Langkah itu berjalan dengan cepat disepanjang lorong yang seakan-akan membawanya menuju mimpi buruknya tentang rasa yang dia sebut luka. Mengabaikan tatapan orang-orang yang menatap dirinya dengan penuh tanya.
Ruangan yang ia tuju itu seakan-akan menjauh, dan tak pernah bisa ia tuju. Setelah berselang lama akhirnya langkah itu membawanya sampai ke sebuah ruangan serba putih, yang hanya terisi sebuah kesunyian yang hampa.
Kamar mayat.
"Silahkan."
Seorang perawat mempersilahkan Heeseung masuk ke dalam ruangan tersebut. Dengan langkah gontai dia menuntun langkah kakinya itu menuju salah satu bangsal. Disana terbaring raga seseorang yang sudah tak lagi bernyawa. Dia mengalihkan pandangan menuju identitas yang tertulis di samping bangsal tersebut.
Lee Jeno.
Hastanya kini gemetar. Kenangan tentang sakitnya rasa kehilangan itu juga kembali berputar. Dengan sisa tenaga yang ia miliki, dia menarik pelan selimut yang menutupi seluruh raga itu dengan kenyataan yang benar-benar harus dia hadapi.
Selimut itu berhasil ditarik dan sekarang tampaklah wajah sang kakak disana. Raga sang kakak yang sudah sedingin es berbaring disana, dengan wajah pucat namun senyum dari lelaki itu masih bisa dia lihat sekarang.
Netra itu terbuka dengan cepat. Dengan napas yang tak beraturan, dan keringat dingin yang membasahi pelipisnya, dia terbangun dari tidurnya, dengan seluruh tubuh yang kini gemetar. Dia baru menyadari ternyata dia masih berada di kamar mandi. Heeseung mengusap wajahnya prustasi, ternyata itu hanya mimpi buruk yang dia alami.
Tak beberapa lama dia keluar dari kamar mandi, jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Ternyata cukup lama dia berada disana. Menganti pakaian dengan kaos lengan pendek dan bawahan celana training, dia merebahkan dirinya diatas ranjang yang terlihat sangat empuk itu.
"Ternyata cuma mimpi buruk. Tapi.. itu bukan mimpi, itu kenyataan yang udah terjadi." Dia mengingat kembali kejadian di masalalu, saat-saat dimana dunianya perlahan-lahan mulai hancur.
Netra sayu itu beralih menatap jam dinding yang menunjukkan pukul tiga pagi, dia rasa dia tak akan bisa tertidur lagi. Dia meraih benda pipih yang tergeletak diatas ranjang, tepat di samping dirinya. Mengaktifkan benda itu dan kemudian masuk ke salah satu aplikasi disana.
Pada Instagram, dia terlihat menggeser akun-akun yang tertera pada rekomendasi hingga dia berhenti pada satu akun yang menarik perhatiannya.
Pada gambar profil akun itu terlihat tak asing, dan saat dia mampir ke profil pemilik, ternyata itu adalah orang yang ia kenal. Dia Sunoo. 257 postingan dengan lebih dari 12 ribu pengikut, tenyata dia cukup terkenal menurutnya. Dia tertarik dan akhirnya membuka salah satu postingan disana.
Sun_ddeonu
3.456 suka
Sun_ddeonu akhirnya setelah 10 menit maksa Ni-ki buat ikut foto 🙂💔Lihat semua 578 komentar...
Dia terus menggulir halaman profil Sunoo, melihat momen-momen mereka yang memang begitu banyak. Heeseung pikir 257 postingan itu sebagian besar adalah foto dirinya sendiri, tetapi salah. Akunnya lebih banyak diisi dengan foto kebersamaan mereka berenam.
Mulai dari acara sekolah, makan bersama, ke pantai, kolam renang, memasak, semuanya ada disana. Ternyata mereka memang banyak menghabiskan waktu bersama. Heeseung merasa iri pada mereka yang terlihat sangat bahagia, apakah dia juga bisa berada diantara kebahagiaan itu?
*****
Jay berjalan disepanjang koridor sekolah sembari bersiul kecil, mengiramakan lagu favorit Sunghoon Whistle Blackpink. Jujur saja, nada-nada dari lagu tersebut mampu berputar seharian penuh di kepalanya, dia rasa tak lama lagi dia akan menjadi fanboy juga seperti Sunghoon.
Dia mengedarkan pandangannya, sekarang masih terlalu pagi untuk datang, tetapi ada kewajiban yang harus dia laksanakan. Dia mempercepat langkahnya kedepan, namun secara tidak sengaja pandangannya menangkap seseorang yang sedang berjalan jauh di depannya dengan Hoodie yang menutupi tubuhnya.
Bahkan dari Hoodie tersebut Jay tau, siapa orang didepannya itu.
"Heeseung Hyung?"
Heeseung terlonjak kaget saat Jay sudah berdiri di sebelahnya. Dengan senyum sumringah dari bocah itu. "Jay, Ngagetin aku aja." Ucapnya kemudian menghembuskan napas panjang membuat Jay terkekeh.
"Kenapa kamu dateng sepagi ini?"
"Gapapa Hyung, aku ada tugas piket." Heeseung hanya manggut-manggut menanggapinya. Setidaknya pertanyaan yang ada di benaknya terjawab sudah.
Tak ada pembicaraan lagi diantara dua orang yang sedang bergulat dengan pikiran mereka masing-masing. Jay sebenarnya ingin mengajak Heeseung untuk berbicara lebih jauh, tetapi dia juga tak tau apa yang harus dijadikan topik kali ini.
"Jake, Sunghoon. Apa ngga barengan?" Jay menoleh kepada Heeseung yang melontarkan pertanyaan kepadanya.
"Huh, kalo nunggu mereka berdua, bisa-bisa aku telat dateng. Apalagi Sunghoon kalo udah konser di kamar mandi, satu abad kemudian beru keluar." Heeseung terkekeh mendengar Jay yang mendumal karena kesal kepada dua orang temanya itu.
Namun berbeda dengan Heeseung yang merasa lega, setidaknya bukan hanya dia orang yang menjadikan kamar mandi sebagai tempat yang cocok untuk healing sekaligus tempat yang cocok untuk mengadakan konser dadakan.
"Yaudah kalo gitu Hyung, aku mau ke kelas duluan." Heeseung hanya mengangguk kemudian mereka berpisah jalan. Karena kelas Heeseung berada agak jauh jadi dia akan melanjutkan perjalanan sendirian.
Brak
Baru saja menaruh tas diatas meja, sebuah buku tulis terlempar begitu saja kearahnya. Disana berdiri Chenle dengan tatapan tajam yang sudah biasa Heeseung lihat.
"Kerjain PR gue."
Tanpa berbuat apapun lagi dia keluar begitu saja dari kelas, meninggalkan Heeseung yang masih menatap nanar buku yang baru saja terlempar.
Aku rasa hari ini ngga akan cepat berakhir.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Alone | Lee Heeseung
Novela Juvenil"Aku yang salah. Kalian sebenarnya hanya singgah, tapi tanpa sadar aku menjadikan kalian rumah." Hidup dibayangi kenangan masalalu membuat Lee Heeseung menjadi putus asa. Ada rasa bersalah yang benar-benar melekat di hatinya, membuatnya semakin depr...