Bonus Chapter

3.3K 176 22
                                    

"Hng.. Brr.."

Jennie berdecak. Ia mengeringkan rambut Jisung sementara sang empu menggigil, kedinginan. Salju di pertengahan November memang mulai turun, membuat pagi ini terasa semakin dingin.

"Ck. Tadi kau yang meminta eomma mandikan."

Jisung mengangguk sambil terus menggigil. "Tapi.. hng.. dingin.."

"Tentu saja." Jennie melilitkan handuk tebal di sekeliling tubuh Jisung. "Lagipula, kau itu lelaki. Laki-laki itu harus tahan dingin."

"Appa suka dingin?"

Jennie tertawa dengan penggunaan kalimat Jisung yang masih acak-acakan. "Eomma tidak tau. Appa tidak pernah mandi dengan air dingin." Lalu Jennie bergumam pelan, "Lagipula appamu bukan laki-laki."

Jisung tertawa lucu. "Appa payah! Jisung hebat!"

"Ya, benar." Jennie memakaikan kaus dan celana jeans pada Jisung. "Karena itu, Jisung-ie harus mengalahkan appa?"

"Mengalahkan?"

"Hm." Jennie berpikir. "Mengalahkan itu seperti power ranger membuat monster pingsan!"

"Woah." Bibir Jisung membulat. "Appa monster!"

Jennie kembali tertawa lebar. "Ya, appa monster."

Selanjutnya, rutinitas 'mari-memakaikan-pakaian-Jisung' dilalui Jennie dengan tawa yang terus mengurai. Hari ini, ada peresmian museum seni yang didirikannya. Putranya kini terlihat tampan dengan kemeja putih dan celana jeans hitam.

"Nah, selesai."

Jisung meloncat girang. "Yey! Yey!"

"Kajja, kita turun." Jennie mengibaskan gaun-nya. "Jisung harus minum susu. Eomma akan siapkan di bawah."

Mata Jisung berkedip lucu. "Yoona imo?"

Jennie menyisiri rambut pirang, alami Jisung dan memakaikannya parfum anak-anak. "Yoona imo sedang libur. Dia pergi ke pantai bersama keluarganya."

"Pantai!"

Jennie tertawa. "Jisung-ie suka pantai?"

"Nde!" Anak itu mengangguk semangat. "Ayo pantai sama Appa, Eomma, Lim samchon, Jisun imo.."

Jennie terkikik geli. "Jisoo imo, sayang."

"Jicu?" Jisung ikut terkikik sambil menutup wajahnya, seperti kebiasaan Chaeyoung. "Pantai! Pantai!"

Jennie mengangguk dan menggendong Jisung, membawanya keluar kamar dan turun menuju ruang makan.

"Baiklah, nanti kita akan ajak Appa ke pantai. Setuju?"

.

.

.

"Maafkan aku yang masih membuatmu sibuk menjelang pernikahanmu, Lim."

Ucapan Chaeyoung membuat Lim tersenyum. Lelaki itu menaruh kembali cangkir kopi yang barusan di hirupnya.

"Bukan masalah, Hyung. Lagipula, aku masih punya waktu hingga besok, sebelum berangkat ke China."

Chaeyoung mengangguk. "Apa segala persiapan sudah selesai?"

"Ne, Hyungnim." Lim tersenyum. "Kai dan Yiren melakukannya dengan baik."

Chaeyoung tertawa pelan. Resepsi pernikahan Lim dan Jisoo memang akan diselenggarakan di China, mengingat seluruh keluarga Tzuyu ada disana. Lagipula, itu memudahkan Kai yang masih terikat hukuman larangan masuk Korea, hingga dua tahun ke depan.

"Appa!"

Lim dan Chaeyoung itu tersenyum mendengar teriakan cempreng. Chaeyoung sendiri langsung menoleh, dan mendapati putra semata wayangnya tengah berlari menuju dirinya. Wanita pirang itu bangkit dari kursi dan menyambut Jisung dalam satu pelukan.

Red String (Chaennie 🔞) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang