Aku lupa ini belum ending.
100 komen 200 vote gas.
~~~~~
Zean mengintip dari balik rak perpustakaan, dia memandangi kegiatan Zelena yang tengah sibuk membaca buku untuk ujian akhirnya.
"Elen makin cantik." bisik Zean dengan sedikit kikikan pelan, kegiatan yang Zean lakukan sejak seminggu setelah penyerangan Zrock adalah memandangi Zelena secara diam-diam.
Dan Zelena tidak menolak kehadirannya, walau terkesan tak acuh, tapi tak apa yang penting Zelena tidak mendorongnya menjauh.
"Hum, Elen belum makan siang." Zean sudah menyiapkan makan siang untuk Zelena, dengan menyiapkan mental, Zean mendekati Zelena.
Perlahan, rambut hitam keabu-abuannya sedikit tersingkap dengan angin yang masuk dari jendela.
"Elen, aku bawa makan siang." Zelena menahan senyum diwajahnya, dia sudah tau Zean akan mendatanginya, sudah ditunggu Zelena.
Dengan raut wajah datar, Zelena mendongak menatap Zean. "Kau taruh racun di dalamnya?" sinis Zelena sengaja, dia suka melihat tatapan sayu Zean.
Zean menatap Zelena sayu dan sendu, bibirnya melengkung kebawah. "Aku gak mungkin lakuin itu.." lirihnya sedih seraya duduk disebelah Zelena.
"Aku masak sendiri loh, ini makanan kesukaan kamu, dan ini aman dari racun, tenang aja." ujar Zean sembari membuka kotak bekalnya.
Zelena menutup buku yang sedari tadi dia baca kemudian menatap penuh pada wajah manis Zean, Zelena bertopang dagu memandang Zean.
Senyum tipis Zelena berikan, dia mengelus pipi chubby Zean dan mencubitnya.
"Kenapa kau lakukan ini semua, parasit? Aku tak suka melihat usahamu." Zean menunduk, jantungnya berdegup terlalu kencang tapi hatinya juga sakit.
Perlahan, Zean menyentuh tangan Zelena yang ada dipipinya dan mencium telapak tangan Zelena.
"Karena aku mencintaimu..kamu milikku.." bisik Zean dengan tatapan mata yang sulit diartikan, manik merah maroonnya nampak berkilat tajam.
Zelena suka ini, ekspresi Zean yang ini sangat mempesona. "Aku bukan milik siapapun." cetus Zelena seraya menarik tangannya dari genggaman Zean.
Kemudian menyunggingkan senyum miringnya, Zelena mengapit dagu Zean dan mendekatkan wajahnya.
"Aku bukan milik siapapun, tapi kau adalah milikku, paham parasit?" bisik Zelena dingin.
Zean terdiam, tapi dia suka perlakuan ini, dia menikmatinya. "Ya..aku milikmu." Zean mengalungkan tangannya dileher Zelena dan menatapnya sensual.
"I miss your lips.."
Zelena lebih suka mendengar bisikan sensual Zean barusan, dia mengusap bibir ranum Zean tanpa ada niat menciumnya.
"Mimpi saja kau." Zelena menutup wajah Zean dan melepas rangkulan dilehernya.
"Siapkan makananku, aku mau makan." titahnya tak terbantahkan, Zean merengut sebal, tapi dia tak menolak.
Dengan cekatan Zean menyiapkan makan siang Zelena, dia suka jika Zelena memakan masakannya, Zean bertopang dagu menatap bagaimana Zelena memasukan makanan ke mulutnya.
"Kamu suka?" tanya nya sembari menyampirkan helaian rambut putih keperakan Zelena ke telinganya.
Zelena berdehem. "Gak terlalu, ini terlalu asin, apa kau mau menikah?"
"Eh? Apa aku salah memasukan bahan?"
"Ya mana kutau."
"Benarkah? Kalau asin tidak perlu dimakan Elen." Zean hendak menarik kotak bekalnya dari Zelena, tapi gadis itu menahannya.
"Enggak, aku akan habiskan, jauhkan tanganmu parasit."
Zean mengerucutkan bibirnya kesal, tapi tak ayal dia bahagia karena Zelena mau menghabiskan makan siangnya walau asin.
Tak ada yang berani mengganggu kegiatan mereka, terlebih suasana perpustakaan sangat sejuk karena tanpa sadar Zelena mengeluarkan aura kebahagiaan.
Yah, bahagia karena bertemu pujaan hati, walau Zelena terus denial, tapi dia bahagia.
Tapi tak mau mengakui jika dia bahagia.
🐤Bersambung🐤
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Potion [Selesai]
פנטזיהKeteledoran Zean yang malah memberikan ramuan cinta pada Zelena, membuatnya dalam masalah besar. Zean Tharioda, remaja 19 tahun yang termasuk ke jajaran murid pintar dalam urusan ramuan di Academi Balerion, Academi yang mengumpulkan murid-murid tela...