Tidur Bersama

270 40 0
                                    


"Jadi, kita akan benar-benar pergi berkemah?" tanya Jeno. Matanya benar-benar terlihat bersinar. Bundanya yang sedang merasakan pijatan di kakinya hanya tersenyum sembari mengelus sisi wajah putranya.

Hari ini adalah hari Jum'at. Sesuai kesepakatan, Jeno, Jaemin, Chenle dan Papa Jo akan memberikan pelayanan esktra untuk Bunda Anna. Jadi, Bunda Anna bebas meminta apa saja pada mereka. Ini adalah salah satu dari cara mereka menunjukkan kasih sayang kepada satu sama lain.

Bunda merasa kelelahan, jadi dia meminta agar Jeno dan Papa Jo memijat kakinya. Sedangkan Jaemin dan Chenle sedang memasak di dapur, tentu saja Chenle hanya membantu menemani Jaemin, bukan ikut menggoreng makanan. Mereka bertiga juga tak lupa membicarakan perihal berkemah yang sudah lama ingin mereka lakukan.

"Akhir pekan kita akan pergi berkemah selama dua hari satu malam. Kamu juga bisa mengajak Karina untuk ikut."

"Yes!!!" serunya.

Jeno merasa sangat bersemangat sekali untuk memberitahukan hal ini pada Karina. Ketika di pagi hari, Jeno pergi mengunjungi rumah Karina saat gadis itu sedang memberi makan para ayamnya.

"Karina!!!"

Karina menyahut dengan suara serak. Dia masih setengah mengantuk. Jika saja dia tidak mengingat jika para ayamnya kelaparan, Karina akan melanjutkan tidurnya saja.

"Ada apa, Jen?"

"Mau ikut berkemah denganku?"

"Berkemah?" ulang Karina.

Jeno mengikuti Karina saat gadis itu meminta izin pada Ayah dan Ibunya. Kedua orang tua itu malah tersenyum lebar.

"Kenapa Ayah terlihat sangat senang dengan berita ini? Apa Ayah berencana untuk pergi ke suatu tempat?"

"Ayah memang akan pergi dengan Ibu. Kami ingin jalan-jalan."

Oh, jadi ini seperti bulan madu? Bulan madu untuk kesekian kalinya. Walaupun mereka sudah menikah selama lebih dari dua puluh lima tahun, Ayah dan Ibu masih saja terlihat mesra. Mereka sering sekali menghabiskan waktu berkualitas tanpa Karina. Kalau kata Ayah ini seperti bulan madu. Tidak perlu pergi jauh ke tempat eksotis. Ayah dan Ibu sudah sangat merasa cukup bahagia kala mereka menikmati kencan di pantai, kota lama ataupun pusat perbelanjaan.

"Berapa lama nanti kalian akan pergi, Jen?"

Ayah membantu Ibu menyiapkan bekal. Bekal itu nantinya akan mereka bawa ke pantai. Oh, Ibu juga membuatkan bekal untuk Karina beserta keluarga Jeno.

"Jangan lupa dimakan ya, Nak."

"Terima kasih, Bu."

Mereka berangkat pukul sembilan pagi saat matahari sedang cerah. Sesekali Papa Jo, Jaemin dan Jeno bergantian untuk mengemudi. Seetlah lima jam berkendara, akhirnya mereka sampai di puncak yang akan menjadi tempat mereka untuk berkemah.

"Kamu biasa mendaki, Rin?"

"Dulu waktu kecil sering, Bun. Aku sudah jarang mendaki dengan Ayah. Padahal kami dulu sering sekali mendaki dan berkemah."

Mereka tak membawa banyak barang. Setelah Papa Jo memastikan jika mobilnya terparkir dalam keadaan aman di tempat penitipan mobil khusus pendaki, mereka lalu pergi mendaki puncak. Udaranya sangat segar dan angin yang bertiup membuat mereka tersenyum puas.

"Sudah lama aku tidak menghirup udara seperti ini," ujar Papa. Tangannya dengan otomatis menggenggam tangan Bunda Anna.

Chenle berjalan di belakang Karina dan Jeno bersama Jaemin. Papa dan Bunda Anna berada di belakang Jeno dan Karina agar memudahkan Papa untuk mengawasi kedua anak itu. Lagi pula, Jeno sudah pernah mendaki di tempat ini lebih dari dua kali. Jadi, Ayah tak perlu khawatir jika Jeno yang memimpin jalan mereka. Ayah hanya akan mengawasi saja.

Jeno AldebaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang