"Jadi? Siapa yang ngasih misi ke bos kalian untuk ngebunuh [Name]?" Tanya Sanzu kepada kedua anak buah Toshiro Aizen sambil menodongkan pistolnya.
Sudah lima hari sejak kejadian [Name] tertembak, dan sejak saat itu juga wanita tersebut terbaring koma di rumah sakit. [Name] terpaksa harus menjalani operasi karena mendapatkan tiga peluru yang bersarang pada perutnya.
Dengan kondisi [Name] yang lemah dan hampir menghadapi mautnya, membuat Sanzu begitu menjadi lebih murka. Apalagi mengingat fakta bahwa [Name] bernasib seperti itu karenanya.
Hingga saat ini, Sanzu masih fokus mengusut dan mencari tahu keberadaan dalang dibalik kekacauan ini. Mengingat terakhir kali Toshiro Aizen mengatakan bahwa ia ditugaskan untuk menculik dan membunuh [Name].
"JAWAB ANJING!" bentak Sanzu yang sudah tersulut emosi.
"Kita gak tau, tuan Sanzu." jawab kedua anak buah Toshiro dengan badan gemetatan.
DOR! DOR!
"Ck. Gak guna." guman Sanzu setelah melubangi dua kepala anak buah Toshiro.
Masih belum beranjak dari tempatnya, lelaki itu segera merogoh saku celananya dan mengambil dua kapsul obat berwarna merah, dan langsung meneguknya sekaligus. Tidak membutuhkan waktu yang lama, efek dari obat-obatan tersebut mulai bereaksi.
Seketika sekelebat ingatan tentang [Name] bermain di kepalanya. Dari mulai ia pertama kali bertemu dengan [Name], cara [Name] yang membunuh orang dengan bengis, cara wanita itu menggodanya, atau saat mereka berdansa bersama setelah makan malam, atau bagaimana [Name] tidak pernah menyerah untuk mendapatkan hati Sanzu.
"HAHAHAHA UDAH GILA!!!" teriaknya sambil tertawa miris.
Sanzu jatuh terduduk di tanah, pandangannya menghadap ke arah bulan purnama. Walau tidak mau mengakuinya, tapi beberapa hari ini pikirannya begitu kacau. Ia merindukan senyum [Name]. Bayangan wanita itu benar-benar tidak lepas dari kepalanya.
Samar-samar, suara langkah kaki terdengar sedang berjalan ke arahnya. Ia menoleh dan mendapati Taekomi sedang berdiri beberapa meter darinya sedang rokoknya yang bertengger pada mulutnya.
"Lo kacau banget, Zu." Sanzu tersenyum getir mendengar ucapan kakaknya.
"Gue gak pernah liat lo sekacau ini cuma gara-gara cewe." timpal Takeomi lagi.
"Gimana [Name]?" alih-alih merespon komentar Takeomi mengenai dirinya, ia malah menanyakan keadaan [Name].
"Belum sadar." jawab Takeomi pelan. Ia tidak tega melihat adiknya yang begitu kacau.
Mendengar jawaban dari Takeomi, pandangan Sanzu kembali menatap ke arah bulan purnama. Dalam hatinya, ia berjanji akan membalaskan dendam kepada semua yang menyakiti [Name].
"Takeomi." panggil Sanzu yang hanya dijawab dehaman oleh Takeomi.
"Kalo sampe [Name] mati gara-gara gue, gue mau lo tembak gue sampe mati."
***
Keesokannya, kedua kaki Sanzu melangkah memasuki pintu utama salah satu rumah sakit di Tokyo. Bau obat-obatan dari farmasi langsung menyeruak ke indera penciuman Sanzu, ciri khas rumah sakit.
Ia melangkahkan kakinya menuju ruang inap [Name] dengan kedua tangan berada di dalam saku celana. Namun tidak lama langkahnya terhenti saat sudah berada di depan pintu kamar wanita itu, melihat ada dua bodyguards yang menjaga [Name].
Bodyguards tersebut ditugaskan oleh Ran untuk menjaga [Name] di depan pintu kamar, mengingat ada yang bertujuan untuk membunuhnya.
"Selamat siang, tuan Sanzu." sapa kedua orang berbadan besar tersebut sambil membungkukkan badan mereka.
"Apa ada yang jagain [Name] di dalem?" tanya Sanzu datar.
"Tidak ada, tuan. Barusan saja tuan Ran pulang setelah menjaga nona [Name] semalaman." Seketika hati Sanzu memanas mendengar jawaban dari salah satu bodyguards tersebut.
Kenapa harus Ran yang menjaga sih?
"Tuan Koko sedang menuju kesini untuk berganti jaga dengan tuan Ran." timpalnya.
Sanzu mengangguk mengerti. Ia berjalan masuk seraya pintu kamar inap [Name] dibukakan oleh kedua bodyguards tersebut. Seketika pemandangan [Name] yang tertidur tidak sadar dengan banyak alat dan selang yang terpasang pada tubuhnya langsung tertangkap oleh netra Sanzu.
Ia mendekat dan berdiri di sebelah ranjang [Name]. Matanya nanar menatap wanita didepannya.
"Sepi juga rasanya gak ada yang godain gue beberapa hari. Cuma orang gila kaya lo sih yang berani bikin gue emosi terus." Ucap Sanzu pelan sambil meraih tangan [Name] lalu menggenggamnya dan mengusap punggung tangannya pelan.
"Cepet bangun ya? Gue masih cari orang yang ngebuat lo susah begini. Gue janji gue akan ngelindungin lo. Itu kan yang lo mau?"
"Mungkin udah gila kedengerannya, tapi lo bener-bener ngeganggu pikiran gue akhir-akhir ini. Gue bingung sama perasaan gue sendiri. Gue ngerasa gue gak pantes aja bisa dapet cinta dari lo. Secara gue kriminal gini, dan lo? Lo sempurna banget. Lo pinter, lo cantik, lo punya kekuasaan, lo bisa dapet yang lebih dari gue."
Setelah panjang lebar Sanzu bergumam sendiri pada wanita di hadapannya, ia menunduk dan mencium kening [Name] sekilas sambil mengusap keningnya pelan. Ia tidak percaya, kening itulah yang selama ini hampir ia lubangi dengan peluru, namun kali ini ia malah menciumnya dengan tulus.
"Yaudah, gue balik dulu ya. Gue gak bisa lama-lama. Cepet bangun, jangan jadi putri tidur mulu. Kangen gue ngeliat kebengisan lo waktu lagi ngejalanin misi."
Sanzu mengecup kening [Name] sekali lagi hingga akhirnya ia melangkahkan kakinya keluar.
Namun tanpa disadari, setelah saat Sanzu sudah keluar dari kamar inap [Name], putri tidurnya meneteskan air mata dalam keadaan terpejam, mendengar setiap kata yang terlontar dari lelaki tersebut.
____
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
LET ME BE YOURS [ SANZU HARUCHIYO X READER ] ✔️
Fanfiction"Apakah kau siap mati untukku?" Bisik Sanzu ditelingamu. "I do." balasmu tanpa ragu. Sanzu menyeringai kecil, menatap bibirmu sejenak dan menyentuhnya sedikit, lalu ia mulai berjalan mundur menjahuimu. "Good. Karena aku sudah menaruh racun pada wi...