Chapter 18

211 10 0
                                    

Rara sudah berada dalam ruang inap Hendri, sekarang masih setia menunggu bocah itu siuman. Rara menghela nafas, berhubung perut dari tadi berbunyi ia memutuskan untuk keluar mencari makanan.

Rara sudah mengisi perut yang keroncong kemudian masuk ke dalam kembali. Namun baru saja  melangkah dia menyerngitkan dahi melihat mobil yang tadi menabrak Hendri.

Orang itu melewati lorong dengan cepat, sehingga Rara harus berlari mengejar orang itu. Dia tidak ingin pelaku lepas dari tanggung jawabnya. Kemudian Rara berhenti di dekat tonggak melihat pria berjas itu masuk ke dalam salah satu ruang inap.

Rara segera menyusul tanpa permisi ia membuka pintu. Orang yang ada di dalam terheran-heran. Melihat baju seragamnya penuh dengan darah.  Rara iya terkejut, bagaimana tidak, Libra yang sedang di infus dan Rido yang duduk di tepi brankar.

Pria berjas itu mendekat ke arah Libra. Rara menatap tajam pria itu, entah mengapa iya sangat sakit hati.

"Tuan yang terhormat? Apa anda tidak merasa bersalah atas kejadian tadi?" tanya Rara sedikit emosi.

Surya berdehem, lalu berjalan menuju Rara. Libra dan Rido hanya diam mereka tidak tahu ada masalah apa Surya dengan Rara ini.

"Saya buru-buru dan anak kecil itu yang salah mengapa jualan di jalan raya." Surya berkata santai tanpa merasa bersalah sedikit pun.

Rara geram, lalu menampar pipi Surya, suara tamparan itu menggema di dalam ruang. Membuat Libra berteriak histeris. Surya langsung menghampiri putri nya dan memeluk erat.

Iri itu yang di rasakan Rara saat ini. Pemandangan yang hatinya begitu tergores. Dia juga ingin diposisi seperti itu. Namun ntahlah takdir nya sedikit kejam.

"Pergi kamu keluar! Putri ku takut melihat mu!"
Apa yang kamu uang? Dasar ya, orang miskin luka sedikit mintanya banyak." bentak Surya dan terus melontarkan kata-kata tajam.

Rara tidak terima dengan sikap Surya yang telah mengina dirinya. Dengan cepat Rara mengambil vas bunga dan melempar nya kearah Libra, namun vas bunga tidak mengenai Libra. Tembakannya meleset, tindakan Rara membuat Surya naik pintam.

Surya menarik pergelangan tangan Rara agar gadis gila itu keluar dari ruangan putrinya. Kegaduhan ini membuat Libra tambah takut.

"Ikut saya! Kamu akan bikin perhitungan di kantor polisi!" Surya menyeret Rara dengan susah. Tentu gadis itu tidak mengalah begitu saja.

"Saya hanya berbicara baik-baik dengan mu tuan! Tapi apa sikap mu dan menyalahkan saya atas tindakan saya! Anak itu sekarang dia sekarat! Kau tahu itu semua gara-gara lo brengsek!" Rara mendorong kuat Surya agar dia melepaskan tangannya, namun cengkraman nya kuat membuat Rara meringis.

"Lepaskan bajingan!"Akhirnya Surya melepaskan, Iya merogoh dompet nya dan melempar uang tepat di wajah Rara.

"Apa ini cukup untuk membeli harga dirimu dan biaya berobat pemulung itu."

Rara mematung baru kali ini iya bertemu pria yang bermulut pedas. Dia tidak sakit mendengar hinaan untuk dirinya, namun hinaan untuk Hendri membuatnya melemah. Dengan tenaga yang tersisa ia memberi tendang untuk kejantanan yang membuat Surya langsung terjatuh.

Rara tidak tinggal diam, ia menginjak kuat perut Surya. Rido langsung mengambil tindakan. Ia mengunci pergerakan tangan Rara dan menyeret Rara keluar dari ruangan.

Rara memberontak untuk melepaskan Rido, namun kali ini Rido lebih kuat dari nya. Akhirnya Rara melemah dan duduk di lantai sambil menatap kosong.

Rido ingin pergi namun rasanya kaki nya tidak bisa di gerakkan. "Apa masih ada laki-laki seperti di dunia ini. Jika dia ayahku mungkin sudah lama aku ingin menjadi yatim." Rara berkata lirih air mata yang ia tahan kini tumpah.

Rido tidak pernah melihat Rara selemah ini. Dia berjongkok dan menghapus air mata Rara. Namun Rara dengan cepat menghentikan tangan Rido. "Lo gak perlu kasihani gue! Jangan mau mengotori tangan lo hanya ingin menghapus air mata gue!"  Rara bangkit dan langsung pergi meninggalkan Rido yang masih terdiam.

Rido tidak langsung ke ruangan Libra kali ini iya mengikuti Rara yang memasuki salah satu ruangan. Dia terkejut melihat anak kecil yang berbaring lemah dengan perban di kepalanya.

Rido tidak pernah tahu latar belakang gadis itu. Sejak kapan Rara punya adik? Tidak mungkin kan adik Rara kerja menjadi penjual tepi jalan.
Apa ini ulah Surya karena tadi ia tergesa ingin menemui Libra.

Rido merasa sedikit kasihan pada Rara kondisi gadis itu sedang tidak baik-baik saja. Namun apa dayanya Rara sudah tidak seperti yang dulu. Rara yang dulu sudah tiada, kini hanya ada Rara yang temperamental dan dingin.

Rido memegang dadanya yang sakit, cintanya harus ia kubur dalam-dalam karena permintaan bundanya Cika. Rido tersenyum terpaksa lalu meninggalkan rumah sakit ini. Sebelum itu iya mengirim pesan pada Libra. Dia akan pulang rasanya terlalu lelah jika harus berada di rumah sakit ini.

*  *   *

Surya duduk di tepi brankar putrinya, Libra sudah tidur kini Surya turun dari sana dan pindah ke sofa yang sudah disediakan. Surya menatap langit-langit rumah sakit. Merasa bersalah! Itu yang ia rasakan saat ini. Dia begitu kasar tadi pada gadis kecil itu.

Tapi apa hanya dia yang harus di salah kan tentu gadis itu juga bersalahkan. Memikirkanya membuat pelipis Surya sakit, ia memutuskan untuk beristirahat. Sekitar 30 menit terlelap sebuah tangan mengusap pelan rambutnya.

Hanya dengan sentuhan kecil membuat Surya terbangun. Surya langsung tersenyum manis dan mengecup singkat tangan wanita itu. Ia duduk dan bersandar pada sofa.

"Bagaimana bisa Libra drop lagi sayang?" tanya wanita itu lembut.

Surya menggeleng dan menatap intens wanita itu." Dia tadi terjatuh di sekolah," ujarnya singkat.

Wanita itu beranjak menuju brankar dia mengusap pelan rambut putrinya.

Libra terbangun dan terlonjak kaget. Ia memekik kesenangan dan langsung memeluk erat.

"Mama Libra kangen," rengeknya manja.

"Mama juga maaf ya, baru bisa lihat kamu. Mama sibuk ngurusin butik yang ada di Singapure," iya membelai lembut rambut panjang Libra.

"Ngga papa Ma, Libra ngerti kok."  Dia melepas pelukan itu. Surya membiarkan mereka melepas kerinduan.

"Oh ya papa cari cemilan dulu ya." Surya beranjak dan meninggalkan mereka berdua. Kini setelah membeli banyak cemilan iya menelusuri lorong rumah sakit.

Seketika iya  berhenti melihat gadis tadi masih disini Ia mengikuti langkah Rara yang masuk ke dalam ruangan. Surya mengikutinya perlahan agar gadis itu tidak menyadari nya. Karena gadis ini sangat peka terhadap hal kecil sedikit pun.

Surya terkejut melihat pemandangan di depannya. Anak yang tadi iya tabrak sekarang terbaring dengan kepala di perban dan tangan nya yang di pakaikan gips.

Semua itu membuat Surya semakin bersalah. Ia bergegas meninggalkan dan menuju tempat administrasi.

"Ada yang bisa saya bantu pak?" tanya petugas dengan sopan.

"Bisa beritahu  anak kecil korban kecelakaan beberapa jam yang lalu."

Petugas langsung mencari data, iya masih ingat bocah yang kepalanya pecah dan tangannya patah.

"Bisa pak, ia di rawat di ruang melati," ujar petugas sopan.

"Saya ingin membayar semua pengobatan dan beri kan pengobatan yang terbaik."

Petugas lalu menyodorkan kertas ." Bisa pak, tanda tangan disini."

Tanpa membuang waktu ia segera mencoret tanda tangannya.
Setelah itu iya kembali menuju ruangan putrinya.

Rara memang berani banget ya orangnya tak kenal tempat pun😅
Sengaja buat karakter Rara jadi kurang ajar dan kasar

Titik benci ( Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang