Dimana ada pertemuan, disitu ada perpisahan.
_Aksara Adiwarna_
•••Selayaknya kilat, Danur menunggangi motornya bak pembalap moto gp. Banyak dari para pengendara lain yang merutuki cara Danur berkendara. Tapi yang namanya Danur, dia sih tidak urusan.
Dalam detik dan menit yang terlewat, tidak pernah dari keduanya meruntuhkan semangat Danur yang tengah mengejar Jina menuju bandara. Walau pagi ini bumantara sudah tidak mendung, hawa dingin pagi hari menjadi medan untuknya mengejar Jina.
Danur berlarian di bandara, mencari-cari sosok Jina seperti orang gila. Dia memutar badannya, matanya dengan jeli mencari-cari dimana kiranya Jina saat ini. Tak lama ada seseorang yang menepuk bahunya, dia segera menoleh dan mendapati seseorang yang di carinya ada disana.
"Cari gue?" Tanpa berkata-kata Danur langsung memeluk Jina, pria itu menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Jina. Mencium kuat aroma coklat dari Jina, mungkin ini adalah aroma yang akan di rindukan olehnya.
"Ngapain sih Nur, niat banget nyusul gue sampe kesini." Danur melepas pelukannya, "enggak boleh, seorang teman ingin mengantarkan temannya yang hendak melanjutkan sekolahnya di negeri gingseng?" Tanya Danur.
Untuk sesaat Jina terdiam, dia tersenyum saat Danur mulai merubah pikirannya. Benar, sebaiknya memang seperti ini.
"Enggak lah, justru gue seneng. Ada yang mau anterin gue, dan nemenin gue sebelum gue take off."
Danur mengangguk setuju, "jadi gini yah rasanya mengikhlaskan?" Jina mengangguk, "dan sebaiknya memang seperti ini."
"Bang Aksara bener, cinta itu tidak harus memiliki. Cinta itu mengajarkan kita bagaimana caranya berkorban, dan juga tentang mengikhlaskan." Jina mengelus pelan pipi Danur, pria itu menutup matanya untuk merasakan sensasi menenangkan yang jarang dia dapatkan.
"Jadi, kamu mau take off jam berapa?" Jina tersenyum saat manik hijau itu terbuka, "Darren, apa kabar?" Darren tersenyum, pria itu mengusap gemas pada rambut sebahu Jina.
"Kabar ku baik, yang tidak baik itu hati aku. Harus merelakan kamu, dan mengikhlaskan kamu bersama pria lain nantinya."
"Percaya sama aku, suatu saat nanti kamu bakalan nemu wanita yang pas untuk kamu sama Danur."
"Iya benar, dan setelah Danur mendapatkan wanita yang bisa menggantikan posisi bunda dan kamu, aku akan pergi. Karena di situ, tugas ku udah selesai." Jina melepaskan tangannya dari wajah Danur yang kini di ganti oleh Darren.
"Tapi, walaupun nanti Danur mendapatkan wanita lain. Cuma kamu, satu-satunya gadis yang memiliki tempat khusus di hati Danur. Karena mulai detik dimana Danur menyatakan perasaannya pada mu, pada detik itu juga Danur menjadikan bumantara sebagai atensinya untuk menatap wajah ayu bunda, dan kamu." Darren mengelus pipi Jina, pria itu mencium sedikit lama pipi Jina.
"Maaf, cuma aku lagi kangen sama kamu. Kan kamu tahu, udah hampir setengah bulan kita tidak bertemu. Apalagi, sekarang kamu mau pergi ke- negeri gingseng." Jina tersenyum tipis menanggapinya.
Tak berselang lama, panggilan untuk penumpang yang akan take off ke- negeri gingseng berbunyi. Jina langsung memeluk erat kembali Danur, gadis itu pasti akan merindukan teman barunya mulai saat ini.
"Aku mau berangkat dulu. Ingat, selalu jaga kesehatan, jangan banyak begadang. Karena laporan penelitian dan hasil observasi yang kamu buat enggak bakal hilang kok, kalo kamu tutup mata 8 jam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumantara Aksara || Haechan (END)
Novela Juvenil"Sebenarnya, salah satu dari mereka menjauh untuk kebaikan dan kebahagiaan bersama." Aksara mengucapkannya bersamaan dengan lagu yang masih terputar. ... "Gimana? Udah tahu makna...