Brak
Pintu kantin di dobrak dengan sangat keras, membuat seluruh atensi didalam ruangan itu tertuju pada sekelompok orang yang melangkah memasuki kantin dengan angkuh.
Keempat orang itu mengedarkan pandangannya menjelajahi seisi kantin. Lalu fokus mereka tertuju pada seorang lelaki yang duduk di pojok kantin, sedang sibuk menyantap makanannya dan menyantapnya dengan santai seolah tak terjadi apa-apa. Siapa lagi jika bukan Heeseung.
Orang-orang itu datang menghampirinya. Duduk tanpa seizinnya dan kemudian menggebrak meja.
"Hey anak idiot, how are you? Lo tenyata masih idup. Hahahaha." Ucap salah satunya. Namun Heeseung tak menanggapi mereka lagi. Dia masih dengan tenang menyantap ramyeon yang ada di mangkuk tersebut.
"Eh bentar, ni orang budek ngga sih?"
"Ngga tau, apa pura-pura budek?" Mereka berbincang didepannya. Namun dia masih saja tak perduli.
"Hyung!"
Lelaki itu berteriak kearah pintu masuk, dan disana terdapat dua orang yang baru saja datang.
"Felix lo disini? Gue keliling nyari lo dari tadi." Hyunjin yang melihat keberadaan temannya tersebut merasa kesal. Pasalnya dia mencari Felix ke sekeliling sekolah bersama Yoshi, ternyata anak itu berada disini bersama Chenle, Haechan, dan Jaemin.
"Salah lo ngga kesini, kemana lagi ya gue kalo ngga kesini." Ucap Felix.
"Kalian emang ngapain kumpul disini-" ucapan Hyunjin terpotong tatkala kedua netra tajamnya itu menangkap sosok Heeseung yang masih terduduk diam disana, seolah tak terjadi apa-apa.
"Oh.. Ada si idiot."
"Kenapa dia diem doang?" Tanya Yoshi.
"Biasa pura-pura budek."
"Bentar."
Hyunjin berjalan kearah Heeseung dan duduk di sebelahnya. Heeseung masih saja tidak perduli dan melanjutkan aktivitasnya. Tak perduli dengan Hyunjin dan teman-temannya sekarang.
"Ramyeon ya? Ngga bosen apa rasanya pedes mulu? Mau ngga kuahnya diisi soda dikit?"
Hyunjin mengangkat sebotol soda yang sempat dia beli tadi dan membuka tutupnya. Dengan perlahan dia menuangkan soda tersebut kearah ramyeon milik Heeseung.
"Wah, ada rasa ramyeon terbaru yakni rasa lemon dan agak bersoda. Ayo tuan-tuan dan nona-nona sudahkan dicoba, dapat memperlancar pernapasan dan mempercepat kematian." Tawa mereka berenam menggelar di seluruh kantin. Sedangkan Heeseung yang melihat itu tak bereaksi apapun. Perlahan-lahan suara tawa itu mulai memudar.
"Kalaupun dia mati. Ngga akan berguna. Kematiannya ngga akan pernah ngembaliin Jeno Hyung sama kita." Ucap Chenle membuat mereka semua terdiam.
Heeseung berpikir seberharga apakah kakak laki-lakinya itu? Sehingga saat dia pergi semuanya berduka dan menangisi. Bahkan setelah bertahun-tahun berlalu namanya masih saja sering disebutkan, dan tentu saja ada Heeseung yang dituduh dengan segala kesalahan.
Mereka dulu berteman dekat. Chenle dan Heeseung? Mereka bahkan bersahabat. Mereka selalu bersama-sama. Mengerjakan tugas bersama, pergi ke perpustakaan bersama, bahkan sekolah mengenal mereka sebagai partner yang baik. Mereka sering mengikuti lomba bersama dan tentu saja pulang membawa piala.
Tapi sekarang semua itu sudah berubah, Chenle yang dulunya menjadi sahabatnya sekarang malah menjadi musuh terberatnya. Dari semua itu Heeseung menyadari satu hal. Bahwa, tak ada teman yang nyata. Mereka semua memakai topeng. Dan saat kita jatuh mereka akan pergi seolah-olah tak pernah mengenal satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Alone | Lee Heeseung
Подростковая литература"Aku yang salah. Kalian sebenarnya hanya singgah, tapi tanpa sadar aku menjadikan kalian rumah." Hidup dibayangi kenangan masalalu membuat Lee Heeseung menjadi putus asa. Ada rasa bersalah yang benar-benar melekat di hatinya, membuatnya semakin depr...