Kangen

279 45 2
                                    


Mari kita mulai.

Di pagi hari yang dituruni dengan rintikan air dari langit membuat siapa saja enggan berpisah dengan selimut yang memeluk dan melindungi tubuh dari hembusan angin dan hawa yang dingin. Begitu juga dengan penghuni rumah Karina.

Karina masih saja tidur meski sesekali dia mencemaskan keadaan ayamnya karena belum diberi sarapan. Mereka pasti kelaparan. Ruru juga yang tidur bersama Karina merasa enggan untuk melepaskan diri dari kasur, dia terlalu nyaman dengan suasana hangat ini.

"Jam berapa ini?"

Dia fikir ini sudah jam tujuh namun begitu melihat jam di ponselnya, ini masih pukul lima pagi. Ah, jadi, dia tidur lagi saja di pagi hari nan hujan ini.

Baru sebentar dia kembali terlelap namun dia merasa seseorang masuk ke dalam kamarnya lalu memeluknya dari belakang.

"Apa kamu mabuk?"

"Tidak, aku habis bermimpi buruk."

Karina menggeser tubuhnya agar si bongsor bisa dengan leluasa dan nyaman untuk tidur di kasur minimalisnya.

"Tidurlah lagi."

Karina mengelus tangan Jeno yang melingkar di perutnya, ketika dia merasa begitu geli karena bibir Jeno yang menempel di telingnya saat itulah matanya terbuka.

"Oh, cuma mimpi?"

Ya, ternyata itu semua hanya mimpi belaka, dia seadng bermimpi tentang Jeno. Padahal tak ada Jeno di kamarnya. Hanya ada Ruru yang tidur menemaninya. Ah, dia lupa. Jeno sedang berada di luar kota selama seminggu untuk syuting vlog lagi. Ini sudah hari ketiga dan mereka sudah sama-sama saling merindukan satu sama lain.

"Apa dia sudah bangun?"

Karina mengecek ponselnya lagi dan tidak mendapati balasan dari Jeno atas pesannya yang dia kirimkan tadi malam. Sepertinya, lelaki itu terlalu lelah sampai lupa mengecek atau membalas ponselnya.

"Semoga saja dia baik-baik saja disana."

Karina menurunkan selimutnya lalu berjalan menuju dapur. Suasana hujan hanya akan membuatnya semakin larut dalam kerinduannya pada Jeno. Dia membuat coklat panas dan memakan pisang. Padahal, jika pagi hari dia memakan pisang, biasanya dia akan sakit perut. Namun, pagi itu dia terkesan tidak peduli pada perutnya dan hanya makan sesuatu yang ingin dia makan saat itu juga.

"Apa ini?"

Karina melihat ada pesan dari Jeno, pria itu terlihat mengirimkan sebuah foto padanya. Tak berlangsung lama Karina melihat foto dimana Jeno sedang membuat mie rebus. Dia terlihat sangat senang dengan kegiatan vlognya yang direkam di atas gunung.

"Ah, aku lupa jika dia sedang berada di gunung. Pasti sinyalnya susah."

Lalu, bagaimana Jeno bisa mengirimkan foto ini?

Mungkin saja saat ada sinyal yang lewat.

Haha, apa-apaan itu?

Karina bahkan seperti kehilangan sebagian pengetahuan tentang diksinya karena terlalu merindukan Jeno.

Memang, hujan itu membawa serta kerinduan. 

Segelas coklat panas mungkin sedikit membuat suasana hatinya membaik. Hari itu dia memang sedikit sendu tapi dia tetap bergerak untuk mengisi harinya. 

Karina pernah mendengar kalimat, kira-kira bunyinya seperti ini,

'Walau suasana hatimu hancur, jemarimu harus tetap bergerak.'

Karina selalu mengingatnya dan mencoba untuk melakukannya. Giselle dan Winter sepertinya mengerti jika suasana hati Karina sedang kurang bagus, jadinya mereka tidak terlalu ikut campur. Kedua sahabat Karina itu justru mengajak Karina untuk pergi ke mall setelah Karina selesai mendapatkan upah dari kerja kerasnya mengurus telur ayam yang sudah dia pasarkan.

Hari itu Jeno sepertinya sangat sibuk dan tak sempat mengabarinya lagi atau memang ada kendala sinyal. Karina berbaring di kasurnya dengan wajah sembab, dia sangat rindu Jeno. 

"Kangen...."

Pipinya basah karena air mata bahkan sampai gadis itu terlelap. Ah, hari ini kelabu. Semoga saja rindunya cepat berlalu.

Ada yang rindu aku?

Hehehe

....

Hi My Universe.

Gimana hari kalian?

Besok weekend nih, selamat beristirahat dan bersenang-senang.

Sedikit makanan manis mungkin bisa menambah mood bagus. 

Have a nice weekend...

Love, Aisekai

Jeno AldebaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang