Hai kalian, tembuskan 200 vote dan 100 komen lagi yauw👍
~~~~~
Zean meringis kuat saat pukulan didapat dipipinya, tubuhnya langsung menghantam rak buku disebelahnya sampai jatuh bertubrukan.
Suasana perpustakaan sudah kacau, Zelena tersentak, dia langsung berjalan cepat mendekati Zean.
"Baby are you okay?" tanya nya khawatir, Zean mengangguk sembari menerima uluran tangan Zelena.
Frens shock, dia menatap Zelena yang memberikan perhatian seperti itu pada orang lain selain dirinya.
Frens dan Zelena adalah teman sedari kecil, Zelena sudah Frens tandai sebagai miliknya tapi sekarang...kenapa Zelena perhatian pada kunyuk sialan itu.
"Putri esku! Kamu kenapa perhatiin diaaaa, harusnya kamu sambut akuu." rengek Frens kesal sembari menarik tubuh Zelena, tapi Zean menahan tangan Zelena.
Sehingga gadis cantik itu tertahan ditempat. "Frens, kamu kasar banget sama milikku." tegur Zelena sembari menarik tangannya dari genggaman Frens.
Lalu sibuk menyeka darah disudut bibir Zean.
Jantung Frens terasa diremat begitu saja, perhatian yang seharusnya menjadi miliknya malah di dapat orang lain.
Kedua tangan lelaki tampan berkulit sawo matang itu menguat, tatapan matanya terlihat jelas terluka dan sedih.
"Haha." emosi Frens semakin memuncak, apalagi saat mendengar tawa remeh Zean.
Govne dan Zoye sudah panik, mereka mulai merasakan hawa di perpustakaan sangat panas, kekuatan Frens mulai meledak kembali.
Rasa cemburu memang selalu membuat kekuatan Frens tidak terkendali, dia bahkan pernah membakar 1 kelas karena Zelena duduk dengan orang lain.
Angin mulai berhembus disekeliling mereka, bukan Tender pelakunya, ini angin musim panas.
"Frens! Kau jangan gila!" seru Zoye panik, Frens tak perduli.
Tatapan matanya masih tertuju pada Zelena yang masih sibuk pada Zean, sakit..hatinya sakit sekali rasanya.
Seisi perpustakaan mulai berterbangan, murid-murid mulai berlarian menyelamatkan diri.
Alarm penanda kekuatan yang mulai overload berbunyi.
Zelena berbalik begitu mendengar alarm berbunyi keras, dia terbelalak kaget melihat api mulai terpecik dan membakar buku di perpustakaan.
"Frens berhenti!" serunya khawatir, Frens masih diam.
Tatapan matanya tajam sekali, walau air mata mengalir jelas dikedua pipi remaja tampan itu.
"Lebih baik aku kabur." benar Tender, kamu harus menyelamatkan diri kamu.
Frens semakin murka, api mulai terpercik ditangannya. "BRENGSEK!!" murkanya sembari melempar bola api kearah Zean.
Semua panik, Zelena dengan cepat membuat perisai es guna melindungi dirinya dan Zean.
Perlu diketahui, hanya Zelena saja yang mampu menghentikan kegilaan Frens, hanya kekuatan es Zelena yang bisa mengimbanginya.
Bahkan kekuatan Vlow saja kalah dengan api nya Frens.
BUGH!
BUGH!
BUGH!
BUGH!
Rambut hitam Frens mulai menjalar berubah warna menjadi merah, itu warna asli dari rambut hitamnya, hanya muncul saat emosinya memuncak.
Zelena mendecih kesal, dia melindungi Zean dibelakangnya.
Dengan sekali hentakan, lantai perpus yang tadinya mulai dijalari api langsung padam dengan es yang Zelena buat.
"Sayang, kamu pergi dari sini sekarang juga!" seru Zelena pada Zean, dia takut miliknya itu terluka.
Zean menggeleng, dia memejamkan matanya kuat, dia harus bisa mematikan gravitasi dan udara disini, agar api nya mati dan Frens berhenti melempari mereka dengan bola api.
"ARGHHH ZELENA ADALAH MILIKKU!!..hiks..ZELENA TIDAK BOLEH BERSAMA YANG LAIN!!" teriakan amarah dan kepedihan Frens membuat api semakin memarak.
Angin panasnya beradu dengan badai salju Zelena, perpustakaan sudah hancur tak terkendali.
Zean membuka matanya, dia meletakan kedua tangannya di lantai dan cahaya biru keperakan terlihat.
Ini kekuatan rahasianya selain pengendali gravitasi, rambut hitam keabu-abuan Zean mulai berubah warna.
Menjadi biru gelap. "Berhenti!" serunya kuat.
Dan yah, berhasil. Waktu berhenti berputar, api dan angin panas milik Frens langsung sirna saat itu juga.
Zelena membulatkan kedua manik indahnya, dia berbalik menatap Zean yang berjongkok sembari menatapnya balik.
Senyum manis Zean berikan.
"Hehehe.."
Zelena tersenyum gemas, tampilan Zean manis sekali, rambut biru gelapnya bagus sekali. "Penghenti waktu ya? Keren sekali." puji Zelena sembari menarik kembali angin dinginnya.
Dia berjalan mendekati Frens yang diam terkena efek kekuatan Zean, dengan perlahan Zelena mengusap pucuk kepala Frens.
"Tenanglah..simpan kembali musim panasmu." bisiknya, itu adalah cara yang selalu Zelena gunakan saat Frens kumat dan kehilangan kendali.
Rasa sejuk sengaja Zelena alirkan ke kepala Frens, guna meredakan api di dalam tubuhnya yang masih membara.
Perlahan, rambut Frens berubah kembali menjadi hitam, tubuhnya melemas dan segera Zelena tangkap.
Zean menatap momen bagaimana Zelena menangkap lembut tubuh lemas Frens.
Ada sesuatu di lubuk hatinya yang memberontak kuat, sesuatu yang membuatnya benci melihat kedekatan itu.
"Elen itu milikku.." bisik Zean dingin.
Benar, Zelena adalah miliknya dan dia adalah milik Zelena.
Bukan milik Frens.
Bersambung📸
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Potion [Selesai]
FantasyKeteledoran Zean yang malah memberikan ramuan cinta pada Zelena, membuatnya dalam masalah besar. Zean Tharioda, remaja 19 tahun yang termasuk ke jajaran murid pintar dalam urusan ramuan di Academi Balerion, Academi yang mengumpulkan murid-murid tela...