☁️LP-Efeknya sirna☁️

14.4K 1.8K 175
                                    

Tekan vote dan komen sesuai kesadaran diri masing-masing.

~~~~

"Aw..sakit.." Zelena dengan lembut mengelus bahu Zean yang masih bersisa bekas gigitannya tadi pagi, habis Zelena gemas sekali dengan lelaki ini.

Zean manja sekali, mereka saat ini ada di taman belakang, Zean duduk dipangkuan Zelena dan terus merengek.

"Males ke kelas." rengeknya sembari menyerukan wajahnya dileher Zelena.

Zelena mengelus punggung kesayangannya ini pelan, lalu mebciumi pipi gembul Zean.

"Kamu gak laper baby?"

"No, aku kenyang."

"Loh? Tadi makan apa?"

Zean mengendurkan pelukannya dan menegakan tubuh. "Tadi, Eirin kasih aku roti sama susu." jawab Zean lugu.

Raut wajah Zelena mengeras mendengar Zean menyebut nama gadis lain.

Dia mengapit dagu Zean dan menatapnya dingin. "Siapa Eirin?" bisiknya tak suka.

Zean tersentak, dia berusaha melepaskan apitan Zelena. "Dia temen sekelas aku Elen, aw sakit dagu aku jangan ditekeeeen." ringisnya.

Zelena menahan emosi di dada yang siap membuncah, dia benci jika harus cemburu seperti ini.

Perlahan Zelena menurunkan Zean dikursi lalu berdiri, takut ditinggalkan, Zean menahan ujung rompi abu-abu Zelena.

"Mau kemana? Jangan tinggalin Zean." lirihnya sedih, tatapan matanya lirih memandang Zelena.

Zelena menatap Zean datar, dia menepis tangan Zean pelan. "Aku harus ke kelas." jawabnya datar.

"Tapi-"

"Berisik."

Zean membeku, Zelena pergi meninggalkannya di taman sendirian, tatapan nanar Zean berikan, melihat punggung Zelena menjauh.

Dia mengusak kasar rambut hitam keabuannya. "Elen jahat!..hiks.." nampaknya Zean harus memperbanyak ramuan itu.

Dengan cepat Zean berlalu, dia harus membuat ramuan cinta itu lagi, agar Zelena tak berhenti mencintainya.

...

"Ada apa?" disinilah Zelena berada sekarang, di ruangan milik Papanya.

Atas panggilan Frens yang mengatakan jika Zelena mendapat panggilan dari Papa nya.

Zoir, Papa Zelena nampak bertopang dagu dan menatap putri semata wayangnya tenang, dia mengelus rambut Zelena pelan.

"Tenang, Papa akan hilangkan apa yang sudah mengelabui kamu." bisik Zoir, dia mendapat laporan jika putrinya bertingkah aneh.

Dan itu dia dapat dari Frens, kata nya Zelena seperti orang yang terkena hipnotis atau dalam pengaruh sesuatu.

Zelena meringis kuat merasakan sakit di dadanya. "Sakit!! Aghh!!" Zoir tengah menarik pengaruh ramuan yang ada di tubuh Zelena.

Efeknya setelah ini, mungkin Zelena akan tertidur selama 1 atau 2 hari, itu tak masalah yang penting putrinya kembali seperti biasa.

Frens menggenggam erat tangan dingin Zelena, dia harus ada disebelah cintanya saat ini.

Zelena terus berteriak kesakitan, seperti ada sesuatu yang ditarik paksa dalam tubuhnya.

"AKHH!!"

"Elen! Aku mencintaimuuu."

"I love you Zean."

"Mine, Zean is Mine."

"Baby, i love you."

"Elen, mau peluuuk."

"Elen adalah milik Zean!"

Suara-suara asing dan memori sekelibat mulai hilang dari ingatan Zelena, tubuhnya lemas, seperti rohnya ditarik paksa.

Tubuhnya langsung limbung kedepan, Zoir segera menangkap tubuh Zelena dan menggendongnya.

"Ini hanya sampai besok, dia akan bangun besok pagi. Jaga dia ya Frens, Om percayakan Elen padamu."

Senyum Frens terulas jelas, ah ini kesempatan bagus.

"Baik om!"

Dan nampaknya, kebucinan seorang Elen pada Her baby akan sirna, tak akan ada lagi pernyataan cinta Zelena untuk Zean.

Dan nampaknya, perjuangan cinta Zean yang tulus tanpa campur ramuan akan segera dimulai.

Terlebih, Zean sudah jatuh terlalu dalam pada Zelena, dia tak akan bisa jika harus kehilangan Zelena.























Bersambung📸

Love Potion [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang