5. Hurts and Jealously

1.3K 205 1
                                    

Secercah cahaya dan langit kamar tertangkap oleh irisnya saat [Name] mulai membuka kedua kelopak matanya. Tubuhnya masih belum begitu bertenaga, namun keadaannya sudah membaik. Senyumnya langsung mengembang saat menyadari Sanzu yang duduk di pinggir kasurnya.

"You're here." Sapa [Name] masih serak dan segera bangkit mendudukkan dirinya dan menyender pada kepala kasur.

Seketika kejadian Sanzu menciumnya terputar kembali di kepalanya. Senyum pun langsung terulas di bibir [Name] membayangkannya. Walau saat itu ia dalam keadaan diambang kematian, namun ia masih sadar betul rasa yang diberikan oleh Sanzu.

Ia yakin Sanzu sudah mulai membuka hatinya.

"Bagus deh udah sadar. Gue cabut dulu." Sanzu yang tengah beranjak dari duduknya langsung dicegat oleh [Name]. Wanita itu menahan tangan lelaki bersurai merah muda tersebut.

"Kok pergi? Disini aja, mau ditungguin Sanzu." rengek [Name] manja.

Tanpa basa basi, Sanzu langsung duduk kembali di kasur [Name], menangkup wajah [Name] untuk mencium bibirnya sekilas, lalu melepasnya dan mencengkram wajahnya kasar.

"Denger baik-baik ya, gue nyium lo bukan berarti gue punya perasaan sama lo. Lo gak usah berharap gue akan ngebuka hati buat lo. Gak akan pernah—

Gue bukan tipe orang yang gampang dicintai, and I don't do romance, darling." Jelas Sanzu dengan seringai khasnya.

Entah apa yang mengganggunya, suasana hati [Name] seketika langsung memburuk. Jika biasanya dia akan menantang dan menggoda Sanzu dengan keberaniannya, kali ini hatinya begitu panas dan marah.

[Name] dengan lancang meraih pistol dari dalam saku pakaian Sanzu, dan menodongkan pistol tersebut ke arah kening Sanzu.

"Yaudah, kalo lo gak bisa nerima gue, mending lo mati aja gimana, Zu?" tanya [Name].

"Yaudah. Tembak gue aja, dari pada harus ngebuka hati buat lo." balas Sanzu datar. Air mata langsung menetes di pelupuk wajah [Name]. Hatinya terasa begitu hancur mendengar ucapan lelaki di hadapannya. Apa dia sudah tidak ada kesempatan lagi?

"So my heart scares you, but the gun doesn't?" tanya [Name] dengan nada getir.

Sanzu tidak merespon pertanyaan [Name]. Ia hanya bangkit lalu berjalan keluar dari kamar milik [Name]. Sebelum ia benar-benar pergi, Sanzu terhenti di ambang pintu dan berbalik menatap [Name] yang masih menangis terduduk di tempat tidurnya.

"Istirahat. Mikey bakal jenguk lo dan kasih lo misi." hanya itu yang terlontar dari bibir Sanzu dan langsung menutup pintu kamar [Name], meninggalkannya sendirian.

[Name] langsung melempar pistol milik Sanzu yang masih digenggamnya ke meja riasnya, membuat kacanya pecah berserakan.

"FUCK YOU SANZU HARUCHIYO! Gue bakal buktiin seberapa cinta gue sama lo dan lo bakal sadar itu."

***

Beberapa hari berlalu sejak kejadian Sanzu menolak [Name], dan sejak saat itu suasana hati [Name] mudah memuncak dan mudah terbawa emosi.

Saat ini, Ran, Rindou, Koko, dan Sanzu sedang berada disebuah ruangan VVIP bar diskotik milik Bonten. Mereka sedang bersama salah seorang penghianat Bonten.

"Jadi, lo yakin gak tau siapa yang kemaren gagalin transaksi senjata gelapnya Bonten?" tanya Koko pada lelaki berusia 30an tersebut, berpura-pura tidak tahu.

"Saya gak tau, tuan Koko. Tapi mungkin saya bisa bantu cari informasinya." Sanzu menyeringai mendengar ucapan targetnya. Jelas-jelas mereka semua tahu faktanya bahwa dia lah yang menggagalkan transaksi tersebut.

LET ME BE YOURS [ SANZU HARUCHIYO X READER ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang