11: Pagi bersama Adun galak

93 42 22
                                    

Jangan tanyakan kewajiban seorang kakak, karena pada dasarnya seorang kakak adalah pengganti bahu sandaran untuk adik-adiknya bila tak ada orang tua.
_Adun Adiwangsa _

Pagi-pagi sekali rumah sudah berisik dengan teriakan Pandu yang membangunkan Aksara. Adun sendiri tak peduli dengan hal yang sangat biasa baginya, kenapa? Karena Aksara memang kebo-nya Nipun bersaudara yang sangat malas bangun.

Adun kembali menikmati acaranya menonton film India, yang berjudul 'Mahabharata' film yang bernuansa klasik. Dia menengok ke- sampingnya saat Aksara yang masih memeluk boneka babi pink-nya, dengan ketep yang masih suka keluar dari matanya itu duduk di sebelahnya.

Bosan? Sudah, bahkan Adun sangat bosan dengan kepribadian Aksara yang sangat malas. Tenang saja, hari ini Adun sedang berbaik hati untuk tidak menjewer telinga Aksara. Tapi berbeda cerita jika tingkah Aksara ini membuatnya darah tinggi.

"Bang." Adun menoleh saat Aksara memanggilnya, pria itu menatap Aksara. Menunggu dia melanjutkan kalimatnya.

"Gue kan udah suka sama cewek nih, udah hampir 3 tahun gue suka sama dia. Tapi sampai sekarang gue nggak berani ngungkapin perasaan gue. Menurut lo, gue harus ungkapin atau pendem aja?"

Untuk sesaat Adun tak membalas pertanyaan Aksara, "menurut gue sih ungkapin, karena kalo lo punya perasaan tapi nggak lo ungkapin. Itu bakalan nyakitin hati lo sendiri." Aksara mengangguk paham, walau anak itu terlihat masih terkantuk-kantuk. Tapi dia benar-benar bertanya serius kepada Adun.

"Emang lo suka sama siapa? Kok nggak pernah cerita sih." Aksara terkekeh, pria itu merenggangkan tangannya seraya menguap. Mencakar ketiaknya, lantas mencium tangan bekas mencakar ketiak. "Someone, sing kudu enyong uculna." (Seseorang, yang seharusnya gue lepaskan).

"Kalo lo suka, kenapa lo lepas?" Membersihkan matanya yang masih ada tai ketepnya, pria itu menjawab, "karena gue lihat, ada seseorang yang udah berjuang buat dia selama 3 bulan."

"Terus, bukannya lo lebih lama? 3 tahun untuk memendam perasaan, bersamaan dengan lika-liku yang lo alami. Itu bukan hal yang mudah loh, apalagi orang itu yang baru berjuang 3 bulan. Kalah dia sama lo." Aksara mengangguk, membenarkan perkataan Adun yang benar adanya.

"Cinta itu tidak harus memiliki bang, lo tau? Arti cinta yang sebenarnya itu. Mengajarkan kita tentang sebuah pengorbanan dan bagaimana cara mengikhlaskan. Tapi kalo lo cinta sama seseorang, tapi lo punya ambisi buat miliki dia seutuhnya. Hati-hati, bisa aja itu hanyalah obsesi."

Danur yang kebetulan baru selesai mandi termenung untuk sesaat, pria itu kembali melanjutkan langkahnya saat dia berpapasan dengan Pandu.

"Kamu dengarkan? Apa arti cinta yang sesungguhnya, jadi jangan bersikap bodoh lagi dengan kamu mengatakan. Kalo kamu cinta sama Kirana!"

Adun termenung untuk beberapa saat. Memang dia tahu, apa saja yang Aksara sukai dan apa yang tidak di sukai oleh adiknya itu. Dia juga tahu, jika Aksara ini memiliki hobi menyanyi dan menulis lagu. Jadi, apakah karena kedua hobinya dia memiliki kalimat se- puitis itu? Atau karena pengalaman cinta Aksara yang baru ia tahu saat ini?

"Kalo lo udah tahu jawabannya, kenapa lo tanya sama gue?"

Aksara tersenyum, "karena hati dan pikiran aku sedang tidak singkron. Itu kenapa aku ingin meminta pendapat mu sebagai seorang yang lebih memiliki banyak pengalaman, nyatanya pendapat mu justru sama dengan isi hati ku."

Bumantara Aksara || Haechan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang