2: Bayu & lembaran kertas

254 91 124
                                    

"Bila di katakan, jujur saja aku cemburu dengan sang bayu. Yang berani menyibak helaian rambutnya."
_Aksara Adiwarna _

Bayu dalam bahasa sanskerta, memiliki arti angin. Kalian tahu, itu kenapa Aksara selalu memiliki dendam dengan yang namanya Bayu. Bayu itu selalu melewati setiap helai rambut Kirana, tanpa gadis itu marahi. Bahkan, ingin sekali rasanya dia membungkus seluruh angin yang ada di dunia jika saja ia tidak membutuhkan oksigen untuk bernafas.

Aksara patut bersyukur sebenarnya, karena Danur dia menjadi berangkat lebih awal dan bisa bertemu dengan Kirana. Jangan membayangkan kalo sekarang Aksara ada di sebelah gadis itu, dan membiarkan bahunya menjadi tempat bersandar gadis itu. Nyatanya Aksara tengah memperhatikannya dari jauh. Cukup, sangat cukup untuk Aksara. Pria tan itu menyandarkan kepalanya dengan tangan sebelah kanan sebagi penompang, dan tangan kirinya yang setia mengangkat cangkir berisi kopi hitam yang senantiasa di sesap olehnya.

Bunda, Aksara dapet mantu nih buat bunda. Ingin sekali Aksara mengatakan itu kepada bundanya. Baiklah, mungkin untuk saat ini dia harus mengikuti prinsip Pandu. "Pepet terus, jangan kasih kendor!" Itulah prinsip Pandu, entah untuk melawan- lawannya atau bahkan untuk mendekati gadis pujaannya.

Sang bayu kembali menerbangkan helaian rambutnya, bahkan dengan beraninya kini menerbangkan beberapa lembar kertas yang gadis itu pegang. Aksara menangkap satu kertas yang berisi beberapa kosakata bahasa Jepang. Dia memang tahu jika Kirana mengambil jurusan sastra Jepang, maka dari itu sedikit-sedikit dia juga belajar Jepang bersama bapaknya. Kadang juga belajar bareng sama Adun kalo sedang tidak marahan.

Sebenarnya sih sudah dari dulu bapak mengajarkan anak-anaknya belajar bahasa jepang. Kata bapak sih, kalo misal mau ke- Jepang kan sudah bisa bahasanya. Selain itu juga, siapa tahu anak-anaknya ini ada yang memiliki minat yang sama dengan bapak. Tadinya bapak kira anaknya tidak ada yang berminat, nyatanya setelah lulus SMA Adun segera mendaftar kuliah dan masuk jurusan sastra Jepang.

Ya, mungkin hanya abang pertamanya saja yang menyukai Jepang. Nyatanya para Nipun bersaudara memiliki keahlian yang berbeda-beda. Contohnya Adun yang pintar di sastra Jeoang, Pandu yang pintar di bela diri, Aksara yang pintar di musik dan Danur yang pintar di biologi. Bahkan untuk Danur, beritanya sih dia sudah menemukan penemuan baru untuk lomba karya ilmiah di Jepang nanti.

Aksara mendudukan dirinya di sebelah Kirana. Canggung, dan panas dingin sudah pria itu rasakan. Dia menyerahkan selembar kertas milik gadis itu yang terjatuh, gadis itu mendongak. Menatap sepasang mata yang tengah memperhatikannya. Mata hitam bulatnya dan senyuman manis, membuat gadis itu segera mengalihkan pandangannya.

"Makasih." Gadis itu pergi dengan cepat dari hadapan Aksara, seakan-akan dia itu tengah ketahuan mencuri. Padahal Aksara sendiri sudah menyiapkan 1001 kata-kata yang akan membuat nyaman si gadis, atau bahkan membuatnya baper. Tapi rupanya, rencananya itu harus ia kubur dulu. Tak apa, masih ada hari esok bukan? Jadi lebih baik dia kembali menikmati kopinya yang sudah di minum setengahnya.

•••

Danur Dharma, pria itu sesekali mengecek kembali dokumen penting yang akan di presentasikannya. Di tengah keadaan yang mendesak, dia harus mengalami insiden dimana kertasnya berhamburan di lantai koridor gedung seni tari karena tabrakan. Jangan tanyakan mengapa dia bisa kesasar kesini, ini semua berawal dari dirinya yang mencari dosen yang katanya tengah memiliki kepentingan di gedung seni. Berakhir dirinya yang harus menjemput dosen itu.

"Maaf." Suara seorang gadis yang nampak tergesa-gesa itu terdengar di telinganya. Danur tak menanggapi, pria itu lebih memilih memungut kertas yang berserakan di lantai. Tanpa di sadari olehnya, gadis yang menabrak dirinya juga ikut memungut kertas yang berjatuhan.

"Sekali lagi maaf, gue nggak sengaja beneran." Barulah Danur menatap gadis itu, gadis dengan rambut se- bahu dan wajah yang ayu. Danur ternama untuk sesaat, namun dia segera mengenyahkan pikirannya saat teringat sebentar lagi dia ada melakukan presentasi.

"Hm." Hanya itu yang di balas oleh Danur, pria itu menarik kertas yang masih ada di tangan gadis itu dan segera melenggang pergi dari sana.

•••

Kirana menghela nafasnya panjang, dia terus mengingat kejadian yang baru saja terjadi. Dia mendekatinya! Bahkan dia tersenyum padanya, bahkan sampai sekarang jantungnya masih berdegup abnormal. Terlebih saat melihat senyuman manis dari pria tan itu.

Benar semuanya, Kirana itu sedang jatuh cinta. Entah sejak kapan rasa itu muncul, hanya saja dia menyadari perasaannya saat pria tan itu membantunya mengikat tali sepatu yang lepas waktu ada seminar dulu. Pertemuan yang singkat, namun bisa memporandakan hati seorang Kirana Asmaraloka.

Dia kembali memegang erat kertas yang di sodorkan oleh Aksara, gadis itu menempelkannya di dada. Meresapi bagaimana tangan kekar itu mengambilkan kertas yang terjatuh karena angin.

Kepada sang bayu yang sejuk, biarkanlah kertas ini kembali bertebaran terkena angin- mu asalkan dia yang mengambilkan kertas ini untuknya. Kirana menghentak-hentakan kakinya di tangan, gemas rasanya karena senyuman Aksara yang tidak mau hilang dari pikirannya.

Kirana menghela nafasnya, gadis itu segera mengembalikan ekspresi senangnya dengan ekspresi tenang. Dia tidak ingin bila orang-orang melihatnya seperti orang gila, bisa-bisa dirinya di cap sebagai gadis bucin yang menyandang status gila di kampusnya. Jangan harap!

Kirana kembali menghafal beberapa kosakata dan mengingatnya. Benar-benar, pria yang bernama lengkap Aksara Adiwarna itu memang sangat mengganggunya. Andai pria itu tahu, sebenarnya Kirana itu mencintai Aksara.

Bisakah Aksara paham dengan perasaannya? Ayolah Aksara, kenapa tidak pernah mendekatinya. Ah, Kirana lupa. Saat Aksara mendekatinya, dirinya justru memilih pergi dari sana. Tapi memang apa lagi yang harus Kirana lakukan? Duduk disana bersama Aksara, dan membiarkan jantungnya yang berdetak abnormal.

Andai gadis itu tahu, andai Kirana tahu dan andai Kirana paham dengan tatapan mata Aksara. Bahwa sebenarnya Aksara juga mencintai gadis itu, namun interaksi yang mereka lakukan yang membuat semuanya terhalang.

Kepada Bumantara yang kini di liputi awan mendung, kepada bintang yang tak nampak saat siang hari dan kepada bayu yang menjadi saksi segala peristiwa yang terjadi. Biarkanlah hari ini menjadi sebuah kenangan, biarkanlah hari ini menjadi awal mula dari kisah 4 anak remaja yang tengah di landa asmara. Biarkanlah, mereka tumbuh dan merengkuh sakit dan senangnya cinta. Agar mereka tahu, seperti apa rasanya mencintai.

Di kantin, Aksara berharap perasaannya dapat terbalas, di ruang presentasi Danur berharap gadis itu tak muncul kembali dalam benaknya. Di ruang kelas, Kirana berharap cintanya akan terungkap suatu hari nanti dan di ruang tari, gadis itu berharap jantungnya dapat berhenti berdetak abnormal.

•••

19.13 WIB
Senin, 20 Desember 2021

Pena by, Coffee_pen

Senang rasanya kalian membaca cerita ini:)

Bumantara Aksara || Haechan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang