14. jembatan dari surga

34 7 0
                                    

Bima memandang acuh melihat Dara yang sudah rapi keluar dari kamarnya.... Diteguknya kopi hitamnya sambil membalik balik koran paginya

"Aku sudah sediakan Satu box bento di Pantry, kalo om gak mau bawa ke kantor buat makan siang taruh di kulkas aja.... Sayang takut basi" Ujar Dara tanpa benar benar memandangi si tampan yang masih dengan dingin terduduk di depan TV .....

"Taruh cucian kotor om di mesin cuci... Pulang sekolah langsung kukerjakan.... Kalo sempat beli vitamin c di minimarket ... Cuaca lagi gak enak.... " Lanjut Dara seraya berjalan ke pintu depan

"Kamu udah enakan badannya? " Lirih Bima sesaat sebelum Dara memegang gagang pintu, si muda berbalik dan tersenyum tipis

"Udah mendingan Om.... Apalagi om nanya gini.... Tujuh puluh persen lah" Cengir Dara seraya mengacungkan jempol

"Buaya.... " Dengus Bima.... Dara tak sengaja terpingkal.... Dengan langkah bergegas Bima menghampiri Dara yang terbengong di depan pintu

"Kenapa Om? " Bingung Dara memandang si tampan

Bima secara tak terduga mengecup dahi pria yang lebih muda.... "Aku jatuh cinta.... Kau membuatku jatuh cinta terlalu dalam padamu" Ujarnya dengan suara menawan....

Dara terdiam memandangi lelaki yang lebih dewasa "yeah aku tahu" Lirihnya kemudian

Bima cemberut memandangi Dara dan dengan lembut menyentuh dagu si muda "itu aja? " Timpalnya

"Aku tahu.... Dan aku mau membuat ini semua berhasil Om... " Jawabnya khidmat

"Ra.... " Lirih Bima kemudian

"Dara selalu ditinggal Om.... Dara gak pernah benar benar diinginkan.... Dan karenanya..... Dara... Dara gak akan tinggalkan Om... Dara gak akan membuat om merasa gak diinginkan... Apalagi Oleh Dara.... " Senyumnya dengan suara tergetar

Bima terdiam mendengarnya ketika dara sejenak mengejar bibirnya  "kau yakin ra? " Lirih Bima

Dara sejenak tertawa "Dara gak tahu om... Tapi yang jelas... Dara mau belajar.... " Lirih si muda seraya memohon diri

*********
"Lebih baik?"  Terdengar sebuah suara di punggung Dara yang masih asyik menata box box bentonya di depan kelas pagi itu

"Kak Chandra ..." Senyum Dara sesaat seraya  mengangsurkan sekotak Bento pada lelaki gempal yang menyerahkan uang lima belas ribu padanya

"Gue pikir kakak minta gratis...." Lanjut Dara sejenak terkaget

"Kenapa gitu ....?" Timpal  Chandra memandangi Dara tidak paham

"Bayaran mendengar curhat ...."lugas si Pria muda berwajah bintik bintik itu kemudian

"Lonte kuping dong gue..." Cengir Chandra

"Kok lonte kuping?" Bingung Dara tidak mengerti

"Iyalah ...udah denger denger terus dibayar .." cemberut Chandra sesaat ...mereka kemudian meledak dalam tawa ...

"Di luar sana mereka bilang itu psikolog kak ..." Sahut Dara ketika tawa mereka berhenti

"Gue gak punya lisensi ...dan gue pikir ...gak seharusnya perlu bayar bayar untuk menyempatkan diri mendengarkan keluhan kawan ..." Jelas Chandra kemudian seraya menyuap bentonya

"Dan terimakasih udah mau mendengar gue ya kak ....dan terimakasih untuk lima belas ribunya ...." Senyum Dara manis walaupun sorot sedih tak hilang dari wajahnya

Chandra terdiam mendengar kata kata Dara ... Sejenak sosok si pemuda dengan wajah berbintik bintik terbayang di kepalanya berganti dengan wajah gembil Aldi berlalu lalang di kepalanya

the eternity origins : menjadi Dara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang