☁️LP-Extra Part 2☁️

5.6K 463 3
                                    

Pagi setelah malam panas mereka, Zean sudah kembali seperti biasa, tapi dia tak bisa bergerak sama sekali karena tubuhnya sakit.

Jadi Zean hanya bergelung dalam selimut sambil nontonin Zelena pakai seragam, karena Zelena mau ke Academy seperti biasa.

"Elen cantik, pasti nanti banyak yang suka." gerutu Zean.

Tawa Zelena berikan, pasti Zean lagi dalam mode bayi, selalu seperti itu, pasti tingkat kecemburuannya gak bisa diatur lagi.

"Ya kalau gak cantik, mana mungkin kamu suka aku." celetuk Elen.

"Ihh, padahal Zean suka Elen tulus dari ginjal." omela Zean.

"Halah, kamu kasih aku ramuan cinta ya dulu."

"Ih diungkit lagi, males ah aku sama kamu." Zean berbalik memunggungi Zelena, dia sebal kalau kesalahan dulu diungkit terus.

Zelena yang sadar kekasihnya merajuk langsung mendekat, duduk dipinggir kasur lalu memeluk Zean erat.

"Udah ah gausah ngambek, mending kamu cepetan lulus biar kita nikah." bisik Zelena.

Bulu kuduk Zean meremang seketika, dia berbalik dan membalas pelukan Zelena.

"Ish, masih 2 tahun lagi..lama banget, gak bisa apa kita langsung nikah aja?" rengek Zean.

"Yang sabar ya cintaku, udah lepas aku mau keluar."

"Jangan ganjen."

"Iya Zean."

"Jangan genit sama murid-murid baru yang imut, awas aja kalau aku lihat kamu senyum sama cowok lain." ancam Zean yang terlihat imut dimata Zelena.

"Iya sayang iyaaaaa."

"Huh, oke, cium dulu."

Zelena tentu menurut, dia mencium bibir Zean dengan lembut tanpa tuntutan, setelah Zean puas barulah mereka selesai berciuman.

Zelena menyeka sisa saliva dibibir kenyal Zean "Istirahat, kalau udah enakan susul aja aku ke Academy, oke?"

"Ng, okey~"

Setelah berpamitan, barulah Zelena keluar dari kamar dan berangkat ke Academy.

.....

Jam 2 siang, Zean sudah enakan karena meminum obat buatannya sendiri, ya walau bekas kemerahan dilehernya masih terlihat.

Tapi dia sengaja, biar orang tau kalau Zean itu milik Zelena.

Cowok tinggi itu berjalan menuju kantin, biasanya jam segini Zelena makan siang, baru juga Zean hendak menyapa, dia sudah membeku duluan.

Disana dia melihat Zelena tengah tertawa pelan dengan seorang laki-laki berwajah manis, senyum laki-laki berambut ungu itu juga lembut.

"Mampus-mampus, Zean bakal ngamuk kayanya."

"Waduh, habis tuh anak baru kalau gak ditolong nanti."

"Asiik, aku suka keributan."

Dengan langkah cepat Zean berjalan kearah meja yang Zelena tempati, tanpa tedeng aling Zean langsung menendang meja tersebut.

DUGH!

Kuah dimangkok laki-laki itu sampai jatuh dan mengenai paha nya.

"Akh! Panas!"

Zelena menatap kearah Zean yang terlihat marah, manik merah maroonnya begitu penuh emosi.

"Dia siapa?" tanya Zean tajam.

"Dia murid baru, adik sepupu aku." ucap Zelena agak dingin, dia sibuk membantu mendinginkan rasa panas di paha laki-laki imut tadi.

Zean terdiam, adik sepupu?

"Kok?"

Hela napas Zelena berikan, dia menggendong laki-laki berambut ungu tadi lalu menatap Zean tajam.

"Kamu kebiasaan, aku gak suka sikap sembrono kamu tadi." ujarnya sebelum pergi dari kantin.

Zean hanya diam, salahnya juga sih karena tak tanya-tanya dulu, hela napas lesu Zean berikan.

"Yah..alamat kena abai sama Elen.."

Zean berjalan lemas keluar dari kantin, tau gini tadi dia gak usah keluar kamar, jadi berantem gini kan sama Zelena.

Zean paling sebal kalau sudah berantem gini, nanti gak ada kelonan malam lagi.

☁️Bersambung☁️

Love Potion [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang