First Kiss

492 57 0
                                    


"Jen... Ada seorang laki-laki yang mengatakan jika dia mencintaiku. Apa yang harus aku lakukan?

Jeno sedang sedang membantu Karina kandang ayam saat Karina bertanya tentang hal yang membuatnya tak sengaja mencekik leher ayam.

"Rin. Kamu membuatku kaget."

Jeno kembali mengelus leher ayamnya yang bernama Diamond sebagai permintaan maaf. Dia merasa bersalah pada Diamond. Jangan sampai diamond mati karena Diamond adalah salah satu sumber mata penghasilan Karina. Ngomong-ngomong nama itu diberikan oleh Karina sendiri sebagai bentuk doa agar ayamnya bisa mengahasilkan sesuatu yang berharga.

"Aku tidak bermaksud."

Jeno dan Karina menyelesaikan tugasnya dalam membersihkan kandang Ayam, mereka juga mendapatkan tiga puluh telur dari ayam-ayamnya. Ingatkan dia untuk mengemas dan mengantarkan pasokan telur ke warung Mang Eko.

"Apa kamu pernah bertemu dengannya?"

Jeno sudah membersihkan diri, dia juga sudah mandi setelah membersihkan kandang ayam. Kini dia berada di rumah Karina sambil memakan gorengan yang tadi dibelinya di warung Mang Eko.

"Dia teman sekelasku, mungkin kamu mengingatnya. Namanya Nicky."

Jeno juga sudah memeriksa ponsel Karina dan membaca semua percakapan mereka. Oh tentu saja sesudah mendapatkan persetujuan dari sang empunya, Karina. Setelah Jeno membaca pesan mereka dia baru saja faham apa yang sedang terjadi.

"Kamu terlalu polos untuk menyadari bahwa dia hanya tertarik padamu bukan mencintaimu secara romantis."

Karina mendengus,

"Memang bagaimana cara mengetahuinya?"

"Aku cenayang." Jeno bingung sendiri bagaimana cara menjelaskannya pada Karina. Jadinya, dia hanya menjawab seperti itu saja.

"Memangnya kamu menyukainya?" tanya Jeno lagi.

Karina menggaruk lehernya yang tak gatal.

"Entahlah, aku hanya tidak enak jika harus menolaknya tetapi aku juga tidak mungkin berpacaran dengannya."

"Kalau begitu abaikan saja, tidak usah terlalu difikirkan. Alihkan fikiranmu dengan hal lain jika sulit untuk tidak memikirkan hal itu."

Untuk itulah Jeno membawa Karina memancing menggunakan sampan. Untung tempatnya tidak begitu jauh. Selama berada di sungai yang beraliran tenang, Karina dan Jeno saling tenggelam dalam fikiran masing-masing. Mereka tidak banyak bicara entah kenapa hanya menikmati suasana alam yang ada.

Sampai suatu ketika Karina bertanya sesuatu.

"Apa di sini ada buaya?"

Jeno jadi ingin menjahili Karina.

"Sepertinya iya. Air yang tenang itu berbahaya dan menjadi sarang para buaya. Berdoa saja supaya buayanya tidak mengganggu kita memancing atau malah nanti kita yang mendapatkan buaya sebagai hasil pancingan."

"Sungguh?!"

Jeno benar-benar menikmati bagaimana raut wajah terkejut serta tegang Jeno. Dia tidak dapat menahan tawanya. Bahkan, di keheningan itu suara tawa Jeno membuat beberapa burung terusik.

"Kamu mengerjaiku?"

"Iya, itu menyenangkan."

Karina tertawa lagi namun pada akhirnya mereka tertawa bersama.

Saat sore hampir menyapa, mereka memutuskan untuk kembali. Jeno sudah mengajari Karina bagaimana caranya mendayung. Walau sesekali dia harus membenarkan posisi mendayung Karina yang keliru.

Jeno AldebaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang