Bunga Peony

664 77 19
                                    

Pagi hari yang tidak cerah karena hujan. Floryn harus memakai payung serta jaket agar seragam sekolah miliknya tak basah dan juga mengenakan sepasang sandal untuk mencegah sepatu basah karena becek.

Ya, untuk hari ini. Floryn tidak dijemput oleh Aamon, bahkan sekadar mengirim pesan kecil pun tidak. Terus-terusan Floryn memikirkan perihal kemarin malam, setelah Aamon mengantar sampai di depan rumah. Pemuda itu sama sekali tak mengatakan apapun dan langsung tancap gas.

Apa mungkin Aamon benar-benar marah padanya? Jika iya apakah sumber kekesalannya ketika Floryn mengatakan bahwa dia sedang jatuh cinta?

Saking terlalu dipikirkan sampai Floryn tak sadar bahwa dia telah sampai di depan gerbang sekolah bila Lesley tidak menepuk bahunya.

"Hey, Flo. Kenapa bengong disini? Ayo masuk, nanti masuk angin lho lama-lama disini." ajak Lesley sedikit tegas.

Floryn terkesiap kemudian mengulas senyum kamu sebagai balasan. "O-oh! Iya! Ayo kita masuk."

Floryn dan Lesley berjalan beriringan memasuki sekolah termegah di pusat kota Moniyan. Ketika mereka berdua berada di ruang tengah, terdapat segerombolan kaum hawa berkumpul pada satu titik sehingga siapapun yang ingin lewat harus berdesakan atau mencari jalan memutar. Namun tidak bagi gadis dengan mahkota bunga ini. Floryn memiliki rasa penasaran tinggi, bahkan Lesley yang sebenarnya tak begitu tertarik dan lebih memilih untuk segera pergi ke kelas tapi ia tak mungkin meninggalkan Floryn di tengah lautan manusia.

Floryn berusaha mengginjit, Samar samar pandangannya menangkap surai bewarna biru serta perak seperti saling berhadapan.

"Lama tidak jumpa, ketua OSIS yang kuhormati." sapa ramah dari suara pria yang entah kenapa terdengar familiar bagi Floryn.

"Sepertinya kau baru keluar dari kandang ya. Apa kau sudah menginjak rumput?" balas dari lawan bicara terdengar tenang namun seperti sedang mengsatir.

Beribu kata yang keluar dari mulut para siswi sangat heboh, kalau bahasa gaulnya itu ngefangirl sampai harus di ucapin kata gws. Cuman ngeliat dua cowok saling bertatap muka aja hebohnya melebihi ibu-ibu komplek nobar sinetron, tidak heran karena kedua adam memiliki paras tampan kalau kata anak platform oren bagaikan dewa Yunani.

"Kak Aamon dan kak Xavier cakep banget! Woooooooww!!"

"Jantung gak sehat bestie!"

"Kak Aamon ama Kak Xavier itu cocok ya, aku jadi nge-ship mereka."

"Woy setress."

Setelah mendengar dari berbagai pihak bahwa penyebab kerumunan ini adalah Aamon dan Xavier, Floryn terperanga. Dia tak menduga dua cowok yang dia kenal ternyata memiliki suatu hubungan yang tak gadis itu ketahui. Namun terdengar dari cara mereka saling menyapa, Floryn menduga-duga keduanya memiliki hubungan yang rumit.

Dipikir-pikir si ambigu juga.

"Sepertinya tugas OSIS sedang sangat menumpuk sampai-sampai wajahmu hampir mirip dengan mayat hidup." kata Xavier, bahkan si lawan bicara tak termakan oleh ejekan kecil yang dilontarkan pada pemuda bersurai biru ini.

Aamon tersenyum simpul sebagai balasan sebelum berucap. "Mayat hidup tetap menginjak rumput, tidak seperti otaku yang hanya mengurung diri dalam kamar."

Entah kenapa Floryn dapat merasakan aura tak mengenakan mereka berdua. Atau mungkin saja dari pandangan Floryn kedua pria itu tengah melakukan perang dingin dalam pikiran masing-masing, ada rasa ingin melerai namun dia tak mungkin menjadi pusat perhatian disana. Apa lagi saat ini hubungannya dengan Aamon sedikit runyam.

"KALIAN SEMUA NGAPAIN KUMPUL KEBO DISINI!? BIKIN MACET JALANAN AJA! BUBAAAAAAAR!!" teriak bariton milik Balmond bagai speaker kondangan tetangga yang gak tau diri, telah membubarkan sekumpulan fangirl hingga ngacir ke mana-mana.

I'm Not Your Babu! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang