Perut

298 45 0
                                    


Pagi hari sekali di hari libur sekolah, Karina menggedor pintu kamar Jeno dan meminta lelaki itu untuk menemaninya jogging. Setelah jogging sepertinya Karina mengajak Jeno untuk makan bubur juga.

"Ayo ke tukang bubur tapi gak naik haji dulu."

"Oke."

Itu memang nama kedainya.

Tukang buburnya memang gak naik haji tetapi dia sudah menunaikan ibadah haji dan umroh. Lihat saja, sekarang tempatnya ramai sekali karena banyak pasangan atau pelanggan yang berteduh seusai berolahraga di hari yang gerimis ini.

"Aku suka buburnya diaduk atau engga?"

Jeno menggelengkan kepalanya itu berarti dia tak berada dalam satu tim dengannya karena, Karina tim bubur yang diaduk.

"Jen, mimpi apa yang paling berkesan buat kamu? Aku pernah mimpi jadi anak presiden, jadi pacarnya Edward Cullen bahkan aku pernah mimpi jadi tikus di film Ratatouille."

Jeno tidak bisa menahan rasa gelinya karena cerita Karina yang begitu menghiburnya. Apa itu tadi? Mimpi menjadi seorang tikus koki? Ah, dia juga ingin merasakan hal itu.

Sejenak obrolan mereka terhenti karena bubur hangat nan gurih sudah tersadi. Karina mengambil kerupuk udang untuk teman makannya. Jeno memang memesan dua porsi bubur karena anak itu tidak kenyang hanya dengan semangkuk porsi bubur. Karina tidak mempermasalahkannya sih karena aktifitas Jeno juga lebih banyak dari pada dia.

Bahkan, Jeno itu terlihat kurus kalau melihat bagaimana porsi makannya.

"Aku iri padamu."

"Kenapa?"

Jeno sekali lagi merapikan rambut Karina yang terkena angin.

"Kamu makan dengan porsi yang banyak tapi badanmu tetap kecil, maksudku tidak gendut sepertiku."

"Aku malah ingin sedikit lebih berisi karena Bunda bilang aku terlalu kurus."

Karina hanya bisa mengelus dadanya karena merasa iri. Dia makan sedikit saja, bisa bertambah satu kilo.

Maafkan Karina dengan sifat hiperbolisnya.

"Padahal aku suka badanmu yang seperti itu, lucu, enak dipeluk, seperti boneka."

Karina tidak menanggapi lagi karena dia entah kenapa merasa sedikit malu akibat perkataan Jeno tadi. Dia melanjutkan makannya yang masih tersisa setengah. Jeno sudah menghabiskan makannya, dua porsi. Entah seperti apa lelaki itu memakan buburnya, sepertinya langsung ditelan. Kenapa dia begitu cepat saat makan sesuatu? Hal ini mengingatkannya pada Giselle. Gadis itu juga sangat cepat dalam urusan makan.

Mereka yang terlalu cepat atau Karina yang lambat?

"Habis ini kita kemana?"

Jeno selesai dengan makanannya tapi dia masih menunggu Karina yang menikmati makanannya. Gerimis yang melanda sudah mulai berganti menjadi hujan. Melihat dari bagaimana hujan turun, Karina memperkirakan bahwa hujan akan turun lama, awet.

"Tentu saja pulang. Aku ingin istirahat karena perutku sedikit tidak nyaman."

"Ada apa? Kamu sakit?"

Jeno bertanya dengan nada yang sangat khawatir, kentara sekali.

"Tidak apa, ini hanya gejala pra menstruasi. Ini biasa terjadi. Tenang saja, aku hanya butuh istirahat."

Nyatanya, hari itu Karina berada di kasur hampir seharian penuh. Perutnya sakit dan dia juga malas untuk beraktifitas karena merasa terganggu dengan perutnya yang begah dan nyeri. Ibunya juga faham dengan keadaan Karina, dia membuatkan Karina minuman tradisional, kunyit asam.

"Karina."

Jeno yang baru pulang dari bengkel segera menghampiri Karina begitu dia selesai bekerja. Sejak tadi pagi dia terus cemas dan khawatir dengan keadaan Karina. Saat bekerja juga dia masih saja kepikiran dan hal itu sampai membuat wajahnya sedikit pucat dan terlihat sangat lesu. Bocah tinggi itu tak bisa menghapus wajah khawatirnya.

"Apa sudah minum obat?"

Karina mengelus tangan Jeno untuk menenangkan bocah itu.

"Tenanglah, aku sudah merasa lebih baik. Apa kamu sudah makan?"

Jeno terlihat mengeluarkan kotak yang dia bawa di dalam kantung plastik. Ada pizza ukuran besar disana. Karina tak bisa menutupi rasa bahagianya karena melihat sekotak pizza kesukaannya.

"Aku juga sudah memberikan Ayah dan Ibu, yang varian keju."

Mereka makan dengan lahap sambil Jeno sesekali mengusap wajah pucat Karina, tentu saja setelah menadapatkan izin dari sang empu. Saat Karina meminta bantuan Jeno untuk mengambil gelas di nakas berisi minuman berwarna jingga gelap, Jeno sedikit menyerngit, dia tak bisa menahan diri untuk tidak mencicipinya.

"Itu minuman untuk perempuan menstruasi, Jen."

Jeno hampir saja menyemburkan air yang berada di mulutnya.

"Aku terlalu penasaran. Rasanya tidak buruk."

Karina tertawa dan dia memiliki ide untuk menjahili bocah tinggi itu.

"Jen apa kamu tahu bahwa minuman ini tidak boleh dikonsumsi oleh laki-laki?"

Karina memasang wajah terkejut dan paniknya. Inilah alasan kenapa Giselle memanggilnya sebagai drama queen, karena Karina pandai sekali melebih-lebihkan sesuatu khusunya untuk menjahili orang lain.

Siap-siap saja korbannya mendapatkan kejahilan Karina, aduh, minta ampun.

"Memang apa yang terjadi jika ada laki-laki yang meminumnya?" Jeno mungkin pintar dalam hal akademik dan lainnya namun Karina menemukan sisi lain dari Jeno. Oleh karena itulah dia menggunakan hal itu untuk menjahili Jeno. Kapan lagi bisa menjahili Jeno yang selalu mendapatkan rangking terbaik ini?

Karina membisikkan sesuatu di telinga Jeno hingga membuatnya bergidik.

"Rin, jangan mengada-ngada. Mana mungkin perutku akan menggembung seperti orang hamil?"

"Berharaplah bahwa semua itu hanya mitos, Jen."

"Kakak!"

Ningning masuk ke dalam kamar dia mencium bau makanan, Jeno memangku adik kecil Karina itu lalu membiarkan Ningning menikmati pizzanya. Saat dia menghabiskan satu potong pizza namun masih menginginkannya namun dia kalah cepat karena Karina telah mengambil potongan terakhir pizza. Mereka sempat terlihat adu mulut sampai Jeno memutuskan untuk membagi dua pizza. Rupanya Ninging masih kesal jadinya dia melampiaskannya dengan Karina.

"Berhentilah makan pizza, apa Kakak tidak lihat perutmu sudah menggembung seperti orang hamil!"

Setelah itu Ninging langsung keluar dari kamar Karina dengan membanting pintu dengan keras. Sedangkan Karina? Dia terlihat memandangi perutnya dengan tatapan terluka.

"Sepertinya sedang terjadi karma instan."

Jeno tak kuasa menahan tawanya melihat Karina yang saat ini meratapi perutnya yang membuncit.

"Siapa suruh mengerjaiku? Kamu fikir aku percayajika meminum seteguk kunyit asam bisa membuat perut seperti Ibu hamil?"

...

Hai, Universe....

Aku harap kalian selalu sehat dan bahagia. 

Kalau kalian lagi berjuang buat dapetin sesuatu, semoga usaha kalian dilancarkan ya. 

Kalau capek, istirahat dulu. Proses memang gak enak banget tetapi percaya deh, proses itu membentuk kualitas diri kalian. Semesta pasti bantu kalian dapetin apa yang kalian mau.

Good luck, My Universe 

With Love, Aisekai

Jeno AldebaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang