20. Execution Day

798 101 3
                                    

Seorang wanita bersurai hitam panjang sedang berdiri termenung dari balik jendela kantornya, menatap jalanan Tokyo yang diterpa air hujan deras. Ia seakan larut dengan pikirannya sendiri.

How is he doing? batinnya memikirkan lelaki yang selalu mengganggu pikirannya.

Masih fokus dengan pikirannya sendiri, saat tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruangannya. Wanita itupun langsung mempersilahkan masuk, yang rupanya adalah Mr.Daichi.

"I bet you still on processing to unlock the data?" tanya Mr.Daichi pada ambang pintu.

"Yeah. Guess I'm too dramatic, ngunci datanya ketat banget. Not gonna lie but it takes time more than you imagined." jawab [Name] seraya menghela nafasnya frustasi.

"It's fine. Take your time, [Name]. Aku akan bilang ke atasan untuk minta tambahan waktu." jawaban Mr.Daichi membuat [Name] tersenyum.

Tanpa disadari Mr.Daichi, sebuah rencana yang tidak akan pernah dibayangkannya, sudah tertata dengan sangat rapih.

Setelah Mr.Daichi keluar dari ruangannya, [Name] menatap sekilas ke arah layar tabletnya yang menunjukkan status 'Uploading 80%'. Wanita itu tersenyum kecil. Ia juga segera meraih ponselnya dan mengaktifkan beberapa sistem yang sudah ia buat selama beberapa minggu ini.

All bombs are activated. 45 minutes to explosions.

Let's roll the game! ucapnya pelan sambil mengambil beberapa senjata dan perlengkapan dan menyimpan semuanya dibalik mantelnya. Tidak lupa juga ia meraih payung, walau ia tahu itu tidak akan berguna.

Langkahnya yang sedikit tergesa-gesa, membawanya ke rooftop gedung parlemen, yang juga adalah tempatnya bekerja. Walau sudah menggunakan payung, namun bahunya masih terkena sedikit cipratan air hujan.

Wajahnya mengadah ke arah langit abu-abu sejenak. Ternyata sampai disini. Gumamnya kecil.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi berkali-kali. Puluhan notifikasi terpampang jelas dilayarnya. Kebanyakan mencari keberadaannya dan mengabari tentang beberapa berita yang baru saja tersebar. Termasuk Mr.Daichi yang menghubunginya berkali-kali.

[Name] langsung membuka internet browsernya dan berita mengenai pemerintah yang ingin memicu revolusi sudah menjadi trending topic nomor 1 di dunia.

"SEORANG MISTERIUS MENGUNGGAH BUKTI DATA DAN RAHASIA RENCANA REVOLUSI PEMERINTAH."

"KONSPIRASI ATAU FAKTA? PEMERINTAH MEMANFAATKAN GANG BESAR UNTUK MEMICU REVOLUSI?"

"MENGINTIP DIBALIK KONSPIRASI PEMERINTAHAN DARI UNGGAHAN ANONYMOUS."

"GANG KRIMINAL VS PEMERINTAH. SIPA YANG LEBIH BERBAHAYA?"

"DATA RENCANA REVOLUSI PEMERINTAH BOCOR. ULAH ANONYMOUS?"

Sudut bibir wanita itu tersenyum kecil. Satu rencananya sudah berhasil.

Ya, alih-alih menyebarkan rahasia dan data Bonten, ia malah menyebarkan rahasia pemerintah. Agar semua orang melihat, bagaimana liciknya pemerintah memanfaatkan dan mengadu domba gang besar untuk memicu revolusi dengan negara lain dan menyebabkan kekacauan.

Maju ke tahap berikutnya, rencana terakhir.

35 minutes to explosions.

[Name] akan meledakkan gedung dimana tempatnya ia berdiri saat ini. Ia ingin melenyapkan segalanya, termasuk data dan rahasia Bonten. Mengingat hanya [Name] yang dapat membuka data tersebut, dengan begitu, semua orang yang dia sayangi akan selamat dan tidak akan terancam lagi.

Samar-samar banyak suara langkah kaki sedang menuju ke arahnya. [Name] berbalik saat melihat segerombolan polisi lengkap dengan perlengkapan mereka, menghampiri [Name] dan menodongkan senjata mereka kearah [Name].

"Semua rahasia pemerintah yang bocor, ulahmu kan?" ucap Mr. Daichi yang muncul dari kerumunan polisi tersebut. [Name] yang melihat itu langsung tersenyum sinis sambil membuang payungnya dan mengangkat kedua tangannya.

"Kau ingat bukan perjanjian kita? Kalau kau berhianat, aku boleh menghabisimu langsung?" tanya Mr.Daichi lagi, namun kali ini ia juga ikut mengarahkan pistol ke arah [Name].

"With pleasure. Tapi, instead of wasting your time to execute me, mendingan kalian sekarang keluar dari gedung ini."  [Name] enteng. Mr.Daichi menatap [Name] bingung.

Tapi rupanya Mr. Daichi tidak ambil pusing dengan ucapan [Name].

Lelaki tersebut segera menarik pelatuknya saat tiba-tiba malah ia sendiri yang tertembak dan tidak sadarkan diri ditempat.

Hanya membutuhkan waktu sepersekian detik dengan ramainya suara baku tembak, semua orang yang ada diatas rooftop gedung tersebut tiba-tiba tumbang, kecuali [Name] sendirian.

Wanita itu berbalik saat mendapati ada helikopter yang terbang di dekatnya dan menampilkan lelaki bersurai merah muda dengan luka di kedua sudut bibirnya.

[Name] begitu terkejut dengan apa yang ia lihat dengan kedua matanya. Mengapa lelaki itu bisa disini??? Batinnya begitu bergejolak. Tubuhnya seketika membeku. Entah karena memang dinginnya guyuran hujan, atau karena lelaki yang hadir dihadapannya ini?

Tanpa banyak basa-basi, lelaki tersebut lompat dari helikopter tersebut dan berdiri tepat di hadapan [Name].

"So, we meet again, Kenjiro [Name]."

___
TBC.

IHHH UDAH MAU SELEZAIIII NIII GEZZZ:"

LET ME BE YOURS [ SANZU HARUCHIYO X READER ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang