Seberapa banyaknya cara untuk tersenyum, tetap saja aku tidak bisa membentuknya dengan indah. Nyatanya, hidupku lebih gelap dari langit malam. —Jina Jitaksara
"DASAR!! ISTRI TIDAK BECUS!"
Rani, ibunda Jina menangis di tempatnya. Banyak serpihan kaca disana, entah dari gelas maupun piring semuanya ada di atas lantai. Wanita itu tersenyum sumir, dia kembali menatap suaminya itu.
"HARUSNYA AKU YANG NGOMONG GITU!! KAMU YANG SUAMI NGGAK BECUS! BISANYA CUMA MAIN TERUS SAMA JALANG!"
Plak
Satu tamparan membekas di wajah Rani, wanita itu memegangi pipinya yang terasa panas serta bibirnya yang robek akibat tamparan dari suaminya.
"Kok berhenti? Ayo tampar lagi! Tampar lagi ayo!"
Di dalam kamarnya Jina menangis tersedu-sedu, dia benar-benar muak dengan pertengkaran orang tuanya yang tak pernah kunjung usai. Seseorang, bisakah membantunya dalam masalah ini. Dia benar-benar lelah dengan semuanya, ia benar-benar tak tahan dengan situasi yang terjadi di rumahnya.
Maka dengan langkah lebarnya dia keluar dari kamar, dengan lampu kamar yang kemudian ia pecahkan di ruang keluarga. Dimana sang ayah dan ibunya masih dalam pertikaian.
"UDAH CUKUP!! JINA CAPEK YAH.. BU.. TIAP HARI DENGERIN KALIAN BERANTEM DAN TERUS-TERUSAN ADU ARGUMEN, JINA CAPEK!"
"KENAPA SIH KALIAN JADI BEGINI?! SEMENJAK JINA LULUS DARI SD KALIAN JADI SERING BERTENGKAR, KENAPA BISA BEGINI? JAWAB!!"
"APA INI ADA KAITANNYA SAMA JINA? APA KALIAN BERTENGKAR KARENA ADA JINA DISINI?"
"IYA!! KENAPA?!"
"KAMI BERTENGKAR GARA-GARA KAMU, PUAS?! ANDAI AJA KAMU NGGAK LAHIR DI DUNIA INI, ANDAI KAMU NGGAK ADA MUNGKIN SAYA MERASA SANGAT BAHAGIA. MEMANG UNTUNGNYA APA MEMBAWA KAMU PULANG DARI RUMAH SAKIT, JIKA AKHIRNYA HANYA BISA MENYUSAHKAN SAJA! MENYESAL SAYA MEMILIKI ANAK DAN ISTRI SEPERTI KALIAN!"
Jina menatap tak percaya pada ayahnya, selama hampir 9 tahun tidak pernah bicara. Ayahnya semakin berbeda, dia memang bukan lagi ayahnya yang dulu memiliki banyak senyuman hangat dan menjadi bahu sandarnya.
"DAN ASAL KAMU TAHU, GARA-GARA KAMU PERUSAHAAN SAYA JADI BANGKRUT! SEDANGKAN IBU MU ITU? KERJAANNYA CUMA JADI ISTRI PENYAKITAN AJA! ENGGAK ADA YANG BERGUNA."
"Kalo gitu saya yang bertanya, bukankah tugas seorang ayah itu menafkahi anak dan istrinya. Lantas apakah anda sudah memenuhi semuanya? Belum kan? Memang apa yang membuat anda sombong, dan dengan mudahnya merendahkan saya dan ibu saya."
"Selama hampir 9 tahun, saya tidak pernah lagi menginjakan kaki di ruangan ini. Saya membiayai hidup saya sendiri, saya selalu mencari beasiswa agar saya tidak putus sekolah. Saya selalu bekerja part time, lantas menyusahkan darimananya?"
"Anda selalu tidur dengan para jalang! Sudah tahu BANGKRUT, tapi masih saja suka menapaki tempat haram seperti itu, hari-hari hanya bisa marah dan marah. Uang? Anda banyak hutang ke- rentenir tanpa pernah membayarnya kan? Bahkan dengan mudahnya hutang di tempat yang berbeda-beda. Anda sendiri yang menghabiskan uang untuk diri sendiri, dan dengan mudahnya Anda mengatakan jika saya dan ibu saya menyusahkan Anda?! THINKING! DON'T BE STUPID MAN!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumantara Aksara || Haechan (END)
Teen Fiction"Sebenarnya, salah satu dari mereka menjauh untuk kebaikan dan kebahagiaan bersama." Aksara mengucapkannya bersamaan dengan lagu yang masih terputar. ... "Gimana? Udah tahu makna...