04. jurnal kekosongan

76 10 3
                                    

Dara memandangi Makam Bisu yang sekarang lebih bersih ....tadi rumput rumput liar dengan kejam mengobrak Abrik gundukan ber nisan kayu  itu

Agatha Nusantarawati
Wanareja 20.01.1924
Serpong 14.04.2000

Masih terbayang wajah perempuan yang kritis karena sesak akibat terlalu banyak menghirup asap itu

Dalam napas patah patah, mata sembab serta tubuh penuh luka itu tak putus dia memandangi Dara yang terus berjaga di samping ranjangnya ....dara yang tak henti membaca doa doa hingga jauh malam .... 

"Istirahatlah Nak...." Lirih perempuan itu dengan nafas masih terdengar sesak

"Ibu yang sakit ...ibu yang istirahat" senyum Dara sesaat ....Agatha berusaha meraih wajah lembut berbintik laki laki tampan itu ....

"Dara belum makan ...dara belum mandi ...mana ibu bisa istirahat?" Senyum sang perempuan...

"Perutku bunyi dari tadi ....dan aku bau gorila ....tapi aku mau jaga ibu terus ....." Lanjut sang laki laki tanggung itu nakal ....

Agatha tersenyum sejenak " kau tahu ....yang namanya terus itu gak ada....pada saat saat tertentu kita akan terbentur akhir" lanjut sang perempuan

"Dara akan Jaga ibu terus ....dan Dara akan usir ketika akhir itu datang ...biar dia gak berusaha balik lagi" ujarnya masih tersenyum nakal walaupun matanya kini berkaca kaca ....

"Dan karenanya kau harus mandi dan makan ....biar bersih ...biar kuat ....biar bisa terus jaga Ibu kan?" Lanjut Agatha dalam senyum ....

Dara sejenak terdiam dan pelan pelan mengangguk "dan aku gak mau bilang sampai jumpa lagi karena mereka yang bilang gitu pada kenyataannya gak pernah kembali ....aku akan makan ....mandi ....dan aku mau Ibu tunggu aku di sini" ujar laki laki Muda itu tergetar

"Makan...mandi....ibu akan menunggumu di sini" senyum Agatha yang kemudian mendapatkan pelukan Erat dari pemuda tegap berwajah lembut itu.....

"Dan ibu gak nunggu" senyum Dara memandangi Nisan Kayu yang mulai pudar itu ....nisan yang terlalu murah hingga dalam hitungan bulan bentuknya sudah gak karuan ...

"Jangan Khawatir ....Dara gak marah .....semakin lama kita gak ketemu semakin dalam rindunya kan Ibu? ....kemarin Dara pergi ke Panti....penjaga Lahan bilang Dharma ada di Cibubur.....dia lupa menepati Janjinya....jadi Dara Pikir......Dara mau menagihnya Ibu.... " si Pemuda sesaat berjongkok dan mengusap nisan kayu itu dengan sayang

"Jangan benci Dara Ya Bu ....Dara cuma ....gak bisa melupakan dia ...Dara butuh jawaban.....Dara butuh Dharma ...." Lirihnya seraya perlahan lahan menutup mata ....dipanjatkannya doa kepada Tuhan ....yang dia gak pernah tahu atas kekotorannya selama ini ,masih maukah sang pemilik kehidupan mendengarkan permintaan permintaannya ....

"Pun Tuhan gak mau dengar doa Dara , Tuhan yang maha baik pasti mau jaga Ibu Agatha dan Dharma ....." Ujarnya dalam senyuman seraya perlahan membuka mata .....

Si tampan masih terpekur sendiri tanpa menyadari sosok tak jauh darinya yang sejak tadi memperhatikannya

************
Bima

Bima tak sengaja memperhatikan bocah tegap dengan pipi kemerahan yang sejak tadi terduduk berdoa di pusara pojok kiri....dia sendirian... Tanpa payung di cuaca yang amat terik siang ini.... Pusara di hadapannya polos tanpa bunga tabur... Dan anak ini tampak tidak membawa plastik bunga maupun petugas pembersih makam untuk sedikit menyiram air ke pusara yang hanya tertutupi sekedarnya oleh rumput meranggas

"Eh om.... " Ujar si Bocah kaget melihat Bima sudah berdiri di sampingnya...

"Aku bawa bunga lebih... Kamu mau? " Tawar si tegap sambil tersenyum...

the eternity origins : menjadi Dara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang