usah cerita lagi. Secara garis besar aku udah tau sifat mama ke kamu,"
ujar Gio dan mengeratkan pelukannya. Ifa mengangguk. Setelah dirasa tangisnya cukup reda, Ifa melepaskan diri dari pelukan Gio."Kak Gio janji ya jangan pernah bilang semuanya sama papa," pinta Ifa dengan wajah memohon pada Gio.
"Kenapa? Biar semuanya jelas Fa dan biar papa juga tau kalau selama ini mama nggak benar-benar menjaga kamu dan biar semua nggak terulang lagi," kata Gio sambil mengusap pipi Ifs.
"Jangan Kak, aku yakin semua nggak akan terulang lagi kok,"
"Apa jaminannya?" tanya Gio seolah menantang.
"Kak Gio!" jawab Ifa tanpa ragu.
Dahi Gio mengerut tidak mengerti.
"Aku?" tanyanya dengan jari telunjuk menunjuk dirinya sendiri.
Ifa dengan wajah super menggemaskannya mengangguk yakin.
"Iya, kan aku udah punya suami dan aku yakin Kak Gio yang akan jagain aku kedepannya," jawab Ifa dengan lembut.
Gio mengusap pipi Ifa lembut penuh haru dan tersenyum pada gadis itu.
"Pasti Fa! Aku akan jaga kamu semampu aku yang sebisa aku. Meski kamu belum cinta atau ada rasa sama aku tapi kamu harus tetap percaya kalau aku cinta sama kamu," jawab Gio dengan wajah menenangkan.
Ifa diam saja, ingin mengangguk tapi ia masih ragu pada Gio. Ingin menggeleng tapi ia merasakan ada sirat ketulusan dari setiap kata yang Gio ucapkan.
"Janji ya Kak jangan bilang sama papa," kata Ifa lagi.
"Tapi ada syaratnya," kata Gio. Ifa menatapnya dengan alis yang terangkat sebelah.
"Apa? Janji akan aku turuti semua Kak," ucap Ifa. Gio mengangguk dan mengecup punggung tangan Ifa terlebih dahulu.
"Aku mau kamu ikut aku,"
"Kan aku ini istri Kak Gio dan aku juga nggak akan langgar semua janji aku sama Om Al ... eh papa dulu kok. Kalau aku bakal ikut suami kemana pun itu," kata Ifa.
Senyum terbit di bibir Gio.
"Setelah ini kita tinggal di rumah aku ya," tawar Gio dengan senyum yang masih mengembang. Senyumnya semakin mengembang saat mendapat anggukan dari Ifa.
"Hem emangnya Kak Gio serius untuk menjalani hidup dengan aku untuk seterusnya?" tanya Ifa.
"Kalau nggak serius nggak mungkin aku nikahi kamu Fa. Aku yakin Kamu juga tau seberapa sakralnya pernikahan di mata Tuhan dan kita sebagai manusia. Nikah itu bukan sesuatu untuk dimainkan. Jadi nggak ada keraguan di hati aku untuk menjalankan hidup sama kamu Fa," kata Gio.
Ifa tertegun mendengarnya, ia sudah pasrah dengan bagaimana jalan hidupnya dan tidak ingin menyangkal apa pun mengenai keputusan Amira tentang hidupnya sampai ia harus rela menjadi jaminan untuk membantu perusahan Bima agar tidak bangkrut.
Ifa kembali teringat pada ucapan Vita kala itu. Hidup ini adalah permainan takdir dan mungkin juga rahasia hidupnya sudah seperti ini.
"Aku mau Kak, aku mau ikut tinggal sama Kak Gio, tapi kita langsung pindah gitu aja Kak?" jawab dan tanya Ifa.
Gio tidak bisa menahan bibirnya untuk tersenyum dan kini tangannya bergerak mengusap rambut sebahunya Ifa dengan gemas.
"Iya tapi nggak sekarang. Kaki kamu masih sakit dan kita tunggu sampe bener-bener pulih baru kita urus kepindahan kita. Itu pun kalau kamu enggak keberatan aku tinggal di sini untuk sementara," kata Gio.
"Loh, kenapa harus keberatan, Kak Gio itu suami aku dan enggak ada yang larang untuk Kak Gio tinggal di sini. Lagian rumah ini udah atas nama aku kok, dan mungkin itu juga penyebab mama nggak suka sama aku. Semenjak papa mengalihkan hak milik rumah ini sama aku waktu itu mama mulai nunjukin rasa nggak sukanya ke aku," cerita Ifa panjang lebar.
"Hem ternyata benar dugaan aku kalo Mama Amira cuma mau hidup enak sama papa. Mungkin dia pikir dengan menjodohkan kamu waktu itu dia akan menang tanpa dia tau kalau aku nggak akan biarin itu Fa, bayangin kamu menderita selama ini aja aku udah pingin bunuh tuh nenek sihir!" kata Gio dengan menggebu.
"Jangan bunuh dong, dosa tau Kak. Lagian aku udah merasa lega sekarang,"
"Karena udah nikah sama aku?"
"Itu salah satu alasannya. Mungkin udah jalannya begini. Aku juga heran kenapa dulu nggak berani buat nolak pernikahan kita," kata Ifa sambil tersenyum.
"Berarti kita benar jodoh. Aku juga langsung cinta pas lihat kamu pertama kali, dalam hati aku bilang kalau kamu itu memang takdirku," kata Gio setelah mendengar semua omongan Ifa.
"Loh emang pertama kali Kak Gio liat aku itu kapan? Bukannya pas waktu di jalan itu ya? Ya ampun itu aku kucel banget tau Kak," kata Ifa spontan.
Entah keberanian dari mana sampai ia bisa bicara sesantai itu dengan Gio.
"Bukan, awal aku liat kamu itu pas papa bawa kamu ke rumah buat dinner, ingat?" tanya Gio.
Ifa mengangguk dengan tatapan fokus pada Gio.
"Iya inget. Cuma sekali aku pergi sama papa dan pasti aku inget kok," jawab Ifa."Nah, waktu itu aku di balkon kamar. Aku liat kamu pas keluar dari mobil dan di situ aku udah mulai...,"
Gio menatap Ifa dengan tatapan lembutnya. Ifa tampak lucu dengan tampang ingin taunya.
"Mulai apa Kak?" tanya Ifa penasaran. Wajahnya semakin dibuat serius.
"You know about love at first sight?" tanya Gio yang langsung diangguki Ifa tanpa berpikir dua sampai tiga kali.
"Itu yang aku rasakan pas pertama kali liat kamu," kata Gio. Ifa membalas senyuman Gio.
"Kenapa bisa Kak Gio langsung cinta sama aku? Padahal bicara pun kita belum pernah waktu itu," tanya Ifa.
"Apa karena aku cantik? Amm bukannya aku mau menebar bunga untuk diri aku sendiri ya Kak? Tapi emang banyak yang bilang kalau aku cantik meski aku juga nggak tau definisi cantik itu kaya gimana," kata Ifa lagi.
"Iya," jawab Gio singkat.
Hanya satu kata dari jawaban Gio yang berhasil membuat Ifa mengerutkan keningnya tidak paham.
"Iya? Iya apa Kak, ngomong yang jelas kek!" ucap Ifa terdengar sedikit sebal.
Bagaimana tidak, ia sudah mengeluarkan berbagai model kata tapi Gio hanya membalas dengan satu kata, bahkan artinya Ifa tidak tau yang mana.
"Iya yang kamu bilang semua betul. Awalnya emang kecantikan kamu yang mencuri perhatian aku, mungkin itu cuma obsesi aja tapi setelah dengar semua tentang kamu dari papa rasa yang awalnya kagum itu semakin berubah menjadi rasa yang aku sendiri nggak tau apa namanya," jawab Gio seadanya. Memang begitu kebenarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Milikku (Tamat)
RomanceFOLLOW SEBELUM BACA YA. Kirain bakal nikah dengan om-om ... eh ternyata dengan anak si om. Udah ganteng, kaya, baik hati lagi. Takdirnya Ifa sungguh di luar ekspektasi. JANGAN ADA YANG PLAGIAT!!! INGAT ... TUHAN MAHA MELIHAT.