"Kemana Ifa?" tanya Gio dalam hati.
Ia mengeratkan tali jubah mandinya dan dengan matanya menyusuri seluruh sudut ruangan kamar. Tidak ada istrinya di sana.
"Huft kemana sih. Udah malam juga," katanya lagi.
Tidak biasanya Ifa keluar kamar di malam hari. Apalagi ini sudah menunjukan pukul sebelas malam. Kaki Gio yang hendak melangkah ke pintu terhenti saat melihat pintu penghubung antara kamarnya dan balkon terbuka.
Mendesah lega, Gio berbalik melangkah ke arah balkon. Pasti Ifa ada di sana. Pikirnya.
Benar saja saat ia sampai di sana tampak Ifa menumpu kedua tangan pada besi pembatas dengan tatapan pada langit malam yang bertaburan bintang.Gio berjalan pelan dan berhenti tepat di belakang Ifa. Melingkarkan tangannya pada pinggang hingga perut sang istri. Gio tersenyum saat Ifa terlonjak kaget, namun hanya sebentar.
"Kak Gio!" pekik Ifa pelan.
Tangan mungil Ifa memegang tangan Gio yang ada di perutnya dan kini suaminya itu menumpukan dagu pada bahunya. Bulu kuduk Ifa terasa berdesir merasakan hembusan nafas Gio.
"Kok belum tidur? Udah malem loh," kata Gio dengan suara lembut.
"Nggak tau, tiba-tiba jadi nggak ngantuk lagi," jawab Ifa.
Setelah itu mereka hanya saling diam dalam pelukan yang terasa amat nyaman.
Ia menyandarkan punggungnya pada dada Gio, hingga Gio sepenuhnya memeluk Ifa. Tubuh istrinya sangat pas ada dalam pelukan Gio.Jantung Gio berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Berada di dekat Ifa selalu membuat jantungnya bekerja lebih ekstra. Begitu juga dengan Ifa, dadanya bergemuruh ada dalam kurungan Gio seperti ini.
"Kak," panggil Ifa.
"Hem," jawab Gio hanya berupa deheman.
Pelukannya pada pinggang dan tubuh Ifa semakin ia eratkan. Tangannya beralih menggenggam tangan Ifa yang awalnya berada di atas kedua tangan Gio. Memeluk dan menggenggam tangan Ifa dalam satu waktu.
"Ifa belum jadi istri yang baik ya?" tanya Ifa pelan.
Gio membalikkan tubuh Ifa hingga gadis itu kini berhadapan dengan Gio. Rio mengelus pipi Ifa dan memberi satu kecupan cinta di kening sang istri.
"Udah kok. Kamu bahkan lebih dari kata baik buat aku Fa" jawab Gio.
"Tapi aku belum kasih hak kamu sebagai suami Kak. Aku juga belum ngejalanin tugas aku sebagai istri selama ini," ucap Ifa.
"Selama ini yang kamu lakukan itu semuanya tugas istri kok Fa. Aku juga udah ngerasa kamu layani aku dengan baik dan amanah. Terbukti dari hati aku yang selalu bahagia ada di dekat kamu dan rindu saat jauh dari kamu," kata Gio.
Bukan, Gio bukannya mengatakan itu semua agar hati Ifa terhibur. Gio mengatakan apa yang selama ini ia rasakan sejak ada Ifa di sampingnya.
"Kamu sempurna buat aku Fa," ujar Gio lagi.
"Tapi aku belum kasih kebahagiaan batin untuk Kak Gio," lirih Ifa dengan menunduk.
"Hey Sayang. Hati aku bahagia ada di dekat kamu itu udah kasih kebahagiaan batin namanya," kata Gio sambil menarik Ifa ke dalam pelukannya.
"Kak Gio beneran bahagia sama aku? Atau cuma pura-pura bahagia biar aku nggak sedih?" tanya Ifa.
Ia sampai mendongakkan sedikit kepalanya agar bisa menatap Gio.
Hio mengusap kening Ifa dan melabuhkan satu kecupan di sana."Ayo kita masuk Sayang, aku mau kamu beneran hamil anak aku dan nanti kamu juga tau sebetapa bahagianya aku jadi pendamping hidup kamu," kata Gio.
Belum sempat Ifa membuka mulut untuk bicara, Gio sudah lebih dulu membungkam bibir sang istri dengan bibirnya. Menggendong tubuh mungil Ifa dan membawanya ke dalam kamar.
"Aku udah nggak bisa tahan Sayang. Udah sebulan lebih kita nikah dan udah waktunya untuk menjadikan kamu wanita yang sepenuhnya," kata Gio.
Pipi Ifa bersemu saat Gio menurunkannya di ranjang dan Gio juga naik ke atas ranjang. Memposisikan dirinya di depan Ifa yang tampak merona.
"Boleh ya Fa? Aku janji akan buat kamu bahagia dan akan berusaha jadi suami yang baik buat kamu," pinta Gio dengan tatapan memohon pada Ifa.
Ifa mengangguk dan langsung mengalungkan tangannya pada leher Gio. Menarik tengkuk sang suami lantas menyatukan lagi bibir mereka. Melakukan kegiatan yang sudah seharusnya mereka lakukan sejak awal menikah.
"I love you," ucap Gio di sela lumatannya pada bibir manis Ifa.
***
"Mama gimana sih, katanya Ifa nikah sama Om Alex, tapi ini kok malah sama Gio?" gumam Rani dengan kesal.
Ia duduk di tempat tidurnya dan manatap sebal pada pintu yang baru saja ia tutup.
"Tapi apa hubungannya Gio sama Om Alex ya? Harusnya emang waktu itu Ifa menikah dengan Om Alex bukan Gio. Gio cuma milik aku dan cuma aku yang bakal jadi pendampingnya nanti," geram Rani.
Nafasnya memburu dan air matanya seketika mengalir saat tangannya mengambil selembar foto dari laci. Foto yang menunjukkan seorang pria tampan dan gadis belia yang saling melempar senyum.
"Kenapa harus kamu Yo? Aku masih cinta sama kamu," lirih Rani dengan suaranya yang sudah serak.
"Pokoknya nggak ada yang bisa miliki kamu kecuali aku," katanya dalam hati.
"Aku akan rebut kamu dari Ifa. Karena aku tau kamu itu cuma cinta sama aku dan begitu pun dengan aku yang selalu cinta sama kamu," kata Rani lagi.
Rani dan Gio adalah pasangan kekasih saat Rani masih duduk di bangku sekolah menengah atas dulu. Sementara Gio waktu itu sedang menjalani kuliahnya. Rani pergi tanpa izin pada Gio untuk tinggal di Bandung bersama omanya dan setelah omanya meninggal Rani tetap tinggal di sana untuk melanjutkan sekolah.
Gio tidak tau menahu soal hubungan Rani dan Ifa. Ia memang pernah pacaran dengan Rani dulu dan selama mereka menjalin hubungan belum pernah sekali pun Gio bertemu keluarga dari Rani.
Pertemuan tadi membuat Gio dan Rani sama-sama bingung. Gio bingung ternyata mantan pacarnya adalah kakak tiri dari istrinya dan Rani bingung karena mantan pacarnya dulu ternyata sudah menjadi suami dari adik tirinya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Milikku (Tamat)
Любовные романыFOLLOW SEBELUM BACA YA. Kirain bakal nikah dengan om-om ... eh ternyata dengan anak si om. Udah ganteng, kaya, baik hati lagi. Takdirnya Ifa sungguh di luar ekspektasi. JANGAN ADA YANG PLAGIAT!!! INGAT ... TUHAN MAHA MELIHAT.