01.hadiah dari malam dingin

289 16 8
                                    

Agatha

Aku melangkahkan kaki reumatikku ketika mendengar kelontangan di dapur , Sudah lama sekali sejak aku harus berjibaku sendiri dengan making maling yang mencoba mencuri Dari rumah yatim piatu ini. Kami sudah bisa membayar satpam Dan anak anak sudah mulai besar jadi kupikir ...tugasku tentang tetek bengek keamanan ini sudah tidak terlalu berat

Mata tuaku sedikit berjibaku melihat pundak lebar yang sedang serius mencuci piring ....usianya 12 tahun kulit pucat Dan wajah berbintik bintik itu.... Kini sudah tumbuh lebih besar...dia selalu tenang seperti saat pagi penuh kabut 11  tahun lalu aku mengangkatnya Dari kardus minyak goreng ...bahkan setelah semut semut mulai mengerubunginya

"Apa Ibu Agatha perlu meminta maaf ra?" Lirihku seraya meraih pundaknya

"Tentang mengapa ibu memilih Dara sebagai nama panggilanku Bu? Gak usah ...sudah terlalu biasa...." Lirih sang bocah seraya tersenyum ....

"Kamu datang ke panti ini saat kabut mulai menghilang di pagi februari 1985....tertidur gagah walau semut sudah mulai mengerubungimu ....jadilah Udara Fajar Perkasa"

"Dan Ibu gak manggil aku Uda karena akan rancu sama Uda toko Kelontong depan Panti.... Serta Fajar karena kita punya sekitar 6 orang Fajar lebih dulu ditempat ini sehingga akan menimbulkan kebingungan besar... " Senyum Si Pria kecil seraya menumpuk numpuk piring yang sudah bersih dan memasukkannya ke Lemari lemari tempat piring

"Gimana kalo Asa? Kita panggil kamu Asa? " Usul sang perempuan tua sambil mengusap lembut kepala plontos si anak yang seketika mengangkat bahu

"Well... Telat 11 tahun... Kita semua udah biasa dengan Dara yang ternyata laki laki... Lagipula... Ganti nama panggilan berasa kayak ganti jati diri buatku... Jadi... Males ribet... Ya udah lah ya" Jelas si Anak panjang lebar seraya mencuci tangan

"Lantas.... Apa yang buat Dara ndak bisa tidur dan murung sepanjang sore? " Tanya perempuan dengan daster bermotif wayang itu, matanya yang hangat memandang si bocah dengan menyelidik

Dara menggaruk garuk kepalanya "errr... Karena.... Banyak piring numpuk? " Senyumnya salah tingkah

Sang perempuan menggeleng singkat "gak mungkin... Ini lebih dari itu kan? " Ujarnya melanjutkan

Sang Bocah menarik napas panjang "aku gak sengaja mendengarkan pembicaraan kalian tadi siang... Saat mengantar teh hangat untuk... Calon pengadopsi.... "

Perempuan Tua itu tak sengaja menutup mulutnya "ya Tuhan.... " Gumamnya lirih....

Dara kembali mengangkat bahu dan tersenyum masam "Dara baik baik Ibu... Hanya ngerasa... Gak diinginkan aja... Maksud Dara... Dara gak nakal.... Dara rajin... Dan Dara gak jelek jelek amat... Tapi kenapa selalu...ditolak? .. " Ujar Sang anak mengutarakan kegelisahan dengan mata berkaca kaca

"Hei hei hei.... Ibu pikir siang ini gak terlalu menyakitkan... Ibu gak tahu kamu sesakit itu... " Ujar sang perempuan tua seraya memeluk sang bocah... Yang sesenggukan....

"Tertolak.... Aku merasa tertolak... " Lirih si bocah dalam tangisan... Sang perempuan mengelus kepala anak itu dan sejenak kembali pada peristiwa tadi siang di kantor panti

***********
"Aku pikir kita akan ke mall... " Rajuk bocah kurus yang terduduk diantara ayah dan ibunya

"Papa pikir ini baik buat kita..Ditto... Kamu perlu teman dan kami perlu... Kami perlu alasan memperbaiki ini semua.... " Ujar sang ayah ragu ragu kepada si bocah...

the eternity origins : menjadi Dara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang