VCS

598 65 2
                                    


'Kamu terlihat sexy saat memakan es krim.'

Karina yang tadinya sedang menikmati es krim segera melempar benda itu ke sampah. Dia tak peduli dengan pesan Ibunya yang berpesan tidak boleh membuang makanan. Karina menutup salah satu aplikasi sosial medianya dimana dia membagikan potretnya sedang memakan es krim. Sial! Kenapa dia mendapatkan komentar mesum atas foto itu?

"Ah, jadi bete."

Karina masuk ke dalam kamar lalu menyembunyikan wajahnya di pelukan Nunu, itu boneka kelinci yang diberikan Ayahnya saat ulang tahun ke sepuluh. Dulu Nunu itu besarnya persis seperti dirinya. Kali ini Nunu hanya sebesar setengah dari badannya. Meskipun begitu dia tetap menyayangi Nunu.

Cling

Bunyi notifikasi kembali hadir membuat Karina meraba kasurnya untuk meraih ponselnya. Ketika dia membuka notifikasi yang berasal dari salah satu sosial medianya dan dengan malas Karina membuka dan saat dirinya membaca apa isi pesan itu dia langsung ingin memblokir si pengirim pesan.

'Vcs, yuk.'

Karina mengumpat begitu membaca isi pesan lelaki asing itu.

"Sialan sekali lelaki ini," desis Karina.

Namun sebelum Karina menekan tombol blokir lelaki itu mengirimkan video dirinya yang sedang berfantasi seksual menggunakan foto Karina.

Sontak saja Karina berteriak setelah melihatnya.

"Bajingannn!!!"

Untung saja Ayah dan Ibunya sedang pergi, jadi dia tidak perlu menceritakan kejadian memalukan ini, jika Ayahnya tahu pasti lelaki itu langsung dikebiri Ayahnya.

"Terkutuklah kau setan!"

Karina masih saja terbakar emosinya sendiri dan dia menenggelamkan wajahnya di bantal sambil berteriak menyuarakan kekesalannya. Karina memang sangat cepat kesal dan terbawa emosi pada hal seperti ini, pasalnya tidak hanya sekali, bahkan sejak dulu dia sering mendapatkan pelecehan seperti ini. Dia merasa kurang nyaman menceritakan hal ini pada orang lain karena dia pernah mendapatkan respon yang malah membuatnya semakin terpuruk.

'Salahmu sendiri karena memakai pakaian terbuka'

Padahal saat itu Karina memakai pakaian yang sopan.

'Siapa suruh menggoda pria!'

Padahal saat itu Karina sedang makan rendang di rumah makan padang.

Hal-hal seperti itu yang membuat Karina enggan untuk bercerita. Kalaupun ingin bercerita, dia malas sekali karena dia harus mengingat kejadian tak mengenakan itu lagi. Jadi saat Karina belajar dari seorang yang juga aktif dalam menyuarakan pelecehan seksual pada wanita untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi dan menghadapi dan mengatasi.

Hal yang cocok untuk Karina secara pribadi agar dapat membuatnya lebih baik setelah mendapatkan tindak pelecehan seksual adalah dengan memutus akses si pelaku, contohnya dia memblokir si pelaku. Kedua, dia menyadari bahwa hal itu bukanlah kesalahannya, ini dilakukan agar dia tidak terseret arus menyalahkan diri sendiri semakin dalam. Hal ini penting sekali karena banyak perempuan menyalahkan dan disalahkan jika ada kejadian pelecehan seksual. Ketiga, dia harus tahu bagaimana mengelola amarahnya dan salah satu caranya bagi Karina adalah dengan mengumpat. Dia merasa sangat lebih baik setelah mengumpat pada orang yang membuatnya kesal.

Untuk cara ketiga itu dia lakukan saat dia berada di ruang yang nyaman dan membuatnya tenang. Bisa juga, dia menyalurkan amarahnya dengan menulis di buku hariannya dan dia bisa mengumpat sesuka hati tanpa harus di dengar oleh orang lain yang merasa terganggu jika mendengar umpatan.

"Halo."

Karina menerima panggilan suara dari Jeno. Dia bisa melihat dari jendelanya jika Jeno sedang memperhatikannya di jendela. Jendela mereka memang sejajar, karena itulah mereka bisa saling melihat satu sama lain. Ingatkan Karina untuk selalu menutup gorden jendela ketika dia sedang ganti baju.

'Kenapa?Apa yang membuatmu kesal?'

Jeno terlihat sedang menikmati es krim dari seberang sana. Karina yang melihat hal itu mengingatkan Karina lagi dengan kejadian hari ini, dimana dia disebut sexy saat makan es krim sampai dikirimin video tak senonoh dari orang asing di sosial media.

"Aku sedang tidak ingin membahasnya."

Jeno memang tipekal seseorang yang tak akan memaksa jika Karina belum siap berbagi cerita, bocah tiang itu selalu mengatakan,

'Jika ingin bercerita, datang saja padaku. Aku siap jadi telingamu.'

Ya kira-kira itulah yang selalu Jeno katakan setiap kali Karina belum siap bercerita tentang hal yang terjadi pada harinya.

"Nanti aku akan cerita. Apa kamu baru saja pulang dari bengkel?"

'Hm... Aku baru saja selesai mandi. Apa kamu sudah makan?'

Karina tersenyum, dia selalu suka dan menikmati bagaimana Jeno memberikannya perhatian.

'Aku sudah makan, tapi karena tadi aku kesal sekali, jadi aku ingin makanan yang manis.'

Jeno terlihat memandanginya sambil menunjukkan es krim.

"Ah, tidak. Jangan es krim dulu. Aku sedang tidak ingin bersentuhan dengan es krim."

'Bagaimana kalau boba?'

"Aku tidak bisa mengatakan tidak.'

Karina menyenderkan kepalanya pada sisi jendela dan menikmati semilir angin yang melewati tanaman hiasnya yang sengaja dia taruh di pinggiran jendela menerpa wajahnya.

'Kamu terlihat sangat cantik saat terkena sinar senja.'

Mereka tertawa pelan karena gombalan Jeno. Kedua pasang remaja yang sedang kasmaran itu beberapa kali berbalasan kata-kata saling menggoda dan mengisi siang itu dengan candaan satu sama lain. Karina itu kalau sedang dalam mode jahil, dia akan menggoda atau meladeni godaan yang dilempar kepadanya. Jadilah, satupun dari mereka tak ada yang berhenti untuk melempar godaan, namun mereka tahu bahwa itu hanya sebatas bercanda.

Walau, reaksi hati mereka berbeda dengan logika.

Logika mengatakan jika itu candaan.

Namun, hati menganggapnya seperti sebuah harapan.

Hmmm... Mana yang lebih dominan?

"Rina."

Jeno memanggil Karina sambil memandangi wajah Karina dari jarak sepuluh meter, wajahnya sedikit bersemu saat ingin mengatakannya.

'Aku suka sekali senyummu, manis, seperti es krim.'

Karina ingin sekali membalas gombalan itu namun sepertinya kalimat ini terasa mengetuk hatinya dengan ketukan yang berbeda. Kalimat yang baru saja Jeno katakan terasa sangat manis dan hangat.

Itu seperti...

Seperti sedang meleburkan hatinya yang selama ini dingin.

Karina tak membalas ucapan Jeno, dia segera mematikan sambungan telepon mereka lalu membenamkan diri di kasur sambil berteriak. Teriakannya teredam oleh bantal.

Dia berbalik dan berbaring di atas kasurnya yang terlihat sangat kacau. Ponselnya dia peluk di dada dalam keadaan wajah yang memerah dan hatinya terasa....

"Hatiku meleleh seperti es krim."

Jeno AldebaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang