Buka lembaran baru untuk menuju kehidupan yang baru
Alzelyn
______________________________________
"Tapi...." Zelyn menatap satu persatu wajah ke empatnya.
"Tapi gue kan ga jago mukulin musuh." Ucap Zelyn mengangkat satu alisnya.
"Itu urusan gampang kita bakal ajarin Lo sampai bisa." Ucap Taksa mengambil air di dalam kulkas.
"Gue mau gabung sama kalian, tapi kalau udah ketemu siapa pembunuhnya gue keluar, jujur gue gak sekuat kak Mada, walaupun gue adiknya kita beda jauh."
"Tenang aja lo aman sama kita, tapi lo akan rasain nyamannya nanti."
"Oke, kapan mulai latihannya?"
"Sekarang!" Ucap Jayden mengambil jaket dan gelang di dalam loker milik Alver.
"Selamat bergabung Zel, sementara lo pakek jaket Alver dulu." Jayden memakaikan jaket dan gelang milik Alver di tangan Zelyn. Jaket hitam itu sangat oversize untuk Zelyn yang mungil.
Zelyn melihat dirinya di pantulan kaca dengan membayangkan wajah Mada yang belum sempat ia lihat. Padahal itu impian terbesarnya.
"Tapi jangan kasih tau ke siapapun kalo lo masuk geng kita!" Maygen menatap Zelyn yang terlihat gagah memakai jaket itu. Gagah tapi mungil!
"Oke gue juga gak mau semua orang tau kalo gue masuk geng gak jelas ini, ntar gue terkenal tukang buat onar lagi." Ucapan Zelyn spontan membuat para mata elang itu menatap nya seakan ingin memangsanya.
Taksa mendekati Zelyn lalu mengepalkan tangannya, siap untuk menghabisi Zelyn. "Kalo bukan karena lo adek Mada gue udah habisin Lo! Dasar sialan!"
"Gue gak butuh kasihan lo, gue emang gak bisa mukulin orang tapi gue bisa lawan lo sini kalo bisa." Zelyn ikut mengepalkan tangannya seakan mahir berkelahi.
Dengan cepat Taksa menahan tangan Zelyn lalu memutarnya satu kali membuat teriakan keluar dari mulut Zelyn. "Awshh lepasin!" Zelyn berusaha melepas tangannya dari cengkraman Taksa.
"Butuh bukti kalau lo bisa, sakit?" Taksa tertawa melihat ringisan Zelyn yang kesakitan. "Lepasin An**Ng!"
"Zel kalo emang gak bisa gak usah di paksa gini kan jadinya, jangan keras kepala!" Ucap Maygen mengelus kasar rambut Zelyn.
Zelyn dianggap seperti anak kecil saat ada di antara mereka. Dari dulu Zelyn memang keras kepala dan tidak suka diremehkan oleh orang lain, selalu melawan ketika ada orang mengejeknya. "Gue bisa kok, akan gue buktikan nanti kalo gue bisa kayak kak Mada, terus gimana ceritanya kalian musuhan sama anak SMA sebelah?" Semua diam saat Zelyn bertanya tentang itu, jika di jelaskan sekarang pasti Zelyn akan salah tangkap dengan penjelasan mereka.
"Lo akan tau sendiri nanti, ceritanya panjang, mending lo mulai latihannya." Jawab Jayden.
Sekarang Zelyn resmi menjadi anggota JAMET(Z) itu nama geng nya untuk sementara ini. Entah sampai kapan Zelyn harus terjebak dalam kehidupan mereka yang sulit di mengerti. Di sisi lain ini adalah salah satu jalan menemukan siapa pembunuh kakaknya yang selama ini dia cari.
☠️
Hari sudah hampir gelap, Zelyn berjalan dengan sepatu yang baru saja ia temukan di pinggir jalan dekat sekolahnya. Karena sepatu lamanya sudah tak layak pakai mungkin sementara ini ia akan memakai sepatu itu, walau sudah sobek di bagian depan. Ia menghitung beberapa uang yang ada di tangannya untuk membeli makanan yang bisa mengganjal perutnya. Latihan pertamanya cukup membuat Zelyn lelah dan menghabiskan tenaga.
"Bu satu porsinya berapa ya?" Tanya Zelyn dengan ragu karena uangnya hanya sedikit.
