Chapter 20

283 8 0
                                    

Rara sudah bangun, kini dia sedang mandi. Tak butuh waktu lama dia sudah memakai seragam dan juga sepatu. Dia turun ke bawah dengan wajah datar.

Perutnya sekarang sangat lapar maka dia memutuskan untuk sarapan di rumah. Rara langsung memakan sandwich dan mengunyahnya. Riya juga ikut turun namun pakaian sudah rapi. Sepertinya dia akan pergi.

Rara mencoba untuk tidak melawan Riya saat ini. Bagaimana pun dia lelah dengan keadaanya sekarang, Riya dekat dengan pria itu, apalagi Papa Libra. Ini lah dia semakin membenci Libra.

Rara memperhatikan gerak- gerik bi Sri yang sibuk memasukkan makanan ke dalam rantang. Dia ingin bertanya namun dia urungkan.

Riya menatap Rara seolah tahu bahwa Rara ingin tahu untuk siapa makanan itu. "Lo kepo juga ternyata makanan ini untuk siapa?" Riya mengejek Rara yang dari tadi diam.

"Kepedean!" Rara menjawab judes dan langsung keluar dari rumah. Kini Rara berjalan menuju halte untuk menunggu bus lewat.

Tadi dia sudah meminta kang ujang mengantar namun dia menolak alasannya karena Riya akan pergi ke rumah sakit! Rara tersenyum miris dia tahu makanan itu untuk Libra dan juga kekasihnya.

Tak berselang lama, bus berhenti Rara langsung masuk dan duduk di kursi penumpang. Rara duduk dengan enteng di dalam bus. Rara segera turun dan membayar busnya.

Kini dengan langkah gotai dia menuju kelas. Belum banyak yang datang, Rara langsung duduk di pojok dan memainkan ponsel. Dia membelalak kaget melihat vidio nya tengah duduk di jalan dan mencoba bunuh sedang beredar.

Rara mengepalkan tangan kuat, dia paling benci ini. Semua teman kelas nya masuk dan memperhatikan Rara dengan telaten.

banyak bisik- bisik yang terdengar olehnya.

"Gue kira orang kaya dia nggak bisa depresi."

"Kaget anjir masih muda punya penyakit mental."

"Dih, gayanya aja sok nyakitin Libra padahal dia juga nyakitin diri sendiri"

"Stres sakit jiwa kali."

Rara menendang kuat meja dan membuat semua orang terdiam. Ini masih pagi, tapi semua orang sudah berani membicarakannya.

"Woi para bajingan! Darimana kalian dapat vidio itu hah!" Rara menghardik tanpa takut. Semua orang terdiam pasalnya dia tidak ingin bernasib sama dengan Libra kemarin.

Semua yang ada di kelas bungkam. Rido dengan wajah santai masuk ke dalam kelas, dia menyerngitkan dahi, ada meja hancur dan Rara yang sedang menahan emosi tentunya.

Rara berjalan kearah Rido tanpa takut dia menampar Rido. Semua orang terlonjak kaget, Rido memegang pipinya yang terasa perih.

Baru saja Rara ingin berucap Rido lebih dulu menyela ucapan Rara.

"Bukan gue dalang dari vidio yang tersebar." Rido mengatakan dengan wajah dibilang tidak bersahabat.

"Kalau bukan lo siapa? Yang ada di lokasi kemarin hanya kita kan?" Rara menatap Rido tajam.

"Gue udah bilang bukan gue!" bantah Rido tidak terima. Rara membuang muka malas.

"Bilang aja lo mau balas dendam karena Libra kan? Tapi gak gini caranya anjing." Rara ingin membogem Rido.

Namun Rido mencengkal kuat tangan Rara.Gadis itu meringis kesakitan, dia memberontak untuk di lepaskan.
Rido kemudian mendekat kearah Rara.

"Kalau gue mau balas dendam! Seharusnya gue biarin lo mati!" Bisik Rido tepat dihadapan Rara.

Rara mematung, yang di katakan Rido itu benar, tapi ia tidak mudah percaya begitu saja.Rara terus memberontak untuk melepaskan diri.
Dia berhasil kabur dan menyambar tas dan langsung pergi keluar.Rido menyusul dia tidak ingin kejadian kemarin terulang.

Titik benci ( Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang