12. Running hell with me

1.2K 163 14
                                    

Suara dentuman musik begitu keras memenuhi seisi ruangan dengan para manusia yang sibuk mencari hiburan malam untuk mengalihkan hari mereka yang panjang.

Disinilah [Name] dan Ran berada sekarang. [Name] sedang meneguk gelas shots nya yang entah keberapa. Ran yang berusaha mencegah wanita didepannya agar tidak terus-terusan meminum vodka tersebut, gagal karena selalu didorong dan ditepis oleh [Name].

"[Name], udah dong minumnya. Lo gak liat udah merah gitu wajah lo?" Ran masih berusaha membujun [Name] untuk berhenti minum.

"Shuuuuttt up!!! Let me enjoy this cause i hate my lifeeeee!!! whoaa!" [Name] jelas sudah mulai kehilangan kesadarannya sedikit demi sedikit.

[Name] memang malam ini minta ditemani Ran untuk meminum vodka karena penat dengan segala pekerjaannya, dan juga stress karena ditekan oleh masalahnya sendiri sebagai mata-mata Bonten. Ran yang sudah tahu ceritanya, bisa mengerti keadaannya [Name] yang berat, akhirnya mau menemani wanita tersebut.

Masih berusaha menjauhkan gelas alkohol dari tangan [Name], tiba-tiba ponselnya berbunyi. Lelaki itu menggeram sebentar.

"Ya!" teriak Ran saat menerima panggilan dari Kakucho.

"Cepet ke markas. Lo dapet misi dari Mikey." ucap Kakucho.

"Oke, gue langsung kesana." balas Ran dan langsung memutuskan panggilannya.

Ran lagi-lagi berusaha untuk menjauhkan gelas alkohol dari tangan [Name], namun lagi-lagi ditepis oleh wanita itu.

"[Name], ayo balik. Gue baru dapet misi dari Mikey." ajak Ran pelan.

"Yaudah lo sana aja. Gue bisa disini sendiri." tolak [Name].

"Gak bisa. Ayo balik." Ran berusaha mengangkat tubuh [Name], namun [Name] langsung mendorong Ran.

"Ran! Gue gapapa! Udah lo sana aja! Gue bisa sendiri! Gue masih sadarrrrr.." elak [Name] yang jelas-jelas kesadarannya sudah tinggal setengah.

"Ck. Serah lo deh. Yaudah, ati-ati ya. Itu ada anak buah gue, kalo mau pulang, minta anter anak buah gue aja ya."

"okayy!!!" balas [Name] sambil mengacungkan jempolnya.

"Yaudah, gue balik dulu. Bye." pamit Ran sambil mengusap pelan rambut [Name] lalu melangkahkan kakinya menjauh menuju mobilnya.

Bukan Ran namanya jika tidak mempunyai sebuah rencana. Senyumnya langsung mengulas licik sambil meraih ponselnya lalu menelfon seseorang.

"Apa anjing?! Ganggu banget, gue lagi ada misi!" Umpat orang di seberang sana saat menerima panggilan dari Ran.

"Cepet dateng sini, [Name] sendirian mabok gak mau pulang. Gue ada misi dari Mikey soalnya, jadi gue tinggal."

"KENAPA LO TINGGAL DIA HAH?! KALO DIA DIAPA-APAIN ORANG GIMANA? JANGAN GOBLOK LO!!!!"

"Ya makanya, lo cepet kesini lah jemput dia."

"Kirim ke gue alamatnya sekarang."

"Sip. Gue kirim di chat."

***

Seorang lelaki tengah berjalan melewati keramaian orang-orang yang sedang berdansa di salah satu bar di Tokyo. Netranya menelusuri seisi bar, mencari sesosok wanita yang sudah beberapa hari ini bersikap dingin padanya.

Gotcha! Batinnya saat sudah menemukan sosok yang sudah dicarinya, lalu segera berjalan mendekat. Terlihat wanita itu sedang menumpukan kepalanya pada deretan meja bartender.

Lelaki itu merapihkan surai hitam wanita tersebut yang menghalangi wajah cantiknya. Terlihat wajah wanita tersebut yang memerah dengan mata yang sayu.

"SANZU?!" mata [Name] yang dari awal sayu, langsung terbelalak melihat Sanzu di depannya. Seketika kesadarannya langsung pulih kembali 100%.

"Balik sekarang." ucap Sanzu tanpa penolakan. Tidak perlu menunggu [Name] menjawab, Sanzu langsung menarik tangan [Name] untuk segera bangkit dan berjalan mengikutinya keluar dari bar tersebut, menuju ke mobil milik Sanzu.

"Sanzu! Apaansih! Lepasin gue, gak?! Gak usah ya lo ngatur-ngatur gue!" [Name] memberontak berusaha melepaskan genggamannya dari Sanzu, namun lelaki itu lebih kuat darinya dan [Name] pun gagal.

"Gak! Pulang! Gue gak suka lo dateng ke tempat kaya gini!" bentak Sanzu.

"Apasih! Lepasin!!!! Lo tuh bukan siapa-siapa guww—" Seketika omelan [Name] berhenti dan terpotong saat Sanzu langsung menyergap mencium bibirnya begitu saja.

Setelah sadar [Name] hampir kehabisan nafas, Sanzu langsung melepaskan ciuman mereka. Lelaki tersebut menatap [Name] yang masih terengah-engah, berusaha menetralkan nafasnya.

"Apa?! Lo tadi mau bilang kalo gue bukan siapa-siapa lo? Iya?" tanya Sanzu dengan tatapan tajam. Namun tampaknya [Name] enggan menjawab pertanyaan Sanzu, dan hanya balik menatap Sanzu tajam.

Sanzu menghela nafas pelan. Tangannya lalu meraih sebuah bom granat dari dalam rompinya.

Terlihat terdapat pengait bom granat yang berbentuk seperti cincin atau lingkaran kecil dengan material perak, lalu ditariknya pengait tersebut, membuatnya terlepas dari badan bom granatnya.

[Name] terlihat bingung dengan apa yang akan dilakukan oleh lelaki didepannya ini. Namun ia hanya memperhatikannya.

Tidak berlama-lama, Sanzu langsung melemparkan granat ke dalam bar yang tadi.

DUAR!

Seketika suara ledakan yang begitu besar terdengar dari dalam bar tersebut, diiringi suara teriakan orang-orang di dalamnya. [Name] langsung membulatkan matanya. Tidak percaya dengan apa yang barusan dilakukan oleh Sanzu.

"Sanzu lo udah gila?! Lo sinting kali ya——"

"Shut up! Diem gak?" lagi-lagi Sanzu memotong ucapan [Name].

"Iya, gue gila. Gila karna lo, [Name]." timpalnya lagi, namun kali ini sambil meraih tangan [Name].

Sanzu menggenggam tangan wanita didepannya, lalu menyematkan pengait bom tadi pada jari manis milik [Name], membuatnya terlihat seperti cincin.

"Now you're officially mine." bisik Sanzu di telinga kanan [Name] sambil tersenyum keci, lalu mencium bibir [Name] lagi sekilas.

Bukankah ini terlihat gila?

Menurut [Name], Sanzu justru terlihat begitu semakin begitu menawan dan gagah, saat sedang mendeklarasikan perasaannya dengan pemandangan ledakan juga kobaran api di belakangnya. Membuatnya terlihat seperti penguasa neraka.

Tanpa basa-basi, [Name] langsung menyatukan bibirnya pada bibir milik Sanzu. Sanzu pun menyeringai melihat reaksi wanita itu. Tangan Sanzu menarik pinggang [Name] untuk semakin mengikiskan jarak diantara mereka, sedangkan [Name] mengalungkan tangannya pada leher Sanzu.

Hasrat ingin memiliki satu sama lain yang sudah lama terbendung, akhirnya melebur.

Ditengah kekacauan ledakan yang ada di belakang mereka berdua, mereka tampak menikmati sentuhan satu sama lain tanpa memperdulikan apapun. Membuat tekanan panas diantara mereka semakin berkobar dan memanas.

"Do you want to running hell with me?" tanya Sanzu disela-sela ciuman mereka.

"I do." jawab [Name], yang membuat Sanzu mengulas seringainya

"Good girl. Let's continue this at my place, shall we?"


___

TBC

LET ME BE YOURS [ SANZU HARUCHIYO X READER ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang