Seseorang melihat penuh bahagia ke dasar lantai bawah. Bahkan senyumnya terus mengambang, Tubuh Rara kini penuh bersimbah darah, kepalanya terluka, lantai penuh oleh darah. Gadis itu sedang sekarat, tapi mamanya tersenyum senang melihatnya, tidak ada wajah kesedihan dan kekhawatiran di mata itu. Dia meninggalkan kamar Rara menuju kamarnya. Kang ujang yang mendengar suara berisik langsung berlari menuju sumber suara.
Dia membulatkan mata, Kang ujang segera membopong tubuh Rara yang penuh dengan darah, lagi dan lagi nona kecilnya terluka. Ia tidak mengerti permasalahan hubungan antara keduanya. Yang jelas jika sudah bertemu Rara akan terluka.
Luka kecil pasti ia dapatkan, tapi ini sudah hampir membuatnya tiada, dia tidak terbayangkan jika gadis ini akan bernasib naas. Dia membawa mobil dengan kecepatan penuh, tidak punya waktu untuk menunggu ambulan.
Brankar terus di dorong menuju ugd, bahkan perawat itu juga terkejut melihat kondisi Rara saat ini. Benar-benar mengerikan, kepala pecah darah dimana-mana, ditambah pendarahan dihidung tak kunjung berhenti.
Ujang terus merapalkan doa, dia tidak bisa membayangkan semua kejadian ini. Sudah satu jam lamanya ruangan itu belum juga terbuka, rasanya membuat jantung tidak bisa memompa dengan normal. Beberapa saat kemudian, pintu terbuka menampilkan dokter dengan muka yang sedih. Ujang segera berlari menghampiri, "Bagaimana keadaan nya dok?" desaknya tak sabaran.
"Kondisinya sedang kritis, kita butuh donor darah golongan A positif dia juga kehilangan banyak darah, luka dikepalanya cukup parah. Mungkin ibu atau ayahnya bisa memberikan donor itu. Kita tak punya banyak waktu. Permisi," dokter meninggalkan Ujang yang termenung.
____
Rido baru saja pulang sekolah, tujuannya hanya apartemen, dia takut jikalau Rara benar-benar meninggalkannya. Dia bergegas masuk ke dalam berharap kalau Rara hanya bercanda. Ruangan itu kosong benar-benar tidak ada sosok Rara disana. Dia bergegas menuju kamar, dia memeriksa lemari pakaian yang biasa digunakan Rara. Kosong, tidak ada satu pun barang Rara yang tersisa.
Ia merebahkan diri di kasur, seketika dia teringat pada keluarganya. Cika sampai saat ini belum ada kabar. Bahkan dia juga sudah menghubungi neneknya, bundanya tidak ada disana. Entah apa yang di rencanakan ayahnya. Pertunangan konyol itu semakin dekat saja. Dia tidak punya banyak waktu untuk membatalkannya.
"Semua orang yang gue sayang udah ninggalin gue tanpa sebab. Gue butuh mereka tapi mereka semua menghilang. Apa kesalahan gue terlalu besar ya? Bunda juga ninggalin gue sama pria brengsek itu." Dia berbicara sendiri dengan pasrah.
Teleponnya berdering, ia berharap telepon itu dari bundanya. Tapi lihat nama Sanjaya tertera di telepon itu. Dengan malas ia menerimanya, " Ke rumah sakit sekarang. Libra nyariin kamu, awas aja nggak kesana!" ujar Sanjaya di telepon.
Rido mematikan sepihak, muak gadis itu terlalu lemah menurutnya. Pergerakan gadis itu ujung-ujungnya rumah sakit. Mungkin saja ini lah tujuan keluarganya menjadi pengawalnya full time. Dia mengganti seragamnya dan segera meninggalkan apartemen dengan perasaan dongkol.
Dia menuju ruangan Libra, disana seorang gadis tengah duduk termenung. Rido berdehem lalu mendekat kearahnya. "Hey apa kabar," sapa Libra lembut.
Rido mengalihkan pandang pada gadis itu, " Seperti yang dilihat." ujarnya datar.
Libra tersenyum semuanya sudah berubah, kehangatan Rido tidak lagi ada untuknya. "Sedingin itu ya kamu sekarang?" tanyanya pelan. Dia berusaha meraih tangan Rido.
Lelaki itu menghindar sambil menatap Libra tajam.
"Apa sih sebenarnya tujuan Om Surya sama ayah . Pertunangan itu nggak bakal berakhir bahagia. Kamu pikir perasaan orang itu bisa di paksa. Aku udah coba tapi tetap nggak bisa. Kamu seegois itu ya Libra.
Kita hanya sebatas teman. Tapi kamu nggak pernah ngerti, kita dekat cuma karena keterpaksaan dan ancaman yang aku terima. Kalo aku nggak nurut aku selalu diancam. Kamu juga nuntut aku untuk selalu ada kan. Coba aja kamu diposisi aku. Berat Libra," keluhnya.
Libra menangis pelan, apa benar ia terlalu memaksa seseorang untuk selalu ada di dekatnya. Itu wajarkan tapi kenapa pandangan Rido berbeda. Mengapa dirinya yang hanya disalahkan atas cintanya yang terlanjur dalam pada Rido. Harusnya Rido juga bersalahkan,
" Aku sesayang itu sama kamu. Aku takut kalau kamu nggak sama aku. Aku siap kok nahan sakit asal kita bisa bertunangan. Nggak papa kamu cintanya sama Rara.Asal kamu tunangan aku. Itu udah cukup buat aku menyakinkan diri aku supaya aku bisa memperjuangkan cinta aku terhadap kamu. Tolong jangan nyuruh aku untuk berhenti cinta sama kamu. Aku nggak bisa nggak akan pernah bisa." Dia menangis sejadi-jadinya, biarlah diri nya egois, mana mungkin ia akan merelakan Rido begitu saja.
Rido menghela nafas pasrah, ujung-ujungnya selalu begini. Menangis. Tangisan Libra selalu jadi akhir perdebatan ini. "Kamu harus coba. Aku udah muak. Pertunangan itu nggak bakal terjadi. Jangan egois sampai kapan kamu bergantung terus sama orang lain. Aku juga bukan robot, hanya menurut saja, pertunangan itu nggak bakal terjadi Libra."
Rido duduk di sofa yang disediakan disana, dia merebahkan dirinya di sofa tanpa mempedulikan Libra yang terisak. Dia memejamkan mata yang mulai mengantuk, kini Libra menatap sendu Rido yang tidur dengan damai.
Sudah satu jam lamanya Rido tertidur, ia terbangun melihat ke arah brankar. Libra tengah tertidur Rido bangkit kemudian menuju keluar. Dia berjalan menelusuri rumah sakit. Sesampainya di UGD lelaki itu melihat pria yang tengah bersandar di tembok sambil menangis pilu. Pria sangat jarang menangis tetapi sekali menangis tandanya kesedihan itu mendalam.
Rido berjalan mendekat menghampiri. "Apa saya bisa membantu anda?" tawar Rido padanya. Pria itu menghapus air mata lalu menatap Rido sekilas. "Saya butuh donor darah. Tapi jika saya kembali ke rumah sudah di pastikan nyonya akan menolaknya," adu Ujang pilu.
Rido terdiam lantas ia berdiri melihat UGD, matanya melotot kaget, desiran darahnya terasa lebih cepat. Itu Rara kan? Apa sekarang ia sedang bermimpi. Tidak mungkin, gadis itu terbaring lemah dan alat medis yang membalut tubuhnya. Rasanya kaki tidak dapat menopang berat badan. Ia merosot turun, air matanya mengalir deras. Menangis tanpa suara mimpi buruk atau emang kenyataannya?
Apa masalahnya mengapa dia terluka cukup parah. Ujang kebingungan melihat reaksi pria itu? Apa mereka saling kenal? " Den kok menangis? Apa den kenal non Rara?" tanya ujang.
Rido mengangguk, ia tidak bisa berkata-kata sekarang lidahnya terasa kelu. "Apa yang terjadi sama Rara?" Rido bertanya sambil mengepalkan tanganya.
"Saya tidak tahu apa-apa yang jelas kondisi terakhir Non Rara saya temukan sangat parah. Dia sedang kritis den non Rara butuh pendonor yang golongan darahnya A positif."
Rido terdiam dan juga tidak menyangka kalau darahnya sama seperti Rara. " Aku akan kasih berapapun untuknya. Kebetulan darah kita sama," jelas Rido dengan sedikit bahagia.
Ujang tersenyum bahagia lalu berlari memanggil dokter. Rido berdiri sambil menatap iba pada gadisnya. " Aku khawatir, cepat bangun ya."
---
Rido mendonorkan darahnya delapan kantong, ia sekarang harus ikut di rawat. Darah sebanyak itu membuat dirinya lemas. Dia tertidur di brankar disamping Rara. Kondisi Rara sedikit membaik walau, ia dinyatakan koma.
Rido menatap dalam Rara yang masih nyenyak dalam tidur panjangnya. Sampai kapan dia akan tersadar, dia mendengar penyakit Rara semakin hari semakin ketergantungan obat, ditambah kepalanya terluka parah. Dokter sudah mengatakan bahwa Rara bisa saja kehilangan memorinya sebagian.
Ketakutan Rido semakin besar, ia takut jika saja nanti Rara terbangun . Apa dirinya dilupakan begitu saja. Walau sebenarnya Rara memang harus melupakan. Dia masih teringat jelas, raut kecewa Rara ketika dirinya hilang akal sampai merenggut masa depan Rara.
Dia memejamkan mata yang sedari tadi bosan dalam ruangan ini. Disisi lain, seseorang sedang mengambil momen ini dan mengabadikan. Di balik tudung hoddie itu ia menyeringai puas.
Lantas siapa orang itu? Nantikan Cerita selanjutnya
Salam Sayang
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik benci ( Ending)
Teen FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA ⚠BIJAK MEMBACA! MENGANDUNG KATA-KATA KASAR⚠ Rara Zhikana Ini kisah seorang gadis jahat dan pembully yang mencintai Rido Sanjaya teman sekelasnya. Dia sering membully Libra Arasshi yang kebetulan orang terdekat dari Rido Sanja...