Cemburu?

189 7 0
                                    

"Apa maksud kata-katamu itu, Nath?!" seru Alice.

"Aku akan menyerahkan semua yang aku punya untukmu, sepenuhnya. Aku tidak yakin dia akan memaafkanku."

Alice yang sudah terkejut sedari tadi tidak bisa menahan mulutnya untuk terbuka lebar. Bahkan dia memukul lengan kiri Leonathan agar pria itu terbangun dari mimpi buruknya. Otak pria itu seperti sudah tidak berfungsi seperti sedia kala.

"Kau ini bicara apa?!" serunya sembari menepuk pipi kiri, sangat pelan karena tamparan dari Naomi membekas di sana. "Sadarlah!" tambahnya lagi dengan menggenggam penuh penekanan di bahu pria yang tengah menyetir. Kendaraan ini berkecepatan stabil, santai, dan berjalan sangat tenang.

Meski situasi hatinya seperti rumah yang berantakan, Leonathan mencoba untuk fokus menyetir. Ia tidak akan membawa Alice ikut mati bersamanya. Karena itulah, Leonathan memilih diam dan memerhatikan aspal jalan yang dilalui banyak kendaraan seperti malam ini.

Pikirannya hanya terfokus pada satu nama sejak beberapa hari terakhir ini, dan kabar barusan yang diterima teramat menyakitkan untuk didengar. Bisakah Tuhan mengembalikan Brielle untuknya?

"Aku tidak suka melihat sahabatku seperti ini! Kembalilah, Nath! Jangan diam seperti ini!" Alice yang lelah menghadapi sikap aneh Leonathan semakin dibuat bingung dengan ekspresi pria itu yang layaknya mayat hidup, mengerikan. "Tidak biasanya kau segila ini, bicaralah!"

Bukannya menengok sekilas atau memberikan balasan berupa ucapan singkat lagi, Leonathan memilih tetap diam dengan pandangan lurus ke jalan. Pria itu mencoba menutup telinga, tidak ada niatan untuk membalas mulut berisik Alice. "Kau membuatku ketakutan!"

Nyatanya, Leonathan tetap diam. Sampai akhirnya, pria itu menurunkan Alice di klub La Favela langganan keduanya. "Turunlah, bersenang-senanglah."

"Berjanji padaku, kabari keadaanmu setiap satu jam sekali!" Leonathan hanya mengangguk kecil, tentu saja tidak dengan menatap Alice. "Jangan berbuat yang macam-macam, Nath! Aku tidak ingin kehilangan sahabat baik sepertimu, kau tahu ... hanya kaulah yang peduli dan sudah kuanggap sebagai kakakku sendiri, jangan pergi atau memilih bun—"

"Mantanmu sudah menunggu, masuklah. Aku mendengarkan perintahmu," potong Leonathan yang mampu membuat Alice bernapas lega. Masih enggan melihat Alice, Leonathan menatap kaca depannya. "Aku pulang," imbuhnya yang langsung mengendarai mobil, tancap gas seperti tadi. Membiarkan Alice yang masih berdiri di depan La Favela dengan melambai ke arahnya. "Jika kau tidak memohon seperti tadi, mungkin aku sudah menabrak puluhan kendaraan sampai tak sadarkan diri dan kupastikan ragaku hilang."

Mencengkeram setir, otaknya harus dibuat tetap sadar meski mata biru itu sudah merasa panas. Beberapa detik kemudian sepasang mata biru yang lama tak pernah berair, kini mengeluarkan cairan langka itu. Hanya karena satu nama, Leonathan rela mengeluarkannya dari tempat persembunyian. Separah inikah dirinya sampai tidak boleh mendapatkan gadis suci seperti Brielle yang sudah dia nodai? Dirinya ingin bertanggung jawab, tetapi mengapa takdir membuatnya harus kehilangan wanita itu? Apakah kesukaannya pada puluhan wanita dulu kesalahan besar? Atau ini adalah karma yang harus dia dapat?

"Brielle tidaklah salah, akulah yang merenggut masa depannya. Akulah yang meghancurkan harga diri dan semua yang dijaganya!" Membiarkan air matanya turun, Leonathan memberhentikan mobil seharga 1 Milyar lebih itu di depan pagar hitam rumahnya. "Izinkan aku melihatmu sekali lagi, meminta maaf, dan bertanggung jawab. Aku menginginkanmu, Elle."

Di malam itu, Leonathan memilih untuk berkeliling setelah menangis lebih dari lima belas menit. Pria itu kembali menyusuri jalanan menggunakan BMW Z4 hitamnya tanpa beristirahat. Hanya mengisi bensin dan lanjut lagi berkeliling di daerah Badung semalaman. Hingga pagi tiba, tepatnya pukul tujuh Leonathan sudah kembali ke rumah dan memilih untuk mandi. Bukannya sarapan, ia menghampiri lemari pendingin, mengambil sebotol kopi Cold Brew yang aman bagi penderita asam lambung. Apalagi Leonathan belum sarapan, sengaja, karena dia tidak nafsu makan jika belum menemukan Brielle.

Look at Me, ElleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang