18. I'll kill her

718 106 5
                                    

"FUCK IT!!!" teriak Sanzu sambil membuang semua barang diatas mejanya tak bersisa. Nafasnya terengah-engah mengingat kejadian bersama [Name].

Siku-siku perempatan imajiner muncul di dahi sang pemilik surai merah muda tersebut. Merasa dirinya dibodohi dan diremehkan oleh wanita yang mirisnya dia cintai. Entah dia marah pada wanita tersebut atau marah pada dirinya sendiri, yang jelas suasana hatinya sudah dipastikan begitu buruk.

Disisi lain, seorang dengan manik lavender sedang bersandar pada ambang pintu, mengamati temannya yang begitu kacau. Ia paham apa yang terjadi. Bahkan dia sudah tahu ini akan terjadi.

"Zu, kita semua disuruh kumpul di ruang rapat." ucap Ran singkat. Sanzu menoleh kearah Ran sekilas, lalu segera mengalihkan pandangannya. Ia terlalu gengsi untuk memperlihatkan bahwa ia sedang kacau.

"Yaudah, buruan ya. Ditungguin Mikey." timpal Ran sekali lagi seraya meninggalkan Sanzu sendirian di ruangannya.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk mengatur nafas dan menenangkan dirinya sendiri, akhirnya Sanzu pun beranjak menuju ruang rapat Bonten.

Seiring masuknya Sanzu di ruangan rapat, semua mata anggota eksekutif Bonten tertuju pada Sanzu. Sanzu hanya menatap cuek dan segera duduk di kursi sebelah kanan Mikey.

"Jadi, Sanzu, [Name] memegang semua data Bonten?" tanya Mikey memulai rapat. Suasana rapat begitu tegang, apalagi dengan Mikey yang memancarkan aura gelapnya. Mengingat orang yang ia percayai, ternyta merupakan penghianat.

"Iya. Dia memegang semua data Bonten, lengkap tiap detail transaksi Bonten. Namun tidak ada yang bisa mengakses datanya kecuali [Name] sendiri." jawab Sanzu.

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Mikey lagi, membuat Sanzu terdiam sejenak.

Tidak dipungkiri, semua anggota eksekutif Bonten menatapnya simpati. Mereka jelas tahu apa yang akan dilakukan terhadap setiap penghianat Bonten. Tidak akan pernah ada ampun, Mereka benar-benar tidak bisa membayangkan jika berada diposisi Sanzu, harus mengeksekusi orang yang dicintai.

"Aku akan mencarinya—" jawab Sanzu masih menggantung.

"—Lalu aku akan membunuhnya." Sanzu menyelesaikan kalimatnya mantap.

Ran yang mendengar ucapan Sanzu barusan, langsung menoleh dan mencoba menerawang mata Sanzu. Namun Sanzu terlihat begitu tenang dan yakin dengan ucapannya. Padahal baru beberapa menit yang lalu saat Ran keruangannya, Sanzu terlihat begitu berantakan.

"Baik. Waktumu hanya 48 jam untuk menemukan [Name] dan membunuhnya. Lalat harus segera dibersihkan. Dan ingat, jangan mencampurkan perasaan dengan pekerjaan." ucap Mikey dingin lalu segera berdiri dan meninggalkan ruang rapat.

Semua yang masih ada diruang rapat tersebut terdiam dengan pikirannya masing-masing.

"Gue gak nyangka [Name] selama ini mata-mata pemerintah." komentar Kakucho memecah keheningan.

"Lo gapapa, Zu?" tanya Koko memastikan Sanzu.

"Tch. Semua penghianat Bonten harus mati." jawab Sanzu singkat.

Alih-alih ikut berunding, Ran langsung berdiri dari tempat duduknya dan segera beranjak pergi dari ruangan tersebut. Ia merasa gusar, karena ia tahu semua rencana [Name]. Ia tahu wanita itu sedang butuh bantuan. Apadaya reputasinya sudah buruk. Ia harus segera membantunya.

"Bang, lo mau kemana? Kita harus bahas cara untuk nemuin [Name]." tanya Rindou menghentikan langkah kakaknya. Ia sadar ada yang salah dengan Ran.

"Gue mau cari angin dulu, Rin. Bentar aja nanti gue balik." Jawab Ran yang hanya dibalas anggukan oleh Rindou.

***

Ran melangkah menjauh dari ruang rapat dan menuju ke rooftop markas Bonten. Lelaki bersurai violet tersebut mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakan nya, sembari juga mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang.

"Halo, Ran." Sapa wanita diseberang sana. Ya, wanita yang dihubungi Ran adalah [Name].

"You good?" tanya Ran to the point.

"Haha. I'm good, I guess? I bet you've already heard everything." jawab [Name].

"Yeah.."

"So.. Sanzu gimana?" tanya [Name].

"He's a mess. And he'll hunt you down."

[Name] hanya terkekeh mendengar jawaban Ran. Ia sudah menebaknya. Sanzu pasti akan murka.

"So, lo masih gak mau jelasin semuanya ke Sanzu? Sebelum makin terlambat." Ran masih berusaha untuk meyakinkan [Name]. Ia masih yakin bahwa Bonten bisa membantunya.

"Semuanya udah terlanjur, Ran. Gue tetep akan selesaiin ini."

"Hmm. Fine.. Tapi gimana persiapannya? Lo butuh bantuan gue apa?"

"Semuanya aman dan hampir selesai. Seharusnya bisa sesuai rencana? I'm all set."

"Terus, setelah semua selesai, lo mau kemana, [Name]?"

"Hmmm.. Gak tau deh. Since I belong nowhere, dan udah jadi penghianat di pihak manapun, pastinya udah gak ada yang percaya, yaa dipikirin nanti aja deh. Hahahaha"

"You know you'll always have me, right? I'm on your side."

"I know. Thank you, Ran. Cuma Ran yang percaya sama gue."

"Seandainya semua anggota Bonten tau gimana perjuangan lo buat mereka, [Name]." ucap Ran murung,

"Hahaha. It's okay. Btw Ran, I need to go. I'll call you later. Byee."

Ran pun akhirnya menutup panggilannya bersama [Name] dan memasukkan kembali ponselnya dalam sakunya.

Detik berikutnya, senyuman terulas jelas menyungging, sejenak sadar, sedari tadi ada seseorang yang mendengarkan percakapan mereka dari kejahuan.

"Jadi, nguping dari bagian mana lo?" ejek Ran sambil menghembuskan asap rokoknya enteng.

"Jelasin ke gue semuanya tentang [Name] dan rencananya. Sekarang." ucap seseorang tersebut sambil menodongkan katana-nya.

___

TBC

LET ME BE YOURS [ SANZU HARUCHIYO X READER ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang