Mencurigakan

127 3 0
                                    

Leonathan sudah tampil bugar, terlihat lebih segar dari beberapa waktu lalu. Kacamata hitam menggantung di kaos hitam lengan pendek gambar centang di tepi kanan. Celana pendek abu-abu selutut menambahkan kesan gagah dan tampan bagi siapa pun yang tak sengaja maupun terang-terangan memandang Leonathan.

Rambut cokelat karamelnya terlihat rapi karena sentuhan pomade berbahan dasar air. Meraih dompet sekaligus kunci mobil, Leonathan angkat kaki dari kamar tidurnya.

"Jika aku tidak menemukanmu di sana, akan kupastikan, menemukan dirimu suatu saat nanti, Elle."

Ya, bisa dibilang Leonathan yang sekarang lebih semangat mencari Brielle. Sudah cukup dia berlarut-larut dengan kesedihan ditambah terpuruk karena tiga bulan Brielle belum diketemukan. Kini saatnya semangat yang lama terpendam muncul dan menggelora.

Sebelum keluar dari rumah, ia harus membawa bekal makanan dan minuman sebelum bersembunyi di dalam mobil selama berjam-jam. Pria yang sejak dini hari sudah membuat tiga porsi roti isi, tak lupa memasukkannya ke kotak makanan, kopi Cold Brew yang selalu tersedia di lemari pendingin juga tidak lupa Leonathan ambil dari sana. Semuanya itu adalah persediaannya ketika mengawasi tempat kos Brielle dari dalam mobil, sesuai rencananya semalam.

Tujuan utama Leonathan di pagi hari yang masih gelap ini adalah tempat kos Brielle. Ada sebagian dari dirinya yang meminta, memaksa Leonathan untuk kembali ke sana. Perasaan lelaki itu selalu tertuju ke temoat kos yang pernah didatangi Naomi juga.

Sembari duduk dan menyalakan mesin mobil, bibirnya bergumam, "Entah mengapa aku merasa kau masih ada di sana, Elle."

Memang benar, dari ekspresi Naomi yang kesal serta perlakuan wanita itu yang tidak disangka-sangka berani menampar, Leonathan tidak bisa menutupi rasa penasaran untuk melihat rumah kos Brielle. Setelah merenung di rumah, pemilik kafe Mixture tersebut seakan-akan diajak oleh hati kecilnya untuk ke sana, seperti dipaksa mengecek keberadaan Brielle di tempat kos. Walaupun Naomi sempat marah, sedih, dan meneriakkan bahwa Brielle sudah pergi, hatinya seperti membantah, tidak terima jika Brielle meninggalkan tempat tinggalnya sendiri.

"Ya, tidak mungkin kau lari, Elle. Seperti kata kawanmu, kau wanita yang tidak mementingkan ucapan orang lain jika mengatakan hal buruk tentangmu."

Pria itu yakin dengan sepenuh hati bahwa Brielle hanya menyendiri dan bersembunyi di tempat kos selama ini. Bisa saja Naomi datang hanya untuk menjenguk. Karena itu, Leonathan akan mengawasi rumah kos tempat Brielle tinggal dari kejauhan. Jika ada waktu yang pas, ia akan masuk dan meminta izin pihak pemilik rumah agar bisa menunjukkan kamar yang ditempati Brielle.

Lama berkendara, sudah lebih dari tiga puluh menit gerobak mesin hitam punya Leonathan itu berlarian di jalan. Ia sudah menemukan tempat perhentian, dan siap mengawasi dari kejauhan. Alasannya melakukan ini hanyalah untuk mendapatkan maaf dari wanita cantik keturunan asli Indonesia. Mengetahui sifat asli Brielle yang selalu mandiri, tidak mudah menyerah dan polos, membuat Leonathan begitu menyukai dan semakin jatuh pada pesona wanita murni Ibu Pertiwi tersebut.

"Jika sampai sore nanti aku belum melihatmu keluar, aku tidak bisa menahan diri lagi untuk masuk, Elle."

Di lain tempat, Alice yang belum bisa tidur semalaman hanya menangis di atas kasur. Kondisinya di pagi yang gelap ini jauh lebih baik karena hanya ada sisa air mata di pipinya. Berbeda dari semalam yang sampai berteriak-teriak layaknya orang gila.

Bagaimana bisa tenang jika sikap Leonathan padanya berubah drastis? Bahkan pesannya dari semalam belum dibalas. Selalu yang ditanyakan pada bibir merah merona itu hanya, "apa kau sangat mencintainya, Nath?" Hingga sekarang pun Alice masih bertanya.

Memeluk guling yang sejak semalam berada dalam dekapannya erat-erat, perempuan rambut pirang bergelombang ini kembali membuka mulut, "kau tidak akan peduli lagi padaku, Nath? Hanya karena wanita itu?"

Look at Me, ElleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang