Chapter 06

239 8 2
                                    

Kini Hendri sudah pulang hanya tinggal ia seorang diri di tepi jalan.Hujan mulai turun,Rara akan berjalan ke rumahnya.Dia suka jika hujan begini bisa menangis di bawah naungan hujan.

Hari mulai gelap Rara belum juga sampai di rumah.Kini seluruh pakaian Rara basah kuyup.Rara memasuki rumah, tetapi Riya sudah menunggunya dengan ikat pinggang.

Rara menatap Riya datar,berlalu lalang tanpa mempedulikan Riya yang sedang menahan emosi.Baru saja Rara menginjakan kaki di tangga pertama.

"Baru pulang lo?Masih ingat rumah," ujar Riya dengan nada tinggi.

Rara membalikan badan."Kalau gue gak ingat,gak bakal di sini gue."

"Emang anak gak tau diri ya lo, udah nyusahin malu-maluin.Demi apa si gue ngelahiran anak kayak lo," hardik Riya dengan tangan mengepal.

"Oh ya, kalo gue nyusahin kenapa gak lo bunuh aja waktu di dalam kandungan.Kenapa gak lo buang aja ke panti hah! Apa di sini gue yang salah.Gue gak minta dilahirin sama lo," Rara tersenyum devil.

"Kurang ajar." Riya berjalan menuju Rara dan mencambukan ikatan pinggang itu ke betis Rara.

Rara terhuyung dan merintis kesakitan.Rara berusaha untuk berdiri dengan berpegangan ke tangga.

"Cih, maen fisik. Dengan lo ngelakuin kekerasan fisik sama gue,itu gak bakal ngerubah sifat gue.Kenapa lo harus nyiksa gue,ambil pisau trus potong pergelangan gue jelas mati dan gak bakal nyusahin lo," tutur Rara lantang.

Riya terdiam."Kenapa lo diam," Rara bertanya sambil berjalan menuju lantai atas.

Dengan cepat Riya menarik tas yang di sandang Rara.Alhasil Rara terjatuh dan kepalanya terbentur ke lantai.

Melihat Rara yang kesakitan,Riya tertawa kesetanan.Riya mencambuki badan Rara,dengan beberapa cambukan membuat Rara tak sadarkan diri.

Riya tersenyum senang."Mending lo kayak gini,kata-kata pedas lo bikin gue depresi."

Riya berjalan keluar rumah,dia akan pergi keluar,sebelum masuk ke dalam mobil Riya menyuruh penjaga untuk membawa Rara ke dalam kamar.

Rara terbangun dan dia sudah berada di dalam kamar dengan pakaian yang masih agak basah.
Rara merasakan badannya sakit semua.

Tidak lama kemudian,bi Sri dengan makanan dan juga teh hangat.

"Non,ganti baju dulu yuk.Ntar masuk angin,"ajak bi Sri.

Tanpa kata,Rara berdiri menuju lemari dan mengambil baju kaos dan celana pendek.

Rara masuk kamar mandi dan mengganti baju.Rara keluar dengan pandangan kosong.

Rara kembali ke kasur dan menyenderkan punggungnya.

"Non,makan ya," bi Sri menyendokan nasi serta lauk ke dalam mulut Rara.

Rara menerimanya dengan tatapan yang sulit di artikan.

Sekitar tiga sendok Rara makan,Rara menatap bi Sri."Bi,apakah ada seorang ibu rela menyakiti putrinya?" Rara bertanya dengan pelan.

Bi Sri tidak menjawab meraih badan Rara, lalu memeluknya erat.Bi Sri sangat kasian pada putri majikannya ini.Terkadang ingin sekali rasanya untuk menolong Rara,tapi apa boleh buat dia hanya pembantu di rumah ini.

Titik benci ( Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang