10. Not so back to normal

1.1K 173 3
                                    

Tidak terasa, sudah memasuki bulan kedua [Name] menjadi anggota eksekutif dari gang Bonten. Wanita itu sudah pulih dari luka tembak yang mengenainya beberapa waktu lalu, dan sudah bekerja dengan normal.

Menganalisa, menyusun strategi, menyiksa, dan mengeksekusi. Itulah pekerjaan normalnya.

Kedua netranya masih fokus menatap layar laptopnya, begitu fokus hingga di dalam ruangannya hanya ditemani oleh suara ketikan pada keyboardnya. Bahasa pemrograman dan matematika memenuhi seluruh otaknya.

Tanpa ia sadari, seorang pria dengan surai merah muda berjalan melangkah masuk ke dalam ruangannya. Pria itu tersenyum sekilas mengagumi pemandangan di depannya. Namun segera ia menggelengkan kepalanya dan menyadarkan dirinya sendiri pada realita.

"Oi." sapa Sanzu membuyarkan fokus [Name]. Yang disapa pun langsung tersenyum menyadari pujaan hatinya.

Sekelebat memorinya bersama Sanzu berputar. Mengingat bagaimana Sanzu bersikap perduli dan lembut terhadapnya. Tapi tidak perlu ditanya, itu hanya bertahan saat wanita itu sakit. Saat sudah sembuh dan normal kembali? Lelaki itu berubah kembali menjadi sedia kala.

Namun [Name] tidak mempermasalahkannya.

Semuanya kembali seperti semula. Sanzu yang gila, dingin, ketus, dan menolak [Name] yang selalu menggodanya.

"Hai, Sanzu! Mau makan siang bareng?" tanya [Name] dengan semangat.

"Tch. Ngarep. Nih, ada paketan buat lo." jawab Sanzu sambil melemparkan sebuah kotak kecil berwarna hitam ke meja kerja [Name] dan segera ditangkap oleh wanita itu.

[Name] membuka kotak tersebut dan mendapati sebuah hard disk di dalamnya. Di atas hard disk, juga terdapat sebuah kertas catatan kecil yang bertuliskan—

To: Ms. Kenjiro [Name], 04.

Tubuhnya seketika menegang membaca kertas tersebut. Kedua irisnya masih terpaku pada kertas di genggamannya.

04. Zero-Four. Julukan itu—

"You good?" tanya Sanzu saat menyadari perubahan raut wajah [Name] seketika.

"Y-yeah! Of couse! By the way, Sanzu, kayanya gue mau lanjut analisa strategi nih! Gue gak bisa fokus kalo ada Sanzu. Nanti jadi ngeliatin Sanzu terus." jawab [Name] berusaha membuat bahasa dan nada bicaranya normal seolah menggoda Sanzu.

Tanpa menjawab apapun, Sanzu hanya menatap [Name] datar sejenak, lalu melangkahkan kakinya keluar dari ruangan kerja [Name].

Begitu Sanzu keluar dan sudah menutup pintu ruangannya, [Name] langsung mengeluarkan hard disk tersebut dan menyambungkan pada laptop nya. Ia mengutak-atik hard disk tersebut, meretas beberapa sandi yang terpasang, dan menemukan sebuah folder. Dengan sedikit ragu-ragu, akhirnya ia membuka foldernya.

Bukan data atau file yang ia temukan, justru folder itu malah membuat layar laptopnya menjadi hitam sejenak, lalu menampilkan beberapa kalimat yang muncul secara bergantian.

Hello, Agent 04!

Bagaimana permainanmu?

Hanya ingin mengingatkan, waktumu sudah hampir habis. Kurang dari dua bulan.

Take care, Agent 04,

Remember your sins.

Tenggorokan [Name] seakan tercekat. Tubuhnya sedikit bergetat. Bukan, bukan ancamannya yang membuatnya ketakutan, namun mengingat waktu yang semakin singkat untuknya.

[Name] membutuhkan waktu sebentar. Ia butuh bernafas. Pikirannya kacau seketika. [Name] segera meraih mantel yang tergantung di ruang kerjanya, dan langsung melangkah cepat keluar dari ruangannya.

Namun tanpa disangka, saat dia baru keluar dari ruangannya, ia mendapati Sanzu yang sedang bersender pada tembok luar ruangan [Name].

"Mau kemana?" tanya Sanzu. Lelaki itu sengaja menungunya di luar, karena menyadari ada yang salah dari [Name].

"Bukan urusan Sanzu." jawab [Name] cuek sambil berjalan melewati Sanzu. Sanzu langsung menarik tangan [Name].

"Gue tanya, mau kemana?" tanya Sanzu ulang, namun kali ini dengan penuh penekanan.

"Kan udah dibilang, bukan urusan Sanzu."

Sanzu yang geram langsung mendorong kasar dan memojokkan [Name] ke tembok, lalu mengunci tubuh [Name] diantara kedua tangan kekarnya.

"Jawab. Mau kemana? Lo sadar kan lo baru aja pulih? Dan lo sadar kan kalo ada yang ngincer buat ngebunuh lo?" Sanzu benar-benar menahan emosinya, menahan dirinya untuk menyakiti [Name].

"Sanzu, gak usah sok berlagak perduli sama gue. Gue bukan punya Sanzu. Lagian gak akan ngaruh juga ke kehidupannya Sanzu mau gue kemana kek, mau gue sakit kek, mau gue mati kek——

Hmmmppp" ucapan [Name] terpotong begitu saja dengan lumatan bibir Sanzu yang sudah menempel pada bibirnya.

Wanita itu memukul-mukul dada Sanzu meminta berhenti namun dihiraukan. Sanzu terus menekan kepalanya dan melumat kasar bibir wanita didepannya itu.

[Name] tanpa aba-aba langsung menendang  bagian bawah Sanzu. Lelaki itupun sontak melepaskan ciuman mereka dan menjauhkan dirinya sambil mengaduh kesakitan memegangi bagian bawahnya.

"Shittt!" Sanzu merutuki perbuatan [Name].

"Gue bukan jalang yang bisa diperlakuin Sanzu seenaknya. Yang setelah diperlakuin manis, besoknya lo perlakuin dingin lagi kaya sampah. Ngerti?! Apa? Mau tembak kepala gue?! Tembak aja. Toh gak lama lagi gue juga mati—"

"Lo ngomong apa sih anjing? Kenapa lo bilang gak lama lagi lo mati? Lo kenapa??" tanya Sanzu dengan nada tinggi. Ia benar-benar bingung dengan wanita di depannya.

"Gak penting. Udah, Zu. Gue mau sendirian dulu." jawab [Name] dengan mata yang berkaca-kaca, menahan air matanya tumpah. Ia tidak mau Sanzu melihatnya begitu menyedihkan. Ia pun langsung pergi meninggalkan Sanzu begitu saja.

Sanzu menatap kepergian [Name]. Entah kenapa, dadanya terasa begitu sesak ketika wanita itu mengatakan bahwa wanita itu bukan miliknya. Sial. [Name] adalah wanita pertama yang benar-benar bisa mempermainkan perasaannya.

Ucapan [Name] yang juga menyebut bahwa Sanzu memperlakukannya seperti sampah, tidak kalah membuatnya sesak. Tidak, bukan itu maksudnya. Walau awalnya Sanzu memang membencinya, namun bukan itu. Ia hanya berlarut-larut bingung dengan perasaannya sendiri.

Sanzu tersadar ada sesuatu yang aneh dari [Name]. Ia yakin ada yang disembunyikan oleh wanita itu. Belum lagi ada yang mencoba membunuhnya, pasti masalah serius.

"Apapun masalahnya, gue bakal cari tau dan gue akan ngelindungin lo, [Name]."

___

TBC

LET ME BE YOURS [ SANZU HARUCHIYO X READER ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang