Chapter 09

230 9 0
                                    

Hari ini Rara kembali sekolah seperti biasanya.Waktu Rara pulang kemarin, untung saja mamanya tidak ada di rumah. Jadi tidak perlu harus mendengar ocehan Riya yang tak bermutu.

Ketika baru masuk ke dalam kelas, dia melihat Irma dan Libra tertawa,terlihat sangat senang.
Rara menatap datar Irma,pertanyaan Rara cuma satu.Sejak kapan mereka dekat? Bukankah Irma juga membenci Libra,tetapi pagi ini ia cukup dikejutkan dengan interaksi mereka berdua.

Libra terdiam dan menatap Rara yang berdiri di ambang pintu.Rara seakan-akan tidak mengetahui kejadian barusan.Lalu berjalan ke tempat duduknya.

Irma berdiri dan menghampiri Rara ke meja mereka,yang kebetulan mereka teman sebangku.Baru saja Irma ingin memegang lengan Rara, tetapi langsung ditepis kasar oleh Rara.

"Ra lo sakit ya?" tanya Irma.

Rara tersenyum miring dan berdiri, lalu di ikuti oleh Irma.

"Emang kalo gue sakit lo peduli?" tanya Rara mengitari badan Irma tak lupa dengan senyum jahatnya.

"Lo ngomong apa si Ra,ya jelas gue peduli lah." Irma menjawab dengan terbata-bata.

"Lo pikir gue bodoh hah! Lo bilang peduli? Kalo lo emang peduli harus nya lo jenguk gue dong. Dan gue yakin seratus persen lo tau ini karena dia kan." Ucap Rara datar tapi menusuk.Sambil menunjuk ke arah Libra yang diam di kursi.

Skamat,Irma terdiam dengan ucapan Rara.Dia benar-benar menyangka kalau Rara akan menjawab seperti itu.

"Kenapa lo diem? Apa benar yang gue katakan, tanpa harus lo berpura-pura peduli sama gue.Gue udah bisa menilai sifat busuk lo kek apa." Rara berjalan keluar dan menyenggol bahu Irma.

Rara belum cukup tenaga untuk memberi pelajaran teman penghianat seperti Irma.Kini Rara menuju loker dan mengambil baju olahraga, karena hari ini ia ada pelajaran  olahraga.

Semua murid di dalam kelas Rara juga sudah berkumpul termasuk Rido dan teman-temannya. Rara berbaris paling belakang.

"Anak-anak,hari ini materi kita bola basket.Jadi sebaiknya kita pemanasan dulu ya!" perintah pak Toni selaku guru olahraganya.

Kemudian semua memulai pemanasan sesuai instruksi dari pak Toni.Rara sudah banjir keringat, terlihat lemah karena kondisi badannya yang belum stabil.

Setelah selesai pemanasan, kemudian pak Toni mengajarkan para siswa teknik basket.

"Anak-anak untuk hari ini kita cuma latihan, minggu depan kita akan mengambil nilai praktik basket.Silahkan latihan dulu ya, setelah habis jam bapak kalian boleh ganti pakaian.Bapak ada keperluan dengan kepala sekolah jadi Bapak izin dulu."

Pak Toni meninggalkan lapangan, menyisakan Rara dan teman kelasnya.Rara juga ingin meninggalkan lapangan karena kepalanya yang terasa sakit.Baru saja Rara berdiri dan melangkahkan kaki.

Tiba-tiba bola basket mengenai kepala Rara benturan yang cukup keras di kepala Rara.Sampai membuat Rara terhempas ke lapangan.

Semua orang tertawa melihat Rara yang jatuh dan enggan untuk menolongnya. Apalagi pelakunya sedang tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya.

Rara masih setia dalam posisi itu enggan rasanya bangun.Pelakunya mendekati Rara dan tertawa mengejek.

Rara mengepalkan tangan sekarang ia benar-benar muak dengan manusia bajingan seperti itu.Rara mengambil nafas panjang lalu bangun dan menatap tajam orang yang sudah berani mencelakainya.

Rara sudah cukup sabar tetapi orang itu benar-benar memancing emosinya.Dengan cepat Rara menendang keras alat kejantanan pria bajingan itu.Rara sudah hafal sekali kelemahan pria.

Orang itu terhempas  ke lapangan meringis  kesakitan.Rara tersenyum devil dan mendekati pria itu.Lalu memegang krah bajunya.

"Bangun lo bajingan, salah cari lawan lo bangsat!"

Rara melayangkan pukulan di mukanya tidak cukup sekali.Rara membogem habis- habisan.Melihat kondisi bajingan itu membuat Rara tertawa kesetanan.

Semua orang hanya bisa menyaksikan mereka takut jika dipisahkan malah mereka yang kena imbasnya.Rido yang baru balik dari toilet kemudian berlari ke arah Rara.

Yang melempar bola tadi sudah kehabisan tenaga, terkapar dengan nafas yang tak beraturan akibat pukulan Rara.

"Ra udah." Rido menahan tangan Rara yang hendak memukuli orang itu.

Rara memberontak tetapi Rido jauh lebih kuat dari Rara. " Lepasin gue anjing!" bentak Rara.

"Lo jangan gitu Ra, badan lo masih sakit," ujar Rido.Dia melepaskan tangan Rara.

"Apa peduli lo ha! Bajingan seperti dia harus dibinasakan di muka bumi ini!" ujar Rara lantang.

Kejadian ini langsung sampai di telinga kepala sekolah." Emang ada masalah apa sih kenapa harus lo berantem sama dia?" tanya Rido.

"Baru sekarang lo mau nanya? Seharusnya lo nanya sama teman bajingan  lo itu! Gue gak bakal lukai orang tanpa alasan."

Rido menghela nafas berat,lalu menghampirinya Abyan yang terkulai lemah di lapangan.Rido meminta bantuan kepada temannya untuk membawa Abyan ke Uks.

Kerumunan juga sudah mulai berkurang, Rido menghampiri Rara.

"Kenapa lo di sini harusnya kan lo istirahat dulu di rumah sakit," Rido menatap Rara.

Rara menyerngitkan kening ketika mendengar pertanyaan Rido. "Sejak kapan lo peduli tentang gue.Bukankah selama ini yang ada dalam otak lo cuma Libra.

Rido terdiam atas jawaban Rara,singkat tapi menusuk.Rara meninggalkan Rido yang masih berdiri di tengah lapangan.

Libra berlari ke arah Rido." Rido kamu masih marah ya sama aku?" tanya Libra dengan suara pelan.

Rido menatap sekilas Libra,ia juga meninggalkan lapangan dan menuju ke Uks.
Libra menatap sendu punggung Rido yang kian menghilang.

Dia menyesal dengan tindakannya kemarin.Libra hanya ingin mendekatkan mereka berdua agar Rara tak lagi membencinya.
Tetapi malah sebaliknya,bahkan Rido pun enggan untuk berbicara padanya.

.......

Abyan tidur di bangkar Uks, di sana juga ada Alex yang sedang bermain ponsel.Rido masuk menuju Abyan.Alex mematikan ponsel lalu bergabung dengan mereka.

"Yan, lo ada masalah apa sih sama Rara?" tanya Rido to the point.

"Gue cuma ngelempar kepalanya sama bola basket," ucap Abyan santai.

"Emang dia ngapain sampe harus lo lempar?" tanya Rido geram.

"Lo kenapa sih,santai men.Orang kayak dia emang harus dapat ganjaran." Abyan berbicara seolah-olah merasa tidak bersalah.

Rido yang mendengar itu langsung emosi.Rido meninju tembok untuk meluapkan emosinya.Rasanya ingin sekali menghajar Abyan,tetapi dia sudak babak belur.

Abyan dan Alex terkejut karena sikap Rido yang berbeda.Tanpa kata Rido keluar dari Uks.

Alex dan Abyan masih terpana kelakuan Rido yang tiba-tiba marah ketika Abyan melempar bola ke Rara.

"Lex,menurut lo si Rido kenapa gitu ya?" tanya Abyan.

"Gak tau pms kali," ujar Alex santai.

"Dia jantan bego." Abyan melempar wajah Alex dengan bantal.

...........

Rara mencuci muka diwastafel, Rara sekarang benar-benar sangat pusing.Dia mencoba mencari pegangan.Rara terduduk lemah di lantai.

Libra dan Irma masuk ke dalam Wc ia terkejut melihat Rara yang tengah kesakitan.Dengan cepat mereka menghampiri Rara.Baru saja Libra menyentuh Rara.Tetapi Rara menghempas kasar tangan lembut Libra.

Rara mencoba berdiri sambil berpegangan pada tembok.Lalu menatap tajam ke arah mereka berdua.
" Jangan jadi pahlawan kesiangan kalian." Sinis Rara.




Titik benci ( Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang