Senangnya Dalam Hati....

188 30 4
                                    


"Jeno?"

Bunda mengecek badan anaknya. Ada apa dengan anaknya ini? Apa terjadi sesuatu padanya? Kenapa dia terlihat berantakan? Untuk pertama kali dalam hidupnya, Jeno bangun tidur dalam keadaan kacau. Rambutnya berantakan, ada kantung mata di bawah matanya dan jangan lupa dengan matanya memerah.

"Aku tidak bisa tidur, Bunda."

Bunda Anna menyerngitkan keningnya. Tumben sekali anaknya ini kesulitan tidur, mengingat jika Jeno adalah tipekal yang sangat mudah untuk terlelap. Bahkan, jika dia baru beberapa detik bertemu bantal, dia bisa langsung tertidur. Kalaupun dia tidur hanya beberapa jam, itu tidak memberi banyak pengaruh padanya karena dia masih muda dan energi muda memang luar biasa.

"Sayang... Dia sedang jatuh cinta. Orang yang jatuh cinta memang sedikit tidurnya," ujar Papa Jo.

Dia sudah tahu apa yang terjadi pada putranya. Apalagi kalau bukan karena perasaan kasmarah setelah jadian dengan pujaan hati?

Setelah satu bulan Karina dan Jeno memang tidak mengalami banyak perubahan, hubungan mereka tetap seperti dulu. Hanya, lebih romantis saja. Papa dan Bunda juga selalu mengawasi agar Jeno tidak melupakan tanggung jawabnya dengan pekerjaannya. Justru karena Karina Jeno mendapatkan banyak energi dan semangat.

Sesekali memang Karina juga akan menemani Jeno latihan di studio, tapi dia belum pernah menemani Jeno saat dia harus lomba di luar kota atau luar negeri.

"Anak Bunda sudah besar ya."

Bunda merapikan rambut Jeno membuat anak itu langsung memeluk Bundanya.

"Bunda wangi sekali."

Bunda terkekeh melihat kelakuan manja anaknya. Rasanya baru kemarin dia melahirkan Jeno, sekarang dia sudah besar melebihi wanita yang melahirkannya.

"Eh, ngapain peluk istri Papa?"

Papa pura-pura merajuk, dia belum mendapatkan pelukan istrinya. Eh, Jeno justru mencurinya lebih dulu.

"Ini kan Bundanya Jeno, Pa."

Bunda menepuk pelan bahu Jeno lalu meminta anaknya itu untuk mencuci muka. Mereka akan melakukan ritual wajib yaitu sarapan bersama. Selain untuk memulai hari dengan dukungan dari keluarga, acara sarapan pagi seperti ini juga membuat mereka bersemangat untuk memulai hari.

"Bunda gak ke kantor? Kok belum ganti baju?" tanya Chenle.

Saat Jeno membantu Bunda untuk membersihkan meja makan, Jeno merasa heran saja kenapa Bundanya masih memakai baju kasual bukannya baju kantor. Ternyata, si bungsu juga merasa penasaran.

Tidak biasanya Bunda seperti ini.

"Bunda nanti kerja daring, Sayang."

"Oh, gitu. Oke Bunda."

Papa Jo baru saja berangkat ke kantor begitu juga dengan Jeno yang bersiap-siap untuk berangkat latihan. Dia sengaja memilih waktu latihan di pagi hari agar nanti malam dia bisa kencan dengan Karina.

"Bunda... Jeno berangkat dulu, ya?"

"Hati-hati ya, Sayang."

Jeno sempat berpamitan juga dengan Karina yang sedang membersihkan kandang ayam. Penampilannya masih sama seperti dia bangun tidur. Tenang saja, dia sudah mencuci muka dan gosok gigi.

"Aku berangkat dulu, ya. Udah tahu nanti malem kita mau pergi ke mana?"

"Nanti aku kabarin, ya? Sudah sana berangkat."

Karina terlihat mengusir Jeno, dia sedang malas mengobrol dengan Jeno dalam keadaan seperti ini. Sebagai seorang gadis, dia juga ingin terlihat dalam penampilan yang menawan di depan kekasihnya.

Jeno AldebaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang