Tugas kelompok mereka sudah selesai Alin dan Irma sudah pulang duluan hanya menyisakan Rara dan Rido di meja. Hujan mulai turun, petir pun tampak saling bersahutan.
Kini Rara beranjak dari tempat itu dan meninggalkan Rido yang masih terdiam menatapnya. Rara meninggalkan dua lembar uang 100.
"Ngapain biar gue yang bayar," elak Rido.
Rara menatap sinis Rido. " Gue gak perlu kebaikan Lo!"
Rara pergi meninggalkan Rido yang masih shok dengan perlakuan Rara barusan. Rido memanggil waiter dan meninggal kan uang 5 lembar untuk membayar pesanan mereka semua.
Rido mencari keberadaan Rara, dia terkejut melihat Rara dengan santai nya berjalan menelusuri hujan yang lebat. Rido menyusulnya tak peduli dirinya juga di guyur hujan.
Rara berjalan ke gang yang mungkin jarang orang melalui nya. Bisa di bilang itu sarang penjahat. Rido menyerngit kan dahi ini adalah gang dimana Rido di hadang lima preman.
Rido bersembunyi di balik pohon disana, lihatlah tak sampai beberapa detik dua orang preman menghampiri Rara.
"Si Neng tau aja kita lagi butuh penghangat ya kan Bro." Preman itu menatap Rara lapar.
Rido terkejut apakah Rara memang seperti itu orang nya. Tapi detik kemudian satu tendangan mendarat di mulut preman itu.
"Bajingan Lo brengsek! Gue bukan jalang!" Rara berkata tajam dan langsung menendang kejantanan mereka bergantian.
Dua preman tumbang akibat tendangan dari Rara. Gadis itu menghajar preman tanpa ampun. Lihatlah Rara seperti kesetanan menghajar preman . Mereka lari terbirit-birit lantaran takut nanti Rara akan menghajar nya lagi.
Rara membuang ludah sangat menjijikan membayangkan para bajingan. Rara melanjutkan jalan tanpa takut apa yang terjadi pada dirinya.
Dia berlari kecil menikmati terjangan hujan yang menghadang tubuh kecilnya. Dari kejauhan Rido menatap Rara kagum, ia masih teringat dengan gadis berhoddi yang menolongnya.
Apakah dia orang yang sama? Jika dilihat bentuk tubuh mereka pun sama. Rido terlalu fokus untuk memikirkan itu tanpa di sadari ada seorang perempuan yang dari tadi bersilang dada sambil menatap tajam dirinya.
Rido terlonjak kaget melihat Rara yang berdiri di hadapannya
. "Rido yang di kenal cuek dan hanya peduli kepada Libra kini tengah mengikuti penjahat? Apa ini tuan? Hidupmu terlalu ingin tahu urusan orang lain!" Rara berbicara tajam dengan nada mengejek.
"Siapa bilang gue ngikutin Lo! Kepedean yang tak pernah memudar heh!" Ujar nya tak mau kalah.
Rara menatap hujan yang turun ini bukan lagi sore tetapi sekarang jam sudah menunjukkan pukul delapan malam.
"Jadi apa yang lo lakukan di balik pohon itu. Dasar Penguntit!" Sarkas Rara dan meninggalkan Rido yang masih terdiam di tempat.
"Gadis nakal."
* * * *
Rara telah sampai di rumah pukul sembilan malam. Kini badan nya menggigil karena dingin, baru saja melangkah kan kaki. Riya mendekat ke arah gadis itu berdiri.
"Mau sampe kapan Lo kayak gini terus. Gak capek apa selalu seperti ini! Gue juga pengen setiap pulang ke rumah ini Lo di rumah habisin waktu sama gue." ujar Riya sedikit melunak.
"Mimpi Lo ketinggian! Gue kayak gini itu juga karna Lo yang ngajarin!" Rara melanjutkan jalannya.
Riya tak terima ucapan Rara barusan lalu mencengkal tangan Rara dan menampar kuat pipi anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik benci ( Ending)
Teen FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA ⚠BIJAK MEMBACA! MENGANDUNG KATA-KATA KASAR⚠ Rara Zhikana Ini kisah seorang gadis jahat dan pembully yang mencintai Rido Sanjaya teman sekelasnya. Dia sering membully Libra Arasshi yang kebetulan orang terdekat dari Rido Sanja...