"Sepuluh ribu kalo sama minumnya tiga belas ribu." Ucap wanita paruh baya itu sibuk melayani pelanggan.
"Satu porsi ya Bu di bungkus." Ucap Zelyn lalu duduk untuk menunggu pesanan.
Setelah membeli makanan ia bergegas untuk pulang karena malam ini ia bertugas menjaga cafe.
Dughh
Sebuah batu kecil berhasil mengenai kaki Zelyn. Ternyata batu kecil itu berasal dari anak kecil dengan wajah manis dan senyum lebarnya. Zelyn ikut tersenyum melihat anak kecil itu. "Maaf kak aku tidak sengaja, kaki Kakak ada yang sakit?" Tanya anak kecil itu mengelus kaki Zelyn.
"Gak ada, kakak gak papa kok!" Zelyn jongkok memadai tinggi bocah itu.
"Kak aku.....lapar" ucap bocah itu saat melihat ada makanan di kantong plastik milik Zelyn.
"Kamu lapar? Nih buat kamu aja nanti kakak beli lagi." Zelyn memberikan nasi bungkus itu kepada bocah yang bernasib sama dengannya. Lapar itu yang dirasakan Zelyn saat ini ia makan apa setelah ini? Uangnya tersisa selembar uang berwarna abu-abu. Sedangkan nasi bungkus harganya sepuluh ribu, Zelyn bisa apa?.
"Kak terimakasih ya makanannya enak, maaf kak dari pagi aku gak dikasih makan sama ibu, katanya aku anak nakal dan bandel, sedangkan adik selalu di kasih apapun yang dia mau, Padahal aku selalu nurut sama ibu dan bapak tapi aku gak pernah di anggap ada." Ucapnya dengan mulut penuh makanan.
"Iya sama-sama, kamu itu gak nakal mungkin ibu kamu mendidik kamu agar menjadi anak yang mandiri gak tergantung terus sama orang tua, nanti kalo kamu mandiri kamu bisa jagain adek kamu, dan menjadi orang yang bertanggung jawab sama apapun yang kamu perbuat, jadi kamu jangan berpikir kalau orang tua kamu itu gak sayang sama kamu oke!" Bocah itu menatap Zelyn dengan anggukan pelan.
"Jadi gitu ya kak, kayaknya aku punya sala sama bunda dan ayah jadi aku di hukum sesekali. Kakak cantik pasti ibunya juga cantik ya kan?" Tanya bocah itu dengan tatapan polos mengagumi sosok Zelyn yang sedang tersenyum padanya.
"Oh iya? Ibuku lebih cantik dariku." Zelyn mengelus rambut tebal bocah itu. "Andai kamu tau hidupmu lebih beruntung daripada aku.""Kak aku pulang dulu ya kak pasti ibu butuh bantuanku, terimakasih." Ucap anak kecil itu berlari pulang kerumahnya dengan perasaan kenyang. Zelyn? Mungkin ia bisa puasa untuk malam ini lucu ya hidup ini kadang membahagiakan orang lain adalah hal yang wajib,sedangkan memikirkan diri sendiri saja jarang.
"Mama?" Zelyn terkejut melihat sosok yang sangat ia rindukan ada di sebrang jalan. Air mata Zelyn menetes ingin sekali ia memeluk tubuh itu. Tapi...ia sadar bahwa dirinya bukan lagi Zelyn buta dengan Mada yang masih membelanya. Zelyn masih berharap ia akan kembali masuk di kehidupan Dira. Mungkinkah Dira masih memikirkan Zelyn atau bahkan lupa bahwa ia pernah berjuang melahirkan seorang bayi kecil bernama Zelyn itu?
"Mama cantik." Zelyn menyeka air matanya saat Dira sudah hilang dari pandangannya.
"Anggota geng gue gak boleh nangis di tempat sembarangan!" Seseorang memberikan sebuah tisu dengan wajah garangnya. "Lo bukan orang lemah Zel. "
☠️
Update lagi hihihi maafin ya soalnya gak pegang hp lama tunggu bab selanjutnya 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
JAMET(Z) [ On Going]
Teen FictionHaruskah rasa iri menjadi bahan untuk dendam? Tentang mereka yang memperjuangkan kebenaran yang tersembunyi ☠️ _________________________________________ Kisah ini bukan kisah cinta tapi kisah the J A M E T yang ditakuti semua orang kecuali satu oran...