Mobil berhenti tepat di depan pagar yang menjulang tinggi. Itu kediaman Park yang memang menjadi tujuannya saat ini. Dia melangkah keluar dari mobilnya dan berjalan menuju salah satu satpam yang memang bertugas menjaga keamanan.
"Permisi."
"Iya, dengan siapa?" Satpam itu berdiri dari duduknya, sepertinya lelaki yang masih terlihat muda itu baru saja ingin istirahat dari pekerjaannya.
"Saya Lee Heeseung. Kemarin nyonya Park meminjamkan mantel hangat ini untuk saya dan sekarang saya berniat mengembalikannya."
"Sudah ada janji?"
Heeseung mendelik mendengar itu, harus ada janji? Dia kemudian menggeleng kecil menanggapi pertanyaan tadi. Memang belum ada persetujuan dari dia dan keluarga Park, bahkan nomornya saja dia tidak memilikinya. Satpam tersebut tampak berpikir sejenak, kemudian dia berucap.
"Maaf sebelumnya. Jika belum ada janji saya ngga bisa kasih izin kamu buat masuk." Ucapnya.
"Ngga boleh?"
"Maaf sebelumnya. Tapi ini tugas saya." Heeseung menghembuskan nafas berat, namun diakhir dia tetap tersenyum tipis.
"Baik jika begitu. Terimakasih banyak, saya permisi."
"Baik, sekali lagi saya minta maaf."
"Iya, tidak masalah. Itu sudah menjadi tugas paman." Heeseung sekali lagi berpamitan kepada satpam itu. Dia kembali berjalan kearah mobilnya, namun saat hendak masuk ada mobil lain yang datang dari arah depan.
Tin tin
Heeseung langsung saja menoleh saat seseorang keluar dari mobil bercat putih tersebut. Dan ternyata itu Jay bersama dengan anak yang selalu berbicara singkat kepadanya. Sepertinya itu Ni-ki?
"Heeseung-ssi? Ada perlu apa?" Jay keluar dari mobilnya. Sungguh Heeseung berucap syukur, sekarang dia bisa memberikan mantelnya tanpa harus kembali di lain hari.
"Oh Jay. Maaf jika menganggu waktu kalian. Aku cuma ingin ngembaliin ini."
Dia rasa dia bisa berbicara santai kepada Jay. Dan dia juga rasa Jay seumuran dengannya jadi tak perlu terlalu formal. Jay melihat totebag itu sejenak kemudian berucap.
"Yaudah kalo gitu. Ngga mau sekalian mampir? Mama lagi libur, sekalian makan siang."
Heeseung dengan cepat menggeleng. Jujur dia tidak mau lagi merepotkan keluarga Park. Dia sudah sangat berhutang budi karena mereka telah menyelamatkan nyawanya kemarin. Dan sekarang dia tak mau lagi merepotkan mereka.
"Terimakasih banyak tawarannya, tapi aku mau langsung pulang aja. Aku ngga mau ngerepotin kalian lagi." Ucapnya.
"Tidak usah begitu Heeseung-ssi, tidak merepotkan sama sekali. Pasti nanti mama seneng kalo kamu mampir."
"Tidak usah-"
"Hei? Nak Heeseung?"
Sepertinya dia memang tak diizinkan untuk pulang ke rumahnya. Saat hendak menyerahkan totebag itu kepada Jay, nyonya Park juga menghampiri mereka disana.
"Annyeong haseyo bibi. Aku datang kesini untuk mengembalikan mantel milik Jay."
"Oh begitu.. Ayo sekalian mampir saja! Kita mau makan siang, bibi masak banyak, lho." Heeseung kembali tersenyum tipis sembari menggeleng. Dia kembali menolak tawaran tersebut.
"Terimakasih tapi aku rasa aku harus segera pulang."
Senyum nyonya Park memudar. Oh Heeseung rasa dia menyakiti hati perempuan ini. Tapi jujur saja bukan tanpa alasan, dia rasa dia sudah terlalu banyak merepotkan mereka dan dia tak mau merepotkan mereka lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Alone | Lee Heeseung
Novela Juvenil"Aku yang salah. Kalian sebenarnya hanya singgah, tapi tanpa sadar aku menjadikan kalian rumah." Hidup dibayangi kenangan masalalu membuat Lee Heeseung menjadi putus asa. Ada rasa bersalah yang benar-benar melekat di hatinya, membuatnya semakin depr...