Air Susu

330 52 0
                                    

"Bagaimana rasanya air susu?"

Masih ingat dengan Jendral alias Jenjen, anak dari sepupu Karina, Rena?

Saat ini dia sudah berusia enam bulan dan sudah lepas dari masa asi ekslusifnya. Rena sangat bersyukur atas kerja kerasnya itu, tentu saja tak mudah menyusui Jendral secara penuh dalam kurun waktu enam bulan itu.

Walau begitu, Jendral akan tetap mengonsumsi air susu Ibu sampai dia berusia dua tahun ke depan nantinya. Selain itu, Rena juga melakukan konsultasi tentang makanan pendamping asi.

Nah, karena hari ini tidak memungkinan bagi Rena untuk membawa Jendral ke luar rumah padahal dia ada seminar tentang makanan pendamping asi, jadilah dia menitipkan anaknya di rumah Karina. Oh, ya Rena memang kembali ke rumahnya setelah sebulan berada di rumah Karina. Dia benar-benar mengurus Jendral seorang diri. Karina benar-benar kagum melihat sepupunya itu.

"Bagaimana rasanya? Coba saja."

Karina tahu bahwa kadang Jeno hanya bercanda saja padanya. Ingat, dia itu senang sekali membuat Karina kesal dengan tingkahnya.

Akhirnya, Karina menghangatkan asi yang sudah dimasukkan dalam botol kaca khusus dan ditempatkan di wadah khusus untuk menjaga kualitas asi.

Karina memindahkan botol kaca yang berisi asi yang sudah hangat karena dia telah dia rendam dengan air panas menuju ke botol dot susu. Dia menuang sedikit tetesan asi di telapak tangannya, untuk mengecek suhu. Jangan sampai asi itu membuat lidah bayi Jendral melepuh karena susunya yang masih panas.

"Ini cobalah."

"Gak! Aku tidak serius, hanya bercanda. Awww!!!!"

Karina menarik rambut Jeno yang mulai memanjang, Jeno sengaja membuat tampilan rambutnya menjadi sedikit gondrong.

"Rasakan!"

"Hiks..."

Akibat pertengkaran Karina dan Jeno yang terlalu berisik membuat si kecil terbangun dari tidurnya yang mulai tak nyaman. Bagaimanapun, dia lebih suka digendong oleh Karina, Ibunya atau Ibunya Karina. Entahlah, mungkin dia pilih kasih, lebih suka digendong oleh kaum hawa.

"Ayo sini sama Kak Rina saja."

"Bukannya harusnya dia memanggilmu dengan sebutan tante?"

Karina terlihat kesal dan hanya menanggapi seadanya. Kini Jendral berada di dalam gendongannya sambil menyedot asi dari dalam botol dengan lahap. Pipi tembamnya terlihat sedikit memerah karena digigit nyamuk. Tentu saja hal itu sempat membuat bayi itu tidak nyaman, beruntung saja Karian mempunyai pengalaman mengasuh anak kecil karena dia memiliki Ningning. Jadi, saat Jendral menangis, dia sudah tidak heboh lagi karena tahu cara menenangkan bayi itu.

Tidak seperti Jeno yang malah mengambilkan dompet. Katanya dulu saat Chenle masih kecil, ketika menangis dia akan diam setelah Jeno mengeluarkan dompet.

Hah?

Maksudnya, Chenle itu suka dengan dompet Jeno yang memiliki gantungan jam pasir.

Iya, Jeno memang memilki dompet yang unik, itu hadiah dari neneknya ketika dia ulang tahun.

Astaga, lebih baik uangnya untuk Karina saja membeli skincare, biar Chenle mengambil gantungan pasirnya saja.

Kan, lumayan.

Kalau Karina semakin cantik, nanti Jeno juga yang bangga.

Eh?

"Apa dia tidur lagi?"

Jeno bertanya dalam keadaan berbisik karena dia merasa suasana sangat hening setelah dia kembali dari kamar untuk mengambil minyak telon milik Jendral.

"Iya, dia tidur lagi."

Tangan kecil itu terlihat menggenggam erat kerah baju Karina. Seolah takut ditinggalkan ketika dia terlelap.

Karina mengambil tangan mungil itu lalu dia berikan kecupan-kecupan kecil. Hal itu tentu membuat Jeno gemas melihatnya. Dia mengambil ponsel untuk mengabadikan momen manis dan langka itu.

"Kenapa?"

"Apanya?"

"Kenapa kamu mengambil fotoku dan Jendral secara diam-diam? Apa kamu tahu mitos bahwa bayi tidak boleh dipotret ketika sedang tidur?"

Jeno tersentak.

"Benarkah? Bunda tidak pernah bilang hal itu padaku. Bahkan, Bunda menyimpan banyak fotoku ketika aku tidur waktu bayi. Memang apa yang akan terjadi jika bayi dipotret ketika dia sedang tidur?"

Sungguh, Jeno tidak pernah mendengar mitos seperti itu. Bahkan, Neneknya juga tidak pernah berkata apa-apa.

Gagal sudah rencana Karina untuk mengerjai Jeno.

"Kau tidak asik!"

Karina mendengus kesal."

"Minggir, aku akan memindahkannya ke ranjang. Tanganku pegal."

Namun, seperti biasa saat sudah bertemu dengan kasur. Hawa kantuk itu begitu sulit untuk ditolak, apalagi setelah mengurus si kecil, Jendral.

Eitts, jangan salah. Mengurus bayi itu tidak mudah loh. Pasti membutuhkan banyak tenaga, ilmu, waktu dan fikiran. Salah-salah, si bayi nanti bisa terluka atau dalam bahaya. Contohnya tadi, jika saja Karina tidak awas.

Tidak ada pekerjaan yang tidak sulit.

Bahkan, mau minum saja, itu perlu usaha.

Ayo, jujur saja.

Pasti sangat sulit dan berat untuk beranjak dari kasur ketika sudah mengantuk, berada dalam selimut yang hangat namun rasa dahaga tak tertahankan untuk dibendung.

"Aku...."

Jeno sudah bersiap untuk pergi latihan pada pukul satu, dia ingin mengabari Karina namun saat melihat jika Jendral dan Karina tertidur lelap di atas kasur, dia jadi enggan untuk membangunkannya.

"Selamat tidur."

Jeno pergi setelah mengecup kening Karina dan Jendral. Kemudian ketika dia sedang berada dalam waktu istirahatnya setelah menari selama dua jam, Jeno membuka ponselnya dan tersenyum ketika melihat layar dimana ada potretnya bersama Jeno dan Karina dan jangan lupakan dimana Jendral sedang tersenyum melihat ke arah kamera. Bukankah mereka terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia?

"Ah, ini semua karena air susu."

Kenapa Jeno berkata seperti itu?

Ya, karena Karina tak sengaja menumpahkan air susu yang panas ke tangan Jeno. Sebagai permintaan maaf, Karina setuju untuk melakukan foto bertiga. Tak tahu saja jika Karina malah bersyukur karena hal itu, walau kejadian tumpahnya air susu panas memang benar tak disengaja olehnya.

"Terima kasih air susu."

Pelatih yang mendengar Jeno berbicara pada di depan teleponnya langsung melirik ke arah susu kotak bergambar sapi yang sedang dia minum. Lalu dia mendekati Jeno dan berkata,

"Apa kamu mabuk susu sapi?"

...

Hi, My Universe

You were born to be loved. You are so important, you are so precious and I love you.

Don't be too hard to yourself. You're good enough, you did well.

May angels always on your side and heart to bring you happiness.

Good night, My Universe.

Love, Aisekai.


Jeno AldebaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang