Riya menangis melihat Libra kehilangan kesadaran. Wanita itu menuju Rara yang berada jauh dari mereka, tamparan mendarat mulus dipipinya. Surya membopong Libra keluar dari sana. "Gue akan kasih pelajaran. Tunggu aja." Riya bergegas keluar dan mengunci pintu itu.
Rara tersenyum miris, dia membenci keadaan ini. Takdir selalu tidak pernah berpihak padanya . Riya lebih sayang anak orang lain dari pada darah dagingnya sendiri. Ia benci, muak, lagi-lagi Libra yang mendapat apa yang dia impi kan.
Rara menyenderkan tubuhnya pada tembok. Pikirannya kosong, haruskah Libra menjadi sesosok orang yang ingin ia lenyapkan harus berada terus didekatnya.
---
Pintu ugd masih tertutup, Surya mondar-mandir di sana. Riya gelisah dan pusing bersamaan, melihat tindakan Surya ini. Riya menghampiri dan menepuk pelan pundak Surya. "Mas, jangan bikin aku tambah pusing. Duduk dulu, dokter akan melakukan yang terbaik." Riya menegur Surya yang dari tadi panik.
Surya menatap Riya penuh teliti." Ini semua ulah anak itu. Kamu tahu kan kalo Libra itu tubuhnya lemah. Dia nggak sekuat itu untuk berhadapan dengan gadis nakal itu," hardik Surya penuh tekanan.
"Bisa nggak kamu bicara baik-baik. Bukan kamu aja yang khawatir, aku juga, " desis Riya tajam. Bagaimana pun dia juga tidak mau disalahkan atas kejadian ini.
Surya menyengkal kuat tangan Riya menjauh dari ruangan itu. " Andai saja kamu nggak maksa kita untuk kesana. Pasti semua nggak bakal terjadi," gerutunya kesal.
Riya naik pitam mendengar tuduhan yang di lontarkan Surya. Bagaimana bisa ia disalahkan atas kejadian.
"Jadi kamu nyalahin aku atas kecelakaan Libra? Aku kunci anak itu di gudang, kenapa Libra datang kesana. Jangan nyalahin aku kayak gitu. Aku nggak terima." Bantah Riya tajam.
"Mau kamu apa sih. Anak aku kehilangan peran ibunya karena hasutan kamu." desis Surya tajam.
Riya naik pitam mendengar ocehan Surya yang menyalahkan semua kejadian kepada dirinya. "Bisa kamu nggak bahas masa lalu. Ini juga karena salah kamu. Enak aja nyalahin aku sendirian."
Surya memegang kepalanya yang serasa ingin pecah, beberapa saat terdiam, dokter keluar dari ruangan. Surya bergegas menghampiri dokter. " Gimana keadaan putri saya dok?"desak Surya.
"Tidak ada luka yang serius. Ini karena keadaan tubuh Libra yang lemah. Lukanya tidak dalam kok. Jadi jangan khawatir." jelas dokter dengan sopan.
Surya menghela nafas lega mendengar itu, jangan sampai putri kesayangan tersakiti. Dia tidak akan menerima itu. Pria itu bergegas masuk ke dalam melihat kondisi Libra. Ia memandangi brankar dengan khawatir.
Riya menunggu diluar sambil menatap sekitar yang sepi, pikirannya sekarang tertuju pada Rara yang ia kunci di gudang. Riya sangat membenci anak itu, tujuannya hanya ingin melenyapkan agar tidak ada lagi halangan yang membuat kebahagiaan tak pernah ia dapatkan.
Padahal dia sudah menghancurkan mentalnya secara perlahan. Tapi gadis itu masih terlihat sama beberapa waktu silam. Gadis pembangkang dan keras kepala yang ia kenal.
_____
Rara tertidur di ubin yang dingin, ia terbangun ketika hawa dingin mulai menyerang tubuhnya. Entah sudah berapa lama ia tertidur disana. Rara menyenderkan tubuhnya di tembok. Tatapan kosong itu jelas tersorot dari mata yang mengandung kehampaan.
"Lo lagi lo lagi. Kapan gue bisa berada di posisi semua orang menyayangi diri lo Libra. Gue akui gue benar-benar iri sama hidup lo yang sempurna dan penuh kasih sayang," gadis itu bermonolog sendiri.
Pintu gudang terbuka lebar, Rara mengalih pandangan pada seseorang yang datang dengan amarah yang dipendam. Riya mengunci pintu itu kembali. Tanpa perasaan dia melempar kepala Rara dengan sepatu miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik benci ( Ending)
Teen FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA ⚠BIJAK MEMBACA! MENGANDUNG KATA-KATA KASAR⚠ Rara Zhikana Ini kisah seorang gadis jahat dan pembully yang mencintai Rido Sanjaya teman sekelasnya. Dia sering membully Libra Arasshi yang kebetulan orang terdekat dari Rido Sanja...