6: Adyatma

159 64 116
                                    

Jika cintanya tak berpihak padaku, tak apa. Aku rela melepasnya bila memang bahagianya bukan dengan ku.
_Aksara Adiwarna _

Adyatma berasal dari bahasa sanskerta yang artinya, anugerah hidup. Bagi Aksara sendiri, anugerah hidupnya adalah mencintai Kirana. Pria itu melongok ke- jendela kamar saat ada seseorang yang mengetuk pintu rumah, pria itu sangat enggan jika harus menemui tamu langsung. Katanya sih, "kalo dia maling gimana? Kalo dia penculik gimana? Nanti dia culik Aksara, terus kalian nangis gimana?" Tentunya perkataan Aksara di balas dengan Pandu yang waktu itu masih memegang barbel latihannya, "mana ada orang culik lo, kalo pun ada kayanya mereka bakalan nyesel. Because, nyulik lo itu nggak ada gunanya."

Biarakanlah memori yang membuat Aksara murka itu terlupakan, kini kembali lagi pada si sosok tamu cantik yang berani mendebarkan jantungnya secara abnormal. Kirana, gadis itu nampak tengah menyerahkan sesuatu kepada Danur. Aksara jadi penasaran, apa yang di berikan Kirana kepada Danur. Nampaknya mereka tengah berkelahi, karena Kirana yang nampak kurang nyaman dengan Danur. Terlebih saat Danur menggenggam tangan mungil Kirana, dengan cepat pula Kirana melepaskannya.

Setelah itu Kirana pergi, bersamaan dengan Danur yang menatap hampa arah kepergiannya. Aksara kembali menimbang perasaannya kepada Kirana, kenapa dia cemburu saat Kirana mendatangi Danur? Dan kenapa rasanya dia ingin sekali marah.

•••

Danur menghela nafasnya berat, pria itu masih menatap hampa arah perginya gadis itu. Ini semua salahnya, andai saja malam itu dirinya tak lepas kontrol, tak akan begini jadinya. Sekali lagi Danur menghela nafasnya, pria itu masuk kedalam rumah dan disana sudah ada Pandu yang menetap iba.

"Kasihan banget jadi sad boy." Danur menatapnya datar, "lebih baik jadi sad boy, dari pada jadi sasaran ghosting!" Selepasnya Aksara yang baru keluar dari kamar tertawa terbahak-bahak, pria itu sampai memegangi perutnya yang terasa di isi ribuan kupu-kupu di dalamnya.

Benar memang, abang keduanya itu sangat tampan dan seksi katanya kaum hawa yang melihat bentuk kotak Pandu. Tapi sayangnya, Pandu ini selalu jadi korban ghosting karena dia memasang wallpaper orang tua. Hal ini lah yang menyebabkan Pandu selalu di ghosting, pria itu sendiri sengaja memasang wallpaper jelek itu agar para gadis yang meminta nomernya tidak menganggap jika nomer tersebut adalah nomernya.

"Bangze, punya adek no have akhlak! Semuanya." Pandu menabrak bahu Aksara yang masih tertawa puas, pria tan itu sampai terjungkal karena tabrakan Pandu yang keras dan keseimbangan yang belum pulih setelah tertawa.

"Mau ikut nggak?" Danur menatap kakaknya itu dengan tatapan tak minatnya, namun tetap saja dia mengangguki ajakan Aksara.

•••

Aksara memesan kopi hitam pahit, berbeda terbalik dengan dirinya yang memesan teh tarik.

Udara pagi ini terasa sejuk untuk Danur hirup, bercampur dengan kepulan asap yang keluar dari gelas menambah kesan ke- aesthetician pagi itu.

Tak ada yang bicara, masing-masing terlihat fokus dengan pikirannya sendiri. Danur sedikit menyeruput teh tariknya, entah kenapa wajah manis Kirana tiba-tiba hadir dalam bayangannya. Danur menggelengkan kepalanya, seakan dengan cara itu wajah Kirana akan pergi dari otaknya.

"Kenapa lo? Puyeng?" Danur menggeleng, ini bukan masalah puyeng. Tapi ini masalah tentang Kirana yang tak kunjung pergi dari isi kepalanya.

"Bukan apa-apa sih."

Bumantara Aksara || Haechan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang