Sudah Tidak Tertolong

872 105 15
                                    

Floryn POV

Laundry kilat 24 jam? Aku tidak salah baca, 'kan? Atau kakak kelas ini tidak salah tempat? Sungguh, ini menjadi sebuah pertanyaan bagiku bahkan jika dihitung dengan jari saja pertanyaanku bisa lebih dari itu.

"Ayo masuk."

Lamuanku buyar saat dia menyuruhku untuk masuk, tapi bisa jadi luarnya hanya bangunan untuk menyediakan laundry tetapi di dalamnya ada ruang rahasia dimana para penjahat berkumpul seperti di film!

Huaaaa! Aku pengen kabur tapi mana mungkin bisa jika tali ini masih menyangkut pada chocker yang aku pakai.

Saat memasuki tempat itu, pertama kali yang kulihat adalah mesin cuci yang saling berderet. Sangat sepi bahkan di jam segini yang seharusnya jamnya orang-orang mencuci, tapi mungkin karena terhalang dengan hujan.

Hanya saja yang mengganggu pendengaran ku adalah, lagu rock disetel dengan volume yang sangat besar.

"Sana cuci seragamku."

"Apaaa?! Aku tidak mendengarmu!"

"Cuci seragamku!"

Serius deh suara jedag jedug ini benar-benar mengganggu!

"Curi duit?!"

Akhirnya kakak ketua OSIS memasang ekspresi muak lalu melangkah besar menuju spiker dan mencabut kasar kabel milik spiker tersebut.

"Hey! Siapa yang mematikan lagunya?!"

Ternyata ada pak Balmond disini, seorang guru olahraga sekaligus penanggung jawab klub basket. Tapi yang paling aku pertanyakan kenapa dia bisa menyetel lagu dengan volume sangat keras? Apa pemilik laundry disini tidak merasa terganggu?

"Oh, ternyata Aamon toh. Kau ingin mencuci lagi disini?"

Kakak OSIS bernama Aamon itu mengangguk. "Begitulah, tapi hari ini yang akan mencuci anak itu." Kak Aamon menunjuk kearah diriku.

Pak Balmond menengok kearahku. "Ada Floryn juga ya. Apa kau bekerja untuknya?"

"Mana mungkin... Saya hanya tak sengaja menumpahkan minuman ke seragamnya, jadi saya harus menebus kesalahan saya dengan mencuci seragamnya." Sahut ku lalu menghela nafas berat sementara pak Balmond hanya membalas dengan tawa.

Lalu aku melangkah pergi menjauhi kak Aamon dan pak Balmond sambil memegangi seragam milik si kakak OSIS, memilih mesin cuci yang sengaja jauh dari mereka berdua agar aku bisa bebas mengeluh tanpa didengar oleh siapapun.

"Kenapa si dia memaksa untuk mencuci disini? Padahal aku bisa cuci di rumah jadi tak perlu mengeluarkan uang." Gerutuku sambil memasuki seragamnya lalu menuangi sabun asal saking kesalnya.

Setelah menekan tombol aku duduk tepat di depan mesin cuci sambil memperhatikan sekitar. "Benar-benar sepi... Dan kelihatannya pak Balmond langganan disini mengingat dia menyetel lagu seenaknya."

Tiba-tiba sesuatu yang dingin menempel di pipiku, aku terkejut dan hampir saja melompat jatuh dari tempat duduk. "Kak Aamon! Kakak mengejutkanku!"

"Minumlah," Kak Aamon memberikan sekaleng minuman. Aku pun menerimanya lalu mengucapkan Terima kasih. "Setelah ini kita pulang jadi tunjukan arah rumahmu."

Lantas aku menatap kearahnya dengan perasaan senang. "Sungguh?"

"Tentu saja, memangnya kau mau aku bawa ke rumahku?"

Aku menggeleng cepat, "a-aku tidak bilang ingin!"

Ting!

Oh! Cucunya sudah selesai. Aku segera berdiri dan lekas membuka mesin cuci, ku lihat dengan seksama seragam milik kak Aamon. Benar-benar bersih dan seperti baru! Bahkan jika aku mencuci dengan mesin cuci di rumah, hasilnya tidak akan sesempurna ini.

I'm Not Your Babu! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang