02.Asa yang terburu usai

118 12 2
                                    

Dharma

Dara..... Aku gak memanggilnya Udara karena sejak kecil memang aku memanggilnya Dara.... Kami sebaya ... Sama sama Terbuang di Panti Asuhan Bintang Utara,bahkan sebelum tahun pertama usia kami di dunia kami sempat dekat dan sangat dekat.... Dara kecil yang belepotan bedak selalu kubawa dan kubonceng naik sepeda di gang gang daerah serpong tempat panti asuhan yang menampung kami berdiri

Masih teringat dialog konyol nan lugu antara kami berdua.... Kami berdua yang tumbuh bersama namun dengan kadar kepolosan yang berbeda..... Dara itu kayak malaikat.... Bersihnya gak tertolong lagi

"Gue yang luka kok elo yang nangis? " Ujar Dharma yang terduduk di meja makan sementara Dara mengobati luka di sikunya...

"Jangan ngomong pake lo gue... Dosa... " Ujar Dara sambil sesenggukan, mereka kelas satu SD saat itu... Dharma mengajarkan Dara bersepeda dan Dara yang belum pandai mengatur malah menabraknya hingga terpelanting jatuh ke got

"Mau gue ceritain sesuatu gak ra? " Cengirku tengil... Dara menarik Ingusnya dengan tissue, kemudian bertanya masam

"Apaan? " Bingungnya

"Ngomong lo gue gak dosa... " Nakalku dalam bisikan

"Tapi Ibuk marahin aku besar besaran saat aku ngomong gitu... Macam orang berdosa aja... " Cemberut Dara dalam bisikan

"Lo emang ngomong lo gue sama siapa" Aku tersenyum sambil sedikit menahan sakit saat Dara mengobati lukanya...

"Uda Lukman......warung kelontong" Ujar si manis lugu....

"Ya itu gak sopan Daraaaaaa... Bukannya dosaaaa.... Lo ngomong lo gue sama orang yang lebih muda ato seumuraaaan... Bukan sama yang lebih tua.... Apalagi kakek kakek.... Lo gak dosa.... Tapi lo layak dikutuk karena kurang ajar.... " Cerocosku sementara Dara hanya tersipu sipu malu dengan wajah sembab

Semua berjalan biasa dan normal hingga aku menemukan takdir terhebat bagi anak anak asuh panti... Diadopsi oleh keluarga mapan dan bahagia ....takdir yang memaksaku untuk pergi jauh darinya.... Takdir yang membuatku bertanya tanya.... Siapa lagi yang akan menjaga bocah lugu yang amat kusayangi itu? .... Siapa yang bisa melindunginya dari dunia yang konyol ini?

Dan tak berapa lama semesta memberi jawab.... Bukan jawaban yang menyenangkan tapi paling tidak aku tahu.... Dunia tak seberbahaya itu.....

Mata bening Dara memandangi langit terik di atasnya, masih terasa sakit sakit di tubuhnya serta rasa besi di sudut bibirnya... Wajah sakit, tubuh pegal serta luka luka di sekujur badannya

"Katanya setelah beberapa saat lukanya akan terasa gak begitu sakit.... " Aku berteriak memecah keheningan di tengah lapangan rumput itu....

Dara tidak menggubrisku dan hanya tersenyum... Sejenak aku mengulurkan tangan.....kurasakan genggaman hangat di tanganku setelah Dara menerima tawaranku

"Lo mati ra? " Ujarku sambil tersenyum membersihkan kaos olahraganya yang ternoda tanah... Kami berdua tak sadar terduduk di lapangan Dara seketika tertawa... "Nggak Ma.... Gue ngelawan.... Gue babak belur dan gue ngelawan... " Ujarnya tak sengaja sesenggukan

"Gimana rasanya?" Sambungku seraya memperbaiki letak duduk bersilaku.. Tak sadar seketika salah tingkah ketika Dara memandangi wajahku

"Lengkap.... Gue ngerasa lengkap... " Senyum Dara Kemudian..... Kaum perundung itu pergi setelah berkelahi dengan Dara dan aku... Tidak ini bukan tentang kalah atau menang... Ini tentang pembuktian.... Tidak ada yang berhak menginjak-injak... Seperti tidak ada yang berkewajiban untuk diinjak injak....

Kami berdua terdiam mendengarkan hembusan angin... Entah kenapa ada rasa tuntas di dada ku... Rasa Tuntas bahwa sang bocah kecil tidak perlu perlindungannya lagi

the eternity origins : menjadi Dara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